"Iya, udah setengah tahun Clara pacaran sama dia," ungkap Clara, yang membuat kedua orang tuanyanya terbelalak.
"Jadi, kamu sudah punya pacar. Tapi, kamu nggak pernah bilang ke Mamah sama Papah? Dasar anak nakal!" seru Carisha kembali menampar pipi Clara.
"Kalau Flora nggak kasih tahu ke Mamah sama Papah, tentang hubungan kamu itu. Pasti, kamu akan terus menutupi semua ini dari Mamah dan Papah 'kan? Dan, kamu akan tetap jadi anak perempuan, yang nggak tahu terima kasih."
"Lagian, kalo Clara jujur tentang semuanya ke Mamah sama Papah, memangnya Mamah sama Papah mau mendengarkan Clara?" sanggah Clara menatap kedua orang tuanya, secara bergantian.
"Sudah berapa banyak laki-laki, yang kamu sakiti?" tanya Reinald, membuat Clara tersenyum miring.
Bukan Clara yang menyakiti banyak laki-laki, tapi udah banyak laki-laki yang menyakiti Clara, Pah, bahkan Mamah sama Papah nggak pernah tahu tentang hal itu, batinnya.
"Sekarang Papah, perduli sama Clara?"
"Kak, udahlah. Lebih baik, Kakak kasih tahu semuanya ke Mamah sama Papah. Lagi pula, mau sampai kapan disembunyikan terus," timpal Flora membuat Clara meramas tangannya di sisi tubuh.
"Gue nggak butuh saran dari lo, lebih baik lo diam!" tegas Flora. Kali ini, mendapat tamparan dari Reinald, sehingga pipi Clara lebam dan membiru.
"Apa seperti itu, cara kamu bicara sama adik kandung kamu sendiri, dan orang tua kamu? Papah, nggak pernah mengajarkan kamu untuk bertingkah laku seperti berandalan, apa kamu lahir untuk menjadi anak yang nakal?!"
"Sekarang kamu minta maaf sama, Flora. Dan, minta maaf atas tindakan kamu hari ini ke Mamah sama Papah," lanjutnya.
Clara justru melangkah pergi, ia enggan membuka suaranya lagi. Karena takut jika kedua pipinya, akan mendapatkan pukulan dari kedua orang tuanya sendiri. "Clara!" tegas Reinald menghentikan langkah Clara, di pertengahan anak tangga.
"Kalau Papah tahu kamu bolos kelas lagi, Handphone, tablet, laptop, dan kartu kredit akan Papah sita, termasuk uang jajan nggak akan Papah kasih. Mengerti?!" imbuhnya, membuat Clara kembali menaiki anak tangga, dan masuk ke dalam kamarnya.
Pintu itu sudah terkunci, Clara menjatuhkan diri di belakang pintu. Dengan kepala yang tersender, kemudian meringkuh tubuhnya dan langsung menangis. "Apa gue seburuk itu, di mata mereka?"
Clara mengambil handphone di dalam tas ranselnya, dan membuang ke sembarang arah. Sehingga, handphone tersebut terpecah menjadi dua bagian. "AHG!!" jerit Clara.
Suara ketukan pintu dari luar, menggugah Clara. "Kak, tolong buka pintunya. Gue mau ngomong sama lo, Kak."
Clara bangkit dari posisinya tadi, lantas membuang tas ransel ke arah tempat tidur, dan melepas jaket milik Haruto yang masih melingkar di pinggangnya. Lalu, memasuki kamar mandi tanpa memperdulikan suara Flora, dari balik pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]
Roman pour Adolescents[ SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !! ] Clara Maurine Nasution, yang memiliki catatan buruk di mata seluruh guru, serta murid SMA Bhineka Bangsa. Justru, memilih untuk berpacaran dengan Haruto Rasendra Pratama, yang dikenal pembuat...