148. Pulau Mimpi

13 2 0
                                    

Sementara itu, di dalam kamar, tepat di sisi ranjang Longhan, Xiaotian masih tetap menjaga tuannya dengan setia. Dia berjaga dengan penuh siaga dan menunggu tuannya dengan sabar.

"Huayii!!" Tiba-tiba Hanshui terbangun dari tidurnya seraya berteriak memanggil nama Huayi dengan ketakutan. Sepertinya, dia baru saja mendapatkan mimpi buruk.

Deru nafasnya tersengal dan terdengar dengan begitu jelas. Jantungnya memompa dengan sangat cepat, bekerja begitu keras. Matanya menatap ke depan hingga terbelalak. Keringatnya mengalir bercucuran hingga membasahi pakaiannya dan juga terasa begitu sangat dingin. Hanshui terpaku, dia tercengang dan tanpa sadar menggerakkan matanya ke kiri dan ke kanan. "Hhh ... hehh ... ." Nafasnya masih terus menderu dengan tersengal.

"Yang Mulia, Anda sudah sadar? Anda baik-baik saja?" Tanya Xiaotian yang selalu berjaga di dekat Hanshui. Dia sangat cemas dan khawatir dengan kondisi tuannya.

"Hahh, hhh ... ooh ... ." Hanshui masih tercengang, sepertinya dia begitu sangat terguncang. Dia tidak bisa melupakannya. Dia masih bisa melihat mimpi itu dengan sangat jelas. Kemudian dia berusaha untuk menenangkan diri hingga belum menyadari kehadiran Xiaotian.

"Yang Mulia ... ." Panggil Xiaotian sekali lagi.

Hanshui mulai menyadarinya kemudian menoleh ke samping dan melihat ke arah Xiaotian. "Aahhh ... ." Dia mulai tenang.

"Yang Mulia." Panggil Xiaotian pelan.

Hanshui menatap Xiaotian dengan lekat. Dia mengatur nafasnya kemudian berkata. "Xiaotian, tadi kau ... kau memanggilku apa?" Sepertinya Hanshui baru saja menyadarinya. Panggilan itu membuatnya merasa asing dan tidak nyaman, terlebih pada saat-saat seperti ini.

Xiaotian meneguk salivanya sebelum menjawab pertanyaan Hanshui. "Yang ... Mulia." Jawab Xiaotian dengan jelas.

"Hemp!" Timpal Hanshui yang memalingkan wajahnya dengan sinis dan sedikit kesal. Dia tidak suka mendengarnya.

Xiaotian menjadi canggung, begitu salah tingkah. Ada rasa gugup, bingung dan juga heran. Dia tidak tahu apa yang salah dengan ucapannya dan di mana letak kesalahannya. "Uhh, T-Tuan ... ." Akhirnya, Xiaotian memutuskan untuk memanggil Hanshui dengan panggilan seperti biasanya.

"Ingat! Jika tidak dalam situasi formal, kau tidak perlu memanggilku dengan panggilan itu. Kau mengerti!?" Hanshui berkata dengan tegas dan sedikit mendominasi seraya kembali melihat ke arah Xiaotian. Kali ini, tatapannya juga menjadi lebih tajam dari sebelumnya.

Xiaotian menundukkan kepala seraya berfikir. "Apa yang salah denganku? Ada apa dengan Yang Mulia? Kenapa dia melarangku?" Wajahnya berubah menjadi lebih serius disaat dirinya sedang berfikir.

"Jangan banyak bertanya! Lakukan saja sesuai perintahku!" Hanshui menegur Xiaotian dan mengacaukan fikirannya.

"Uh, baik! Xiaotian mengerti." Jawab Xiaotian dengan cepat. Sebenarnya, dia sungguh tidak mengerti kenapa Hanshui bersikap seperti itu. Bukankah, seharusnya Hanshui merasa senang dan bahagia?

Hanshui melihat Xiaotian yang masih menunduk lalu bertanya. "Apa yang sedang kau fikirkan? Kenapa diam saja?"

Xiaotian mengangkat kepalanya, menghela nafas dan memberanikan diri untuk berkata pada Hanshui. "Tuan, Anda adalah Yang Mulia Raja Langit, penguasa seluruh alam di dunia langit. Anda seharusnya bergembira untuk hal itu ... ."

"Gembira!? Bahagia maksudmu!? Huh! Apa aku terlihat sedang bahagia sekarang ini!?" Hanshui menyanggah ucapan Xiaotian dengan sarkas. "Huh! Hah hah ... huuhh ... ." Hanshui menertawakan dirinya sendiri.

"Tap-Tapi Tuan, Anda ... ." Xiaotian ingin menjelaskan.

"Cukup!" Sanggah Hanshui kembali.

"Tuan, maafkan aku jika aku lancang. Tapi mimpi itu ... Anda dapat menghancurkannya! Mimpi itu belum terjadi, bukan!?" Ucap Xiaotian dengan sedikit kesal. Dia tidak ingin tuannya bersedih karena sesuatu.

Legend Of HanShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang