62. Remember to Memories

7 2 0
                                    

Dreg!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dreg!

Brankar itu telah masuk ke ruang darurat, pintu kaca tertutup rapat. Seorang dokter memasuki ruangan tersebut, menimbulkan kekhawatiran bagi sekumpulan orang, yang hanya bisa menunggu di luar ruangan.

"Kenapa bisa kaya gini sih? Kenapa Bowo bisa terluka?" tanya Clara memandang laki-laki di sekitarnya, yang sedang menahan kesedihan.

"Ini semua karena gue," ujar Haruto memejamkan matanya, sambil membenturkan kepala bagian belakang berkali-kali pada dinding.

Clara mendekati Haruto. "Harusnya nggak berantem, jadi Bowo nggak akan kaya gini."

Kedua mata Haruto terbuka, akan tetapi sudah dipenuhi dengan air mata. Ia memandang Clara sejenak, lantas memalingkan pandangan ke arah depan. "Gue emosi," ucap Haruto.

Clara menghela napas panjang. "Iya, gue tau lo emosi. Tapi, lo bisa 'kan tahan emosi lo. Semua hal yang dilakukan dengan emosi, itu pasti berakibat buruk."

"Cla, bisa diam nggak? Kita semua lagi sedih, karena kondisi Bowo. Jadi, lo nggak usah ngomong terus, brisik," tegur Kyle beranjak dari sana, dan memilih untuk duduk di ruang tunggu seorang diri.

"Kalo sampai Bowo kenapa-kenapa, gue nggak akan memaafkan diri gue sendiri," gerutu Haruto mengambil posisi duduk di lantai, dan kembali membenturkan kepalanya.

Lalu, Clara pun ikut duduk sampingnya. Dan, meraih kepala Haruto untuk diletakkan pada bahu Clara. "Bowo itu cowok kuat, jadi dia nggak akan kenapa-kenapa, cuman karena ketusuk pisau."

Haruto memeluk Clara, dan menangis sesegukan di dalam dekapannya. "Gue memang salah, dan seharusnya gue yang saat ini ada di dalam, bukan Bowo."

Clara mengusap-usap kepala Haruto, ia menenangkan Haruto. Begitu juga dengan Zoya, yang sedari tadi menjadi tempat bagi kepala Ajun untuk bersandar, karena air mata yang tidak bisa dibendung lagi oleh Ajun. Sehingga, ia menangis meskipun sedang berada di dekat Zoya. Sedangkan, Kevin hanya berjalan mondar-mandir di depan pintu ruangan darurat itu, dan yang lainnya berdiri di sekitar ruangan tersebut.

Satu menit berlalu, seorang dokter keluar bersama suster dari dalam ruangan darurat. Bergegas, mereka semua mendekati dokter itu. "Gimana Bowo, Dok?" tanya Kevin lebih dulu, disambung dengan Haruto. "Dia baik-baik aja 'kan, Dok?"

Dokter itu mengedarkan pandangannya. "Orang tua pasien mana?" tanyanya balik.

Semuanya terdiam, tetapi Kevin akhirnya bersuara untuk menjawab pertanyaan itu. "Orang tuanya udah nggak ada, Dok. Dia tinggal sendiri, tapi kita semua yang ada di sini keluarganya. Jadi, kita boleh tau kondisinya 'kan, Dok?"

Dokter itu tersenyum. "Pasien baik-baik saja, beruntung lukanya tidak dalam dan tidak mengenai jantung. Dan, pasien hanya kehilangan banyak darah. Tapi, kalian jangan khawatir. Karena saya sudah menjahit lukanya, sekaligus memberikan tambahan darah sesuai dengan golongan darah pasien. Saat ini, pasien masih belum sadarkan diri, karena obat bius."

DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang