129. Berlatih Pedang

3 2 0
                                    

Hari ini ... entah sudah berapa kali Huayi lelah dan terlelap. Saat ini Huayi belum terbangun dari tidurnya.

Hanshui ... dia sedang duduk mematung memandangi Huayi dari tempat duduknya. Matanya bersinar dengan tajam dan sesekali menyipit. Bibirnya tertutup rapat dan sesekali sudutnya terangkat. Wajahnya begitu tegas menampakkan kesempurnaan.

Setelah puas memandang, ekspresi Hanshui mulai berubah.  Dia mulai tersenyum hingga tertawa malu-malu, mengulum bibirnya. Tidak tahu apa yang difikirkannya. Yang jelas, saat ini wajahnya sedikit memerah. Kebahagiaan telah menyelimuti hatinya.

"Hahh, Huayi ... seandainya tidak ada misi, aku tidak akan membiarkanmu kembali ke Negeri Api." Ucap Hanshui mendesah.

Hanshui bangkit berdiri, berjalan mendekati Huayi. Lalu ... .

"Kau mau apa?" Huayi tiba-tiba membuka mata kemudian segera waspada karena melihat Hanshui mendekatinya.

Hanshui terkejut tapi tersenyum setelahnya. "Eh khem!" Hanshuipun duduk di tepi ranjang.

Huayi : jam berapa sekarang? Aku harus berlatih. Aku harus menemukan pedang itu.

Hanshui : tunggu! Kau tidak lelah?

Huayi : tidak!

Hanshui : sepertinya kau sudah mendapatkan kekuatan. (Berkata sedikit ambigu)

Huayi : apa maksudmu? Menyingkirlah! (Tidak perduli lalu mengusir Hanshui dari hadapannya)

Hanshui : hah! Kau cepat sekali berubah. Sebelumnya kau sangat manis padaku. (Tersenyum menggoda)

Huayi : huh! (Mendengus lalu pergi ke luar)

Di luar gua ... Huayi memperhatikan sekitarnya. "Di mana benda itu? Merepotkan!" Gumamnya kesal.

"Hhh ... pedang adalah dirimu, dirimu adalah pedang. Rasakan keberadaannya, sentuh kekuatannya!" Hanshui ikut keluar, menyusul seraya mengingatkan caranya.

Huayi dengan cepat berfikir, berusaha untuk fokus. Dia menutup mata, mulai menggunakan kekuatannya untuk merasakan energi pedang itu. "Dapat!" Tiba-tiba membuka mata, dia berhasil menemukannya.

Hanshui : pergilah! Aku akan menunggumu di sini.

Huayi menoleh, tersenyum lalu segera pergi. Dia mengikuti intuisinya berdasarkan energi yang dia rasakan tadi. Ternyata, ada sisi lain di pulau itu. "Waahhh! Tempat ini ... ." Huayi terpana. "Ada kehidupan di sini. Cantik sekali ... ." Huayi seperti melihat kebun bunga miniatur yang sengaja dibuat oleh seseorang, tapi siapa? Bukankah pulau itu kosong, tak bertuan.

Sebenarnya ... dahulu, pulau itu memang dipersiapkan untuk ditempati oleh sepasang suami istri. Huayi benar, tempat itu memang dibuat oleh seseorang. Tapi, orang itu sudah tidak ada. Dia hanya meninggalkan hasil karyanya yang sekarang ditemukan oleh Huayi.

Huayi berjalan perlahan, berputar. Mencari-cari keberadaan pedangnya dan kemudian berhasil menemukannya. "Ah, itu dia!" Gumamnya.

Huayi mengendalikan dirinya, mengatur nafasnya, memantapkan diri, bersiap menarik pedang dari tumpuan batu besar. Tapi ... . "Aaarrrgh ... hehh, hhh ... kenapa sulit sekali?" Huayi tersengal-sengal, tidak berhasil menarik pedangnya. Bagaimana ini?

Huayi terus berfikir ... dia harus bisa, harus bisa! Dia tidak bisa terus mengandalkan Hanshui. Kemudian Huayi memikirkan satu cara. Semoga itu berhasil.

"Pedang, oh pedang ... kau pedang yang sangat perkasa. Kau sangat menakjubkan! Kau tahu, aku sangat memujamu. Saat ini aku sangat membutuhkan bantuanmu. Jadi kumohon, jangan mempersulitku. Kemarilah! Ehm emm, ayoo ... datanglah padaku!" Huayi bicara sesukanya untuk memuji pedang itu, mengajaknya bicara, merentangkan tangannya. "Ayo, kemarilah! Aku akan baik padamu. Kau mau, kan?" Tambahnya. Apakah cara itu yang terfikirkan olehnya? Hhh ... .

Legend Of HanShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang