142. Masalah HongMei

13 3 2
                                    

Baihua terlihat sedang bersantai di istananya. Wajahnya terlihat berbeda saat ini. Matanya sangat tajam, hidungnya yang tinggi serta dagu yang sempurna, semua itu tidak membuatnya terlihat menakutkan. Justru dia tetap terlihat tampan. Diimbangi dengan postur tubuhnya yang gagah, dia terlihat begitu sempurna. Tidak heran jika dahulu banyak peri dan dewi yang jatuh hati padanya. Tapi, dari semua wanita yang memujanya, Baihua hanya memberikan hatinya pada Dewi Bunga Meihua. Entah karena mereka berasal dari suku yang sama atau karena ada hal lain? Hal itu hanya diketahui oleh Baihua sendiri.

Hongmei : Ayah ... Ayah mencariku? (Tanya Hongmei yang tiba-tiba datang menghampiri ayahnya)

Baihua : hum, duduklah!

Hongmei : ada apa Ayah mencariku?

Baihua : ooh, apa aku tidak boleh bertemu dengan putriku sendiri?

Hongmei : emp, tentu saja boleh! Tapi ... aku tidak menyangka akan secepat ini. (Suaranya mulai mengecil)

Baihua : apa katamu?

Hongmei : ah, tidak ... . (Menunduk malu)

Saat ini, Hongmei hanya merasa sedikit aneh saja. Bukankah ayahnya sudah menyuruhnya pergi. Lagipula saat ini ayahnya tidak terlihat tegang dan akan memberinya tugas baru. Jadi kira-kira, karena ada alasan apa dia mencarinya?

Baihua melirik dan melihat putrinya itu. Dia sedikit menyunggingkan senyum tipisnya. Sepertinya saat ini suasana hatinya sedang bagus. Tapi karena ada beberapa hal yang ingin dia tanyakan pada Hongmei, dia tidak bisa bersantai dengan mudah. Dia juga ingin mengklarifikasi berita tertentu.

Hongmei terlihat gelisah seraya memainkan ujung pakaiannya. Dia merasakan keheningan sesaat dan hawa yang sedikit mencekam dari kebisuan ayahnya. Dia takut, dia khawatir jika ayahnya akan mengetahui dan mempertanyakan aksi rahasianya.

Baihua : Hongmei ... . (Panggil Baihua tiba-tiba)

Hongmei : uh, iya Ayah ... . (Sahutnya karena terkejut)

Baihua : apa kau melakukan suatu kesalahan? (Selidik Baihua)

Hongmei : uh, tidak! Aku tidak ... .

Baihua : kau yakin?

Hongmei : aku sudah mengawal Huayi hingga selamat. Menemaninya agar tidak bertindak gegabah. Hanya saja ... .

Baihua : uhm ... ?

Hongmei mengedip-ngedipkan matanya karena salah tingkah. Dia tidak tahu bagaimana menceritakannya. Karena, Putra Mahkota turut andil setelahnya.

Baihua : apa?

Hongmei : Ayah, aku tidak bersalah. Itu karena ... . (Seketika menghentikan kalimatnya)

Hongmei tidak melanjutkan kalimatnya. Tidak, dia tidak boleh mengatakannya. Semua ini terjadi dikarenakan Huayi yang mendengar ucapan Meila dan jika Hongmei mengatakannya, maka semua akan menjadi petaka. Meila sudah terluka dan hampir saja kehilangan nyawanya, bagaimana mungkin dia akan bertahan jika dia mendapat hukuman tambahan dari ayah mereka. Maka dari itu, Hongmei akan menutup mulutnya rapat-rapat mengenai hal itu.

Baihua : Hongmei ... . (Menunggu jawaban)

Hongmei : uh ... !

Hongmei Melihat Baihua seraya menganga dan kemudian segera menutup mulutnya. Dia gelisah, sedikit panik.

Hongmei : Ayah ... .

Baihua : humm ... . (Bergumam seraya memberikan senyumannya)

"Ah!" Hongmei terkejut. Apa itu? Baihua tersenyum padanya? Ayahnya tersenyum padanya? "Itu, bukan mimpi?" Tanya Hongmei dalam benaknya.

Legend Of HanShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang