132. Persiapan

3 1 0
                                    

Malam kedua perayaan festifal Negeri Api akan segera tiba. Semua negeri akan memberikan persembahannya. Seluruh rakyat Negeri Api sudah sangat menantikannya. Setelah malam sebelumnya, Putri Api mereka sudah membuka acara dengan penampilannya, maka nanti, mereka akan menyaksikan penampilan para putri dari seluruh negeri. Itu akan sangat fenomenal.

Sebelumnya, Huayi berendam di dalam air hangat untuk menenangkan pikirannya yang kacau. Tubuhnya juga membutuhkan relaksasi, melemaskan otot-ototnya yang tegang. Selain berlatih pedang, Hanshui yang sekarang sudah berstatus sebagai dewapun ikut menggertaknya. Tentu saja semua itu telah berhasil membuat tubuh dan pikirannya menjadi lelah.

"Hanshui, aku sungguh berharap kau bukan seorang dewa." Gumamnya lemas. "Apa yang harus kulakukan sekarang? Bertemu denganmu ... bertemu dengan Dewa Longhan ... ooh ... ." Keluhnya seraya menunduk dan menutup wajah dengan kedua tangannya.

Huayi menepuk-nepuk wajahnya, menyadarkan dirinya. Meringkuk di dalam bak kayu. Menatap kosong pada genangan air. Bernafas lemas.

"Hahh, aku sungguh tidak pantas jika harus dibandingkan dengan Dewi Ronghua. Bahkan tidak sebanding dengan seujung kukunya. Hahh, Hanshui ... jadi itu alasan kenapa kau sangat membenci A'shù. Kau ... Putra Mahkota yang tidak beruntung." Huayi berdialog sendiri.

Huayi menurunkan tubuhnya, menarik nafas panjang, menenggelamkan kepalanya, relaksasi macam apa itu?

Dalam hitungan detik, Huayi masih bisa menahan nafasnya di dalam air. Tapi tiba-tiba, dia dikejutkan oleh sesuatu.

"Apa yang kau lakukan?" Tiba-tiba Hanshui muncul tanpa pemberitahuan, mengejutkan Huayi di dalam air.

Huayi yang mendengarnya, langsung membuka mata dan segera mengangkat kepalanya. "Aaakh ... ." Teriaknya. Terkejut melihat Hanshui dari jarak yang sangat dekat dengannya. "Kau, apa yang kau lakukan? Keluarlah!" Huayi mengecilkan suaranya.

Hanshui membulatkan matanya, ekspresinya sangat lucu. "Keluar? Kau mengusirku lagi?" Tanyanya heran.

"Pergi dari sini! Menghilanglah! Enyah ... ." Usirnya. Huayi sedikit panik. Bagaimana jika para dewi mengetahuinya. Mereka bisa saja melihat dan mendengar Hanshui.

Hanshui bergeming, tetap di tempat. Tidak pergi. "Ada apa denganmu?"

"Kau bertanya ada apa? Aku sedang berendam, apa kau tidak lihat? Jadi pergilah!" Huayi kesal.

"Kau tidak perlu malu. Aku sudah sering melihat tubuhmu. Aku bahkan hafal dengan bentuk tubuhmu. Hem ... ." Ucap Hanshui sedikit genit.

"Ap-Apa? Kau ... dasar kau dewa mesum! Pergi kau!" Huayi berkata kasar dengan menahan suaranya. Dia malu, bahkan tidak punya wajah untuk menatap Hanshui. Huayi meringkuk, berpaling dan menutup matanya.

"Yi'er, apa kau ingin menambahkan bunga pada airmu. Aku bisa membantumu." Hanshui menawarkan idenya.

"Aa, tidