96. Paman & Bibi

3 2 0
                                    

Erhuo benar-benar menarik Huayi dan membawanya ke suatu tempat yang menurutnya begitu sakral. Dia sudah tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

Huayi : Pangeran, ini ... tempat ini ... . (Menghentikan langkahnya dan menepis tangan Erhuo yang sedari tadi selalu memegangnya)

Erhuo : kau ingin tahu kisah masa lalu paman dan bibi kita bukan?

"Uh!" Seketika Huayi tersentak. Dia terkejut dengan ucapan Erhuo. Apa maksudnya?

Erhuo : adik Huayi, aku akan membawamu pada mereka.

Huayi : mereka?

Erhuo : ayolah ... . (Kembali menarik tangan Huayi)

Huayi tiba-tiba gelisah, dia hanya bisa melihat Erhuo menarik dan membawanya.

"Ehh, ini dia ... di sini tempatnya!" Erhuo berhenti dan menatap ke depan seraya tetap memegang tangan Huayi. "Adik Huayi, lihatlah ... di sinilah tempat peristirahatan terakhir paman dan bibi kita." Erhuo berkata dengan sangat jelas.

Huayi melihat sekeliling tempat itu. Erhuo membawanya cukup jauh dari istananya. Tempat itu ... lebih terlihat seperti kebun bunga, atau seperti hutan dengan begitu banyak pohon persik. Tidak terlihat seperti tempat pemakaman keluarga kerajaan. Di tempat itu hanya terdapat satu pusara dengan dua papan nama, yaitu 'mendiang Pangeran Api Huoshan' dan 'mendiang Permaisuri Huayan'. Itu membuat Huayi terbelalak saat membacanya. Itu ... nama bibi Huayan.

"Hahh, hhhh ... ." Huayi tersungkur menjatuhkan dirinya dan berlutut di depan pusara itu. Entah sejak kapan airmatanya mulai berderai. "Ah, huhuhuu ... ." Tangisnya mengikuti.

"Adik Huayi ... ." Erhuo terkejut dengan reaksi Huayi.

Erhuo ikut berlutut dan menyejajarkan dirinya dengan Huayi, dia ingin menenangkan Huayi. "Adik Huayi, k-kau ... ." Erhuo ragu-ragu.

"Hiks, kapan ini terjadi? Bagaimana ini terjadi? Katakan padaku? Apa yang terjadi pada mereka?" Huayi bertanya tanpa menoleh pada Erhuo.

"Hoohhh ... ." Erhuo tiba-tiba merasa berat, hatinya kembali sesak. Dia ingin menceritakan semuanya, tapi bagaimana memulainya? Bagaimana? "Adik Huayi, merekaa ... ." Erhuo mulai bicara.

Tiba-tiba Huayi menggenggam tangan Erhuo dengan kuat lalu memusatkan fikirannya seraya menutup mata. Sepertinya dia ingin mencari tahu sesuatu.

"Aku, Huoshan! Bersumpah di hadapan para leluhur, tidak akan menerima tahta yang diberikan kepadaku. aku akan memberikannya pada kakak tertuaku. Aku akan memberikan baktiku sepenuhnya pada Negeri Api. Aku akan hidup seperti warga biasa." Huoshan berkata dengan lantangnya lalu berlutut dan bersujud.

Seorang pangeran muda yang sangat berbakat dan dikagumi, telah mengikrarkan sumpahnya, dikarenakan desas-desus pengkhianatannya. Dia bersedia menyerahkan seluruh kekuasaannya dan kekuatannya kepada kakak tertuanya. Menerima hidup dalam kesederhanaan bersama permaisurinya yang baru saja dinikahinya.

"Ahhh ... ." Huayi tiba-tiba membuka matanya, menatap pusara itu dengan tidak percaya. "Inii ... ." Huayi masih tidak mengerti.

Erhuo : adik Huayi, ada apa?

Huayi : apa yang terjadi? Ada apa sebenarnya?

Huayi menoleh, menatap Erhuo dengan tajam. "Pangeran, katakan padaku!" Pintanya.

Erhuo : adik Huayi, ada apa denganmu?

Huayi : kau yang mengatakannya padaku, ada yang ingin kau bicarakan. Katakan! Apa itu?

Erhuo semakin mengeratkan tangannya, menggenggam erat kedua tangan Huayi. "Adik Huayi, aku ingin memohon ampunan darimu. Atas nama ayahku ... ." Erhuo dengan berat hati mengatakannya.

Legend Of HanShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang