Sepuluh hari sudah, setelah kematian Haruto. Kepergiannya pun mengubah suasana di lingkungan sekolah, sekaligus suasana di hidup Clara. Tidak ada yang menyangka, jika Haruto pergi begitu cepat dan meninggalkan mereka semua. Begitu pun Mang Ujang dan Mpok Ijah, yang mempunyai hubungan cukup dekat dengan Haruto. Keduanya merasa kehilangan, bahkan Gavin yang akhirnya mengetahui segalanya; merasa tidak pantas, untuk mendapatkan donor jantung dari Haruto.
Hari-hari terlewati begitu saja, tanpa adanya kebahagiaan dan senyuman yang Clara pancarkan. Kini setiap pagi, ia berangkat menggunakan mobil pribadi bersama Flora, untuk ke sekolah. Sudah tidak ada lagi deru motor yang Clara tunggu di depan gerbang rumah, tidak ada lagi cokelat yang bisa Clara nikmati setiap harinya, dan tidak ada lagi tangan besar yang menggenggam tangan Clara, untuk berjalan berdampingan memasuki kelas.
Kesendirian membuat Clara semakin terbiasa, untuk melakukan sesuatu walaupun rasanya sangat berat. Seperti pagi ini, ia harus berangkat ke sekolah. Namun, masih dengan raut yang sama; lemah, letih, lesu dan lunglai. Hingga berbondong-bondong murid SMA Bhineka Bangsa, membuatnya tersungkur ke lantai. Mereka semua berlarian ke luar kelas, untuk menuju ke aula sekolah.
"Kak, lo gakpapa?" tanya Flora membantunya berdiri. Hanya dibalas anggukan ringan dari Clara, keduanya pun beranjak mengikuti langkah para murid itu.
"Kenapa mereka semua lari ke aula? Emangnya ada apa di sana?" tanya Flora tidak mendapat balasan dari siapa pun, termasuk dari Clara yang masih diam.
Seluruh murid SMA Bhineka Bangsa berkumpul dengan barisan yang rapi di aula, hanya ada pak Santoso di sana yang sedang memasang banner berukuran besar di dinding. Kemudian, para murid pun bersorak setelah melihat banner tersebut. Sebagian dari mereka tampak bahagia, tetapi sebagian lagi ada yang merasa kecewa.
"Ah, males banget. Masa peringkat gue turun sih, padahal gue udah belajar mati-matian," decak Keanu kesal.
Banner yang terpampang jelas di dinding itu, merupakan banner dari hasil ujian semester akhir seluruh murid. Pak Santoso sengaja memasang banner tersebut di aula, supaya para murid dapat melihat sekaligus mengetahui perubahan peringkatnya masing-masing. Tidak dipungkiri, jika Zoya masih menduduki peringkat pertama dari seluruh kelas yang ada di sekolah, sementara peringkat kedua pun masih diduduki oleh Gavin.
Clara mendongak, menelisik satu per satu nama pada banner peringkat itu. Kemudian, bola matanya menangkap nama panjang, yang memang sedang Clara cari. "Peringkat Haruto naik. Dia masuk ke 50 besar," ucap Clara dengan nada tinggi, serta senyuman. Sehingga, para teman-temannya yang ada di sana pun mulai tertuju pada nama Haruto.
Devano memasukkan kedua tangan ke dalam saku, sambil tersenyum melihat nama Haruto memasuki peringkat ke 50 besar. "Gue salut sih sama lo, To. Lo benar-benar membuktikan, nggak cuman ngomong doang," gumamnya.
Clara berjingkrak, sebab namanya pun ikut masuk ke urutan 50 besar bersama dengan Haruto. Kali ini, senyuman akhirnya bisa terkembang. "Gue harus kasih Haru, kalo gue sama dia masuk peringkat 50 besar," ucap Clara berbalik, tetapi langkahnya terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]
Novela Juvenil[ SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !! ] Clara Maurine Nasution, yang memiliki catatan buruk di mata seluruh guru, serta murid SMA Bhineka Bangsa. Justru, memilih untuk berpacaran dengan Haruto Rasendra Pratama, yang dikenal pembuat...