"HUAAYII!!!" Hanshui meneriakkan nama Huayi lalu tiba-tiba, Hanshui tersentak dan membuka mata. Nafasnya tidak teratur. Tubuhnya gemetar dan berkeringat dingin.
Hanshui membeku. Dia melihat sekitarnya, ternyata dia masih berada di kamar Longhan, istana Furong. Rupanya, dia tertidur saat kelelahan menunggu di balik pintu. "Hhh, hehh ... syukurlah ... itu hanya mimpi." Hanshui mendesah. "Huayi, aku sungguh tidak menipumu. Aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu. Aku baru saja mengetahui identitasku. Huayi, percayalah padaku ... Huayi ... ." Lanjutnya. Hanshui berkata dengan lemas.
Hanshui tidak beranjak. Dia tetap duduk bersandar di pintu, mengatur nafasnya dan berusaha untuk berfikir jernih lalu perlahan mengarahkan pandangannya pada sebuah lemari. Dia melihat jauh menembus pada isi di dalamnya. "Hhh, Huayi ... ." Ucapnya lirih. "Longhan ... sebenarnya apa yang ingin kau beritahukan padaku. Apa kau benar-benar terobsesi pada kultivasi itu dan hanya memperalat Huayi? Kenapa? Kenapa selalu Huayi?" Hanshui menelan salivanya. "Longhan, aku tidak tahu apa yang kau fikirkan? Tapi aku ... aku tidak akan mengorbankan Huayi demi ambisi apapun! Tidak akan!" Ucapnya kemudian.
"Kau di mana? Huayi?" Tanyanya seraya menerawang.
~~~~~
"Hatchii!" Huayi mendadak bersin lalu berpamitan pada pelayan lainnya untuk berpisah. Dia ingin mengantarkan sup ke istana Pangeran Api. "Terima kasih, kalian pergilah! Aku bisa melakukannya sendiri." Ucapnya pada para pelayan.
Para pelayan lainnya pergi meninggalkan Huayi. Mereka juga memiliki tugasnya sendiri.
Huayi mengatur nafas, menenangkan dirinya kemudian melihat pintu itu sekilas. Huayi membaca papan nama yang bertuliskan 'Istana Huahuo'. Nama yang sedikit aneh. Kenapa Pangeran Api menamakan istananya seperti itu?
Huayi melangkah. Perlahan memasuki pintu dan melewati jalan setapak di sana. Istana itu sangat luas. Begitu tertata, rapi dan bersih. Tapi, sepertinya ada yang aneh. Kenapa banyak sekali tanaman bunga di sana. "ini ... istana Pangeran Api? Apa tidak salah?" Huayi bergumam bertanya-tanya.
Huayi terus berjalan seraya melihat-lihat sekitarnya. Dia mencari-cari di mana kira-kira ruangan Pangeran Api. "Aku harus mengingat tempat ini agar aku tidak tersesat." Gumamnya lagi.
Setelah berjalan cukup jauh, tiba-tiba terdengar suara angin yang berhembus cukup kencang, juga seperti ada bunyi dentingan benda tajam. Sepertinya, ada seseorang yang sedang berlatih senjata di sana. Huayipun menyelidikinya.
Perlahan dan dengan berhati-hati, Huayi berjalan mengendap-ngendap dan menjulurkan kepalanya agar dapat melihatnya. Huayi memberanikan dirinya.
Lalu tiba-tiba, seseorang menyadari keberadaan Huayi dan berbalik ingin menyerangnya. Dia melemparkan pedangnya, mengarahkannya pada Huayi yang sedang bersembunyi lalu ... .
"Chliing ... !" Seberkas sinar putih muncul lalu pedang tadi terpental kembali ke arah tuannya. Ternyata, itu adalah perisai pelindung milik Longhan yang diberikan padanya. Giok itu benar-benar dapat melindunginya. Ahh, syukurlah.
Huayi menutup matanya tanpa sadar dan terkejut karena tidak terjadi apa-apa padanya. "Hahh, apa itu? Tadi itu apa?" Tanyanya berbisik.
"Siapa di sana!? Keluar!!" Terdengar suara teriakan dari sang pemilik pedang yang terpental tadi.
Huayi menelan saliva kemudian menghela nafas lalu berjalan keluar dari persembunyiannya, menghampiri suara itu. "Ma-Maaf, maaf Tuan ... aku, tidak sengaja melihat Anda berlatih." Huayi berkata terbata seraya menunduk, tidak melihat ke atas.
"Uhh, kaau ... ehh, kau rupanya!?" Suara itu mengejutkan Huayi.
Huayi mengangkat kepala, melihat ke depan pada pria yang sedang bicara dengannya saat ini. "Ahh, k-k ... uh, Pangeran ... ternyata Anda." Ucap Huayi.
