149. Adik Seperguruan

21 2 0
                                    

Sebuah hutan lebat yang rimbun dengan rerumputan yang hijau dan juga pepohonan yang perkasa. Udara yang berhembus di dalamnya terasa begitu sangat menyehatkan. Begitu juga dengan Air yang mengalir dengan sangat derasnya, terasa begitu menyegarkan. Aura alam yang memukau begitu memancar hingga menyusupi relung jiwa. Hewan-hewan kecil sangat menikmati tempat tinggal mereka. Dengan suara-suara dan gerakan tubuh mereka yang lincah bergerak kesana-kemari, yang mana semua itu menambah semarak suasana hutan yang terlihat sangat damai dan terasa menyejukkan.

Saat ini, Yingzi masih berada ditempatnya, dia tidak berpindah kemanapun. Lagipula, Longlan sang tuannyapun tidak memanggilnya untuk semetara waktu ini. Jadi dia bisa memanfaatkan waktunya untuk bermalam di sana seraya menjaga dan merawat wanita itu.

Malam berlalu dan haripun berganti. Matahari sudah datang menampakkan kebesarannya. Melalui sela-sela dedaunan, cahaya masuk memancarkan keindahan. Suara alampun berkumandang, menyambut hari yang indah dengan gembira.

"Uh ... ." Suara lenguhan Yingzi mulai terdengar. Dia kemudian membuka mata dan meregangkan tubuhnya. "Ahh ... ."

Yingzi bergerak perlahan lalu bangkit berdiri dan mulai melakukan rutinitas paginya seperti biasa, itu adalah aktifitasnya jika dia sedang berada dan tinggal di tempat itu. Rumah kecil itu adalah merupakan tempat pribadinya. Bisa juga dikatakan sebagai tempat rahasianya, karena tidak banyak orang yang mengetahuinya.

Dahulu, dia sering sekali tinggal di sana untuk meracik dan meramu obat-obatan. Oleh karena itu, hanya orang-orang terdekatnya saja yang pernah dibawa untuk datang ke tempat itu.

Yingzi membuka jendela dan membiarkan cahaya matahari masuk untuk menyinari ruangan. Menyiapkan air dan memasak sesuatu untuk dimakan. Yingzi dapat memprediksikan, bahwa wanita itu akan sadar hari ini juga. Maka dia harus mempersiapkan sesuatu, setidaknya seperti semangkuk bubur untuk mengisi perut yang kosong.

Dahulu, Yingzi tidak pernah melakukan semua pekerjaan kasar itu sendiri. Akan ada banyak pelayan yang bersedia melakukan semua itu untuknya. Tapi sekarang, dia sudah terbiasa melakukan semuanya itu sendiri.

Setelah Yingzi menyelesaikan rutinitas paginya, dia kembali untuk melihat kondisi wanita itu. "Ahh ... ." Yingzi menghela nafasnya seraya memeriksa luka dan suhu tubuh dengan meletakkan 2 jarinya di atas kening wanita itu. Dia melakukannya dengan sangat lembut. "Syukurlah, demamnya sudah turun. Kau sudah lebih baik sekarang." Gumamnya kemudian. "Kau akan baik-baik saja. Aku akan merawat dan menjagamu." Gumamnya kembali seraya tersenyum dan memperbaiki selimutnya.

Rupanya, Yingzi tidak cukup hanya dengan melakukan itu. Maka, dia berencana untuk tetap tinggal. Dia lebih memilih untuk duduk dan memandangi wajah tidur wanita itu. "Hhh ... ." Desahnya.

"Shimei ... ." Bisik Yingzi. Dia tiba-tiba terusik untuk melafaskan istilah itu. Shimei adalah panggilan yang sering dia gunakan untuk menyebut adik seperguruannya yang berjenis kelamin perempuan ketika dahulu di perguruan kala itu.

Saat itu, tahun itu, Yingzi belum mengenal dan bahkan tidak mengetahui identitas dari adik seperguruannya. Jadi, dia hanya akan memanggilnya dengan sebutan Shimei.

Untuk beberapa waktu, Yingzi merasa cukup bahagia karena dapat bernostalgia hanya dengan momen seperti ini. Sekarang ini, dia dapat memandangi wajah wanita itu dengan bebas tanpa harus bersembunyi lagi untuk menikmati kecantikannya. Bahkan tidak adanya sekat dan jarak yang membatasi di antara mereka. Merupakan kepuasan tersendiri baginya ketika tak ada seorangpun yang dapat melihat aksinya saat ini. Tetapi, tak lama kemudian, ada sesuatu yang tiba-tiba datang dan mengganggu kesenangannya.

"Uh! Siapa!?" Tanya Yingzi di sela keterkejutannya.

Yingzi mendengar ada sesuatu di luar sana. Di saat seperti ini, kenapa ada yang datang ke tempatnya? "Di saat seperti ini, siapa yang berani datang seenaknya?" Tanya Yingzi dalam hati.

Legend Of HanShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang