"Haru," panggil Clara pelan, saat ia menangkap Haruto tengah menyeret seorang pria paruh baya, untuk masuk ke dalam kamar.
"Masuk ke kamar gue, Ra!" perintah Haruto, tetapi kali ini Clara tidak mengiyakan. Ia justru berdiam diri di ruang tengah, seraya melihat pria paruh baya yang tampak ketakutan, dan gelisah.
"Om, kenapa?" tanya Clara memberanikan diri, lalu Haruto menutup pintu kamar itu. Dan, menghampiri Clara.
Haruto menangkup kedua bahu Clara. "Nanti gue akan cerita semuanya ke lo, tapi sekarang gue harus menenangkan bokap dulu, jadi lo tolong tunggu di kamar gue."
Clara mengangguk, begitu dengan Haruto yang langsung memasuki kamar itu. "Sebenarnya, apa yang terjadi selama tujuh tahun itu?"
Clara berjongkok, untuk memunguti pecahan dari botol kaca yang berserakan di lantai. "Apa yang nggak gue ketahui, selama gue pergi meninggalkan Haruto saat itu. Sementara, gue cuman tau kalo hubungan orang tua Haruto nggak baik-baik aja. Dan, selama dua tahun gue sama Haruto berteman, gue nggak pernah sedikit pun mengulik masalah pribadinya. Gue cuman menikmati masa kecil, sama dia. Tanpa, tau penderitaannya."
"Gue justru berharap, kalo lo sebaiknya nggak perlu tau, Ra." Suara itu menyerbu, sehingga Clara langsung berdiri.
"Lo juga nggak perlu memunguti pecahan kaca, yang nantinya akan membuat lo terluka." Haruto langsung mengambil pecahan kaca itu di tangan Clara, dan membuangnya ke tempat sampah.
"Haru, tapi sekarang gue perlu tau. Karena gue bukan lagi sahabat lo, dan gue lebih dari teman dekat lo," ujar Clara membuat Haruto berbalik, dan kembali mendekatinya.
"Gue akan kasih tau apa yang terjadi tadi, tapi nggak di sini," kata Haruto meraih tangan Clara, menggandengnya menuju ke motor Kawasaki di depan rumah.
Tanpa penolakan, Clara mengikuti Haruto. Motor itu melaju beberapa kilometer dari jarak rumah Haruto, keduanya pergi tanpa menggunakan helm. Sehingga, angin sore hari yang berembus pun menerbangkan rambut mereka berdua. Dari kaca spion, Haruto menatap wajah Clara. Begitu mempesona, sesaat Clara mengalihkan rambut yang menutupi wajahnya.
"Ra, lo penasaran apa yang terjadi setelah lo pergi??" tanya Haruto membuat Clara memandangnya juga dari kaca spion, lalu mengangguk. Setelah itu, Haruto menghentikan motor di tepi jalan.
Haruto mengembuskan napasnya panjang, menstandarkan motornya dan turun. "Enam tahun yang lalu, tepatnya waktu gue berusia sepuluh tahun. Orang tua gue benar-benar bercerai, dan mereka langsung berpisah rumah."
Clara beranjak, mengikuti langkah Haruto yang berjalan menuju sebuah halte bus, yang ada di terotoar jalan. "Terus, bokap lo?"
"Seminggu setelah sidang perceraian mereka, bokap gue kehilangan pekerjaannya sebagai karyawan toko, Ra." Haruto terduduk, sambil menautkan jari-jari panjangnya pada pangkuan.
"Saat itu gue benar-benar nggak tau lagi, harus melanjutkan pendidikan gue atau justru harus putus sekolah. Tapi, untungnya nyokap masih perduli sama gue. Sebelum nyokap pergi dari rumah, dia bilang mau membayar semua biaya administrasi sekolah. Sampai gue benar-benar lulus, dan masuk ke perguruan tinggi. Karena ternyata, selama sama bokap ... nyokap gue udah selingkuh, dan itu sebabnya nyokap masih mau membiayai sekolah gue. Mungkin, buat menembus kesalahannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]
Fiksi Remaja[ SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !! ] Clara Maurine Nasution, yang memiliki catatan buruk di mata seluruh guru, serta murid SMA Bhineka Bangsa. Justru, memilih untuk berpacaran dengan Haruto Rasendra Pratama, yang dikenal pembuat...