Erhuo memperhatikan Huayi dari atas hingga ke bawah lalu mengerutkan kening dan mengerucutkan bibirnya, merasa sedikit aneh. "Hh, adik Huayi ... ada apa denganmu? Kenapa kau ... ." Erhuo tidak melanjutkannya. Dia melihat penampilan Huayi yang begitu sederhana dengan membawa nampan dan mangkuk. "Apa yang dilakukannya?" Fikir Erhuo dalam benaknya.
"Oh, ini ... tidak ada." Huayi seperti dapat membaca fikiran Erhuo lalu berkata. "Ah, Pangeran ... aku memang sengaja datang untuk mencarimu." Ucapnya spontan. "Aku ... ingin menemuimu." Lanjutnya.
"Ehh, benarkah? Mencariku?" Erhuo berkata dengan senang lalu tersenyum.
Huayi : mm, kufikir ... karena kita pernah bertemu sebelumnya, jadi aku ... ingin membawakanmu sesuatu.
Erhuo : ah, adik Huayi ... kau tidak perlu melakukannya sendiri. Kau bisa mengutus pelayan untuk mengirimkannya.
Huayi : itu, itu tidak akan terlihat tulus bukan?
Erhuo : ehhh ... . (Terdiam dan hanya tersenyum)
Sejenak mereka terdiam bersama. Erhuo memandang Huayi dengan mata berbinar. Huayi menggerakkan matanya ke kiri dan ke kanan, sedikit gugup lalu tersadar.
Erhuo : ah, adik Huayi ... apa, kau baik-baik saja? Tadi aku ... uh, aku sungguh bodoh! Aku hampir saja melukaimu. Mohon maafkan aku. (Ucapnya menyesal)
Huayi : tidak apa. Aku baik-baik saja ... .
Erhuo : tapi tadi itu ... apa?
Huayi : tidak ada. Itu hanya perisaiku ... .
Erhuo : oohh, syukurlah. Aku lega mendengarnya.
Erhuo lega mendengarnya, tapi Huayi terkejut melihatnya. Hampir saja jantungnya terasa akan berhenti saat itu juga. Membayangkan sebilah pedang tajam akan menusuk jantungnya. Ahh, itu sangat mengerikan.
"Ah iya, duduklah ... ." Erhuo menyadari ketidakramahannya terhadap seorang tamu lalu mengajak Huayi duduk dan menyajikan minum untuknya.
"Terima kasih." Huayi berbasa-basi menerima gelas itu.
"Adik Huayi, apa yang membawamu kemari? Seharusnya, akulah yang menyambutmu." Erhuo sungguh tidak enak hati. Tidak nyaman dengan situasinya, dia bahkan tidak berpakaian cukup rapi untuk menyambut Huayi.
"Tidak apa-apa. Aku hanya bosan terus berada di dalam kamar. Jadi, aku berkeliling saja ... ." Ucapnya seadanya.
"Uhh, kau pasti sangat merindukan negerimu. Kau sudah pergi sangat jauh ... ." Erhuo berusaha mengerti.
"Hhh ... ." Huayi menunduk kemudian tiba-tiba tersenyum malu dan ambigu. Tidak tahu apa yang difikirkannya.
"Adik Huayi, apa kau tidak perhatikan? Istana ini sengaja kusiapkan untuk menyambutmu." Erhuo tiba-tiba menunjukkan istananya. "Aku sudah meminta pelayan untuk menghias tempat ini dengan begitu banyak tanaman bunga, juga beberapa pohon di taman. Apa, kau suka?" Erhuo menjelaskannya dengan begitu antusias. Berharap Huayi akan senang dan menyukainya.
"Untukku? Tapi, untuk apa? Ini adalah istanamu Pangeran ... ." Huayi tidak mengerti.
Erhuo tersenyum lebar. Dia menghela nafas panjang seraya memandang Huayi dengan hangat. "Adik Huayi, ada yang ingin kuceritakan padamu. Aku juga ingin mengajakmu ke suatu tempat." Ucapnya.
"Huh?" Huayi tidak mengerti.
"Tinggalkan saja mangkuk itu di sini! Ikutlah denganku ... ." Erhuo ingin mengajak Huayi. Dia menarik tangannya.
Huayi : ah, tunggu dulu ... Pangeran tunggu! Kita mau ke mana?
Erhuo : kau akan tahu setelah kau melihatnya! Hehe ... .
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Legend Of HanShui
FantasyHanShui ... Seorang pangeran dari Negeri Air di Benua TianKong. Dia adalah pangeran muda berusia 24 tahun yang ditugaskan untuk mencari kekuatannya yang hilang. Tapi, apakah benar kekuatan itu adalah milik nya? HuaYi ... Seorang putri dari Negeri Bu...