85. Lie Again; Let Me Hear You Say

6 3 0
                                    

Clara mulai menghiraukan pikiran-pikiran buruk tentang Haruto, yang terus bermunculan dikepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Clara mulai menghiraukan pikiran-pikiran buruk tentang Haruto, yang terus bermunculan dikepalanya. "Nggak mungkin ada cewek lain, selain gue ... karena Haruto itu tipikal cowok yang setia." Lantas, kembali dimasukkan ke dalam tas ransel itu.

Kini, perasaan tidak perduli sudah menjadi bagian dari kepribadian Clara. Namun, sesekali ia sempat memikirkan; bagaimana jika, Haruto tidak bisa bertahan dengan dirinya? Bagaimana, jika dia harus merasa kehilangan untuk kesekian kali.

Renungan kecil, membuat cairan bening menetes begitu saja ke pipi. Clara menghapusnya, lalu mengambil pasta gigi dan menggosoknya perlahan. Selepas itu, Clara beranjak dari kamar mandi, menuju tempat tidur. Hingga, ia melupakan hal tersebut.

**

Paginya ...

Clara telah melupakan segalanya, termasuk dengan cincin yang berada di dalam tas ransel milik Haruto. Walaupun mungkin, di dalam batin Clara masih tersimpan beberapa pertanyaan.

"Hai," sapa Haruto tersenyum saat tiba di depan gerbang rumah Clara; pastinya menggunakan motor Kawasaki yang sudah tua itu.

Clara memicingkan mata, karena sorot matahari yang begitu terik. Sehingga, Haruto langsung memasangkan helm di kepala Clara. "Seragam sekolah lo 'kan ketinggalan di rumah gue, terus lo pakai seragam siapa?"

"Ini, punya Ajun. Gue mampir ke rumahnya dia dulu, sebelum ke sini," ujarnya dibalas anggukan dari Clara. Lantas, ia pun terduduk di jok belakang motor itu, sembari memegang tas ransel Haruto.

"Hari ini, kira-kira gue bisa nggak, ya, ngerjain semua soal ujiannya?" tanya Haruto sambil mengemudikan motornya. Namun, Clara justru terdiam; dengan tatapan kosong.

"Ra?" panggil Haruto seraya meraih tangan Clara, untuk diletakkan di pinggang. Hingga sorot mata Clara berpindah, pada jemari Haruto yang tidak memakai cincin pertunangan mereka berdua.

"Haru, cincinnya ...." Haruto pun menoleh, lantas tertawa kecil.

"Ada di rumah kok, tenang aja. Gue nggak pakai karena takut hilang, itu 'kan cincin pertunangan kita. Jadi, gue harus bisa menjaganya dengan baik, sama seperti gue menjaga lo, Ra." Haruto memberikan alasan, yang membuat Clara percaya.

Setibanya di sekolah, hingga bel masuk berbunyi. Menandakan jika waktu ujian di hari kedua, sudah dimulai. Beberapa jawaban, telah memenuhi lembar kertas yang berada di masing-masing meja. Begitu dengan Clara, yang pelan-pelan mampu mengerjakan semua soalnya dengan mudah; sebab bantuan dari Danu sewaktu belajar bersama.

Sementara, Haruto merasa gelisah. Ia terus mengamati Clara dari kejauhan, tanpa memikirkan jawaban dari soal-soal ujian itu. "Harusnya, gue pakai terus cincin itu. Biar Clara nggak curiga, dan jadi salah paham. Tapi, gue nggak mungkin pakai cincin, yang nggak gue harapkan sama sekali," gumamnya.

Kring!!

Bel istirahat berbunyi, para murid berhamburan di sekitar lingkungan sekolah, sambil membawa buku-buku, untuk mempelajari mata pelajaran di ujian berikutnya. Sedangkan, Haruto dan Clara memilih untuk berkumpul di warkop mpok Ijah, bersama dengan teman-teman yang lainnya.

DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang