116. Tanda Asing

5 1 0
                                    

Shuili masih terpaku memandang Meila dengan tatapan kosongnya. Meila mengangkat tangan, menunjuk ke atas, memberi tanda kalau mereka harus segera keluar dari dalam air. Jika tidak, mereka akan benar-benar kehabisan nafas.

Shuili masih saja diam dan tidak bergerak. Dia sama sekali tidak terlihat kesulitan dalam bernafas, bahkan dia terlihat baik-baik saja.

Meila menyentuh Shuili dan menggoncangkan tubuhnya untuk menyadarkannya lalu Shuilipun tersadar.

Shuili dengan cepat melingkarkan lengannya di pinggang Meila, kemudian berusaha untuk membawanya naik ke atas dan sesaat setelah mereka muncul di permukaan, Shuili dengan sigap menggendong Meila ke dalam pelukannya. Meilapun dengan reflek mengaitkan kedua tangannya pada leher Shuili.

"Putri ... ." Jendral Cheng segera menyambutnya. "Anda baik-baik saja? Anda tidak apa-apa?" Tanyanya sedikit cemas.

Meila tidak menjawab. Dia hanya memalingkan wajahnya dan menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Shuili karena merasa malu.

Shuilipun tidak berkata apa-apa. Melihat reaksi Meila yang menyembunyikan wajahnya dan juga merasakan tangan Meila yang mengeratkan pegangannya, Shuili yakin kalau wanita ini pasti merasa sangat malu, terlebih dengan pakaiannya yang basah sekujur tubuh dan penampilannya yang cukup memalukan.

"Putri ... ." Jendral Cheng kembali bertanya.

Hutian yang mengerti situasinya, segera berkata. "Cepat! Bawa putri kembali! Dia tidak boleh sakit setelah ini." Ucapnya seraya memberi perintah pada Jendral Cheng.

"Biar aku saja!" Sanggah Shuili tiba-tiba dan segera meninggalkan tempat itu. Dia ingin membawa Meila kembali ke paviliun.

"Uhh!" Semua pria di sana terkejut.

"Tapi, Pangeran Air ... ." Ucapan Hudie terputus.

"Pangeran Air, kau tidak boleh ... ." Huomei ingin menghalangi Shuili tapi tidak berhasil.

Shuili tidak menghiraukan mereka semua. Dia terus saja berjalan menggendong Meila hingga keluar dari istana Huomei.

"Uh, aku pergi!" Jendral Cheng segera undur diri.

"Tunggu! Kami ikut denganmu." Xujia dan Xiaolupun ikut berpamitan lalu pergi bersama.

Sekarang, hanya tersisa Hutian dan tiga putri itu lalu pengawal Haiyu dan beberapa pengawal serangga Negeri Awan.

"Bagaimana jika ... kita juga kembali? Kita sudah terlalu lama di sini. Hari sudah terik." Ucap Hutian kemudian.

"Ah, baiklah! Kita memang harus kembali." Huomeipun tidak keberatan. "Mari, silakan ... ." Huomei mengantarkan para tamunya hingga ke depan istananya lalu membiarkan pelayannya untuk mengantarkan mereka kembali ke paviliun masing-masing.

~~~~~

Shuili benar-benar mengantarkan Meila ke paviliunnya bahkan dengan berani membawanya masuk hingga ke dalam kamarnya. Membuat para pelayan di sana menjadi heran dan tidak berani untuk menahannya.

Shuili sudah berada di kamar Meila. Dia berdiri di depan tempat tidur kemudian melihat tingkah Meila yang menggemaskan seperti gadis kecil, apa ini?

"Tidak ada siapa-siapa lagi di sini, turunlah! Bersihkan dirimu! Jika tidak, kau akan jatuh sakit." Shuili berkata dengan lembut.

Meila tidak segera turun dari pelukan Shuili. Dia justru berkata. "Emm, bagaimana cara aku turun? Kau tidak menurunkanku." Suaranya terdengar malu-malu.

"Uh!" Shuili terkejut dan menyadarinya.

"Turunkan, aku!" Pinta Meila.

"Ooh ... ." Shuili menurunkan Meila dengan hati-hati. Dia menurunkan kakinya secara perlahan hingga menapak ke lantai.

Legend Of HanShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang