141. Kesedihan LongHan

7 3 0
                                    

Di sebuah tempat di dunia langit, di dalam lautan yang sangat dalam dan dingin. Ada sebuah kedalaman dan terdapat tempat yang menyerupai makam kuno milik suatu keluarga.

Di sana, terdapat satu pusara dengan satu papan nama yang disertai dengan sebuah lukisan di dekatnya.

Papan nama yang bertuliskan 'mendiang Permaisuri Langit' dan lukisan seorang wanita muda yang anggun terpajang di sana dengan bertuliskan 'Dewi Naga Longlu'.

Ternyata, kepergian Hanshui dari dunia manusia telah membawanya kembali ke dunia langit. Tapi tempat pertama yang dia datangi bukanlah istana langit dan bukan juga istana miliknya, melainkan tempat peristirahatan terakhir dari ibundanya, ibu kandung dari Dewa Longhan.

Hanshui kembali ke dunia langit. Dia awalnya berencana akan membawa Huayi pergi ke dunia langit, menuju ke tempat ibundanya berada dan ingin memperkenalkannya kepada ibu kandungnya. Hanya saja, prasangka Huayi telah menggagalkan semuanya.

"Hahh ... ibu, aku sudah menikah." Ucap Hanshui yang membuka kisahnya. "Aku ... bahkan menikahinya berkali-kali di dunia manusia. Hahah ... aku menikahi wanita yang sama, manusia yang sama. Tapii ... ." Hanshui menjeda ceritanya seraya menenangkan dirinya.

Seketika Hanshui merasa berat untuk bicara, tapi dia tetap ingin mencurahkan seluruh isi hatinya. "Aku ... ingin memperkenalkannya padamu, ibu ... ." Hanshui menghela nafasnya. "Dia ... adalah Huayi, seorang gadis manusia yang sangat aku inginkan. Aku mencintainya. Aku bertekad untuk menjadikannya sebagai pendampingku." Hanshui mengatakannya dengan penuh keyakinan, dia sangat percaya diri.

"Ibu, mohon izinkan putramu ini ... restui dan berkati putramu ini. Longhan bertekad untuk tetap mempertahankannya, demi apapun, aku tidak akan melepaskannya!" Ucapnya dengan lantang.

Hanshui tidak hanya selesai sampai di sana. Dia masih ingin terus menceritakan kisahnya pada ibundanya. "Huayi, menantumu itu ... dia sungguh keras kepala. Hehh ... ." Ucapnya seakan sedang berdialog dengan ibundanya. "Kau tahu, dia lebih mendengarkan perkataan orang lain dibandingkan denganku, yang jelas-jelas adalah suaminya sendiri. Dia bahkan meragukanku, hahah ... hah ... ibu, apa kau tahu? Dia juga mempercayai hal bodoh itu! Berita sampah yang tidak benar sama sekali! Dia sangat bodoh! Tapi ... hahah, hahaha ... aku, bahkan lebih bodoh darinya dengan mencintainya hingga seperti ini." Hanshui bercerita seraya menertawakan dirinya sendiri. "Ahh, hahhh ... ."

Hanshui kembali terdiam. Dia harus menenangkan dirinya. Fikirannya, hatinya juga emosinya dan kemudian menghela nafas dengan berat.

"Ibu, aku akan segera menyelesaikan semua kekacauan ini. Seseorang yang terlibat harus ikut mempertanggungjawabkan semua kekacauan ini." Ucap Hanshui dengan dalam seraya menatap penuh arti.

Setelah menyelesaikan curahan hatinya, Hanshui melakukan ritual penghormatan di pusara ibundanya. Dia mengambil secangkir arak dan meneteskan sedikit darahnya ke dalam cangkir minuman itu lalu menuangkannya ke tanah sebagai bentuk penghormatan dan penanda kehadirannya di tempat itu.

"Ibu, Longhan ... pamit." Hanshui berkata dengan mantab. "Longhan undur diri." Ucapnya kembali sebelum melakukan sujud terakhirnya.

Di saat Hanshui akan berdiri, tiba-tiba terjadi sesuatu. Tanah di sekitar pusara menjadi sedikit berguncang lalu muncullah seberkas cahaya hijau di hadapan Hanshui.

"Uhh ... !" Hanshui tersentak. "I-Itu ... ." Hanshui tercekat.

"Han'er ... ." Terdengar suara seorang wanita yang memanggil nama Hanshui dengan nama panggilan saat Longhan kecil dulu.

"I ... ." Hanshui masih tercekat, lidahnya tertahan. Dia ingin bicara tapi terasa sulit.

"Han'er, kaukah itu?" Suara itu terdengar kembali. Dia bertanya pada Hanshui. "Han'er ... putraku? Kaukah yang datang?" Tanyanya kembali.

Legend Of HanShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang