"Gue rasa ... gue mulai suka sama Clara."
Haruto mengangguk pelan, tidak terpancar ekspresi marah sedikit pun di wajahnya. Bahkan, Gavin dengan begitu lantang mengungkapkan perasaan itu di depan Haruto, tanpa adanya keraguan.
"Lo berhak suka sama dia," ujar Haruto membuat Gavin menoleh bingung.
Kemudian, Haruto ikut menoleh untuk membalas pandangan Gavin. "Gue percaya, kalo lo bisa menjaga Clara. Walaupun, gue belum terlalu kenal sama lo, tapi gue yakin kalo Clara bisa bahagia sama lo nantinya."
"Kevin ...." Perkataan itu terhenti, seketika Gavin mengerjap; menyadari kata-kata yang ia lontarkan sebelumnya.
"Gue juga tau, kalo Kevin suka sama Clara. Bahkan, jauh sebelum gue pacaran sama Clara, Kevin udah lebih dulu suka. Cuman, gue pura-pura aja nggak tau," balas Haruto dengan senyuman singkat.
"Sorry." Gavin membuang pandangan ke depan, sambil membasahi bibir bawahnya. Ia berniat untuk diam, supaya tidak salah bicara lagi.
"Sejak kapan lo tertarik sama pacar gue?" tanya Haruto membuat suasana di antara keduanya tampak canggung, dan kaku.
Lantas, Haruto menepuk bahu Gavin sembari tersenyum. "Santai aja kali, gue nggak akan marah, karena lo jujur sama perasaan lo tadi. Justru gue seneng, karena ternyata banyak yang menyayangi Clara."
"Lo nggak suka ada cowok yang deketin Clara 'kan?" tanya Gavin dengan lirikan tajam.
Haruto mengangguk. "Gue nggak melarang semua cowok, buat nggak jatuh cinta sama Clara. Gue cuman melarang semua cowok, buat deketin Clara. Karena sekarang, status gue masih jadi pacarnya. Jadi, gue yang lebih berhak buat menjaga, sekaligus menyayangi dia lebih dari semua cowok yang menyayanginya."
"Kalian mau putus?" tanya Gavin mendadak, sehingga Haruto mengumpat kesal.
"Njir, jangan sampai dong. Gue justru berharap, hubungan gue sama Clara bisa bertahan sampai tua nanti."
"Lo ingat, waktu hujan malam itu di sebuah ruko. Clara nggak sengaja menginjak jempol kaki gue, dan lo langsung marah sama dia. Segitu sayangnya lo sama Clara, sampai lo nggak mau Clara melirik cowok lain."
"Jadi, cowok yang pakai Hoodie hitam malam itu di ruko lo? Dan, lo juga yang udah berani menasehati gue?" Gavin mengangguk, lalu mendapat balasan dari Haruto; sebuah jitakan pelan tepat di kepalanya.
"Sebenarnya, Clara juga berhak buat memilih pasangan hidup. Tapi, nggak ada salahnya 'kan kalo gue memperbaiki diri? Biar, gue bisa jadi cowok yang dia pilih, buat dijadikan pasangan hidupnya."
Gavin mengembuskan napas panjang, lalu berdiri. "Gue juga nggak berharap lebih kok, perasaan gue ke Clara itu hanya sebatas suka." Lalu, Gavin pun berlalu pergi.
Keheningan menerpa beriringan dengan embusan angin sore, yang menyejukkan. Haruto kembali menempelkan lensa kamera, supaya dapat membidik sasarannya. Mengambil beberapa gambar pemandangan indah, dari sinar keemasan matahari tenggelam. Namun, sorot kamera itu tidak mampu menangkap eloknya senja dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]
Ficção Adolescente[ SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !! ] Clara Maurine Nasution, yang memiliki catatan buruk di mata seluruh guru, serta murid SMA Bhineka Bangsa. Justru, memilih untuk berpacaran dengan Haruto Rasendra Pratama, yang dikenal pembuat...