122. Merindukanmu

7 2 0
                                    

Huayi mendekati Hanshui, dia ingin menantangnya. "Apa yang kau inginkan? Cepat katakan!" Ucapnya lantang.

Hanshui menghentikan tawanya, kemudian menatap Huayi dengan serius dan berkata. "Layani aku malam ini! Aku ingin mencicipi sesuatu ... juga ... mandikan aku dengan keringatmu! Bagaimana?" Hanshui mengatakannya dengan sangat jelas.

Huayi kembali membelalakkan matanya, membuka mulutnya. "Kau!" Huayi menyadari sesuatu, sepertinya dia sedang dipermainkan.

Huayi : tidak bisa!

Hanshui : ohh, kenapa? Kau keberatan?

Huayi : Dewa, kau tahu ... aku ini wanita bersuami, aku sudah menikah! Aku hanya akan tidur dengan suamiku! Kau mengerti!

Hanshui menyunggingkan sedikit senyumnya, dia tidak mengira Huayi akan mengatakan itu. Dia semakin gemas, semakin bersemangat untuk meneruskan permainannya itu.

Hanshui : suamimu tidak ada. Dia tidak akan tahu, ehm ... . (Memberikan tatapan nakalnya)

Huayi : bagaimana kalau dia tahu?

Hanshui : kalau kau mau, aku bisa menghilangkannya ... .

Huayi : cukup! (Sanggahnya)

Huayi menutup mulut Hanshui dengan tangannya, dia tidak ingin mendengar Hanshui mengatakan hal itu. Apa maksudnya?

Mata hitam mereka saling beradu. Tatapan Huayi bersorot tajam. Tatapan Hanshui melemah, meredup, berubah hangat.

Hanshui : kau tidak suka? (Melepas tangan Huayi)

Huayi : kau tidak boleh bicara seperti itu. Bagaimanapun juga kau adalah Hanshui. Hanshuiku tidak boleh ... . (Tiba-tiba suaranya tercekat)

Huayi merasa sesak, matanya tiba-tiba memanas. Hanshui tersentak dan tiba-tiba memeluk wajah Huayi, menangkupnya.

Hanshui : maafkan aku. Huayi ... .

Huayi : kau tidak boleh ... aku ingin Hanshuiku kembali ... . (Menangis dan memohon)

Hanshui tercengang melihat airmata itu jatuh begitu saja. Dia menyesal, dia tidak seharusnya mengatakan itu. Tidak seharusnya membuat Huayi menangis. Dia hanya ingin menggodanya tadi. Bagaimana ini?

Hanshui : baiklah, baiklah! Maafkan aku! Aku tidak akan mengatakannya lagi, tidak. (Mencium kening Huayi dengan penuh kasih)

Huayi : aku ingin Hanshui ... Dewa ... aku merindukan suamiku ... . (Rengeknya)

Hanshui : Huayi, tutup matamu!

Huayi menutup matanya, menunduk dan menghapus airmatanya. Menunggu kejutan apa yang akan dia dapatkan.

Hanshui : Huayi ... . (Panggilnya)

Huayi membuka mata perlahan, melihat ke atas. "Ah, hahh ... ." Betapa terharunya Huayi. Dia melihat sosok Pangeran Hanshui di hadapannya. Wajah Hanshui yang dirindukannya. "Han-shui ... kau ... ."

Hanshui : Huayi ... aku adalah Longhan ... aku juga adalah Hanshui ... kami adalah orang yang sama, jiwa kami adalah satu. Hanya penampilan kami saja yang berbeda. Jika kau menyukai penampilan Hanshui yang seperti ini, aku akan selalu seperti ini di matamu. (Hanshui berkata dengan lembut)

Tepat setelah Hanshui menyelesaikan kata-katanya, Huayi dengan cepat menjinjit dan mencium bibir Hanshui. Huayi melumatnya, dia ingin merasakan kembali bibir itu, bibir milik Hanshui.

Huayi merasa kesulitan untuk bertahan, menjinjit terlalu lama membuatnya pegal. Huayipun mengalungkan kedua tangannya di leher Hanshui. "Eh, hehh ... hhh ... ." Huayi seperti tidak sabar. Dia berusaha terus meraih bibir itu. "Han-shui ... Han ... emp." Suaranya tertahan.

Legend Of HanShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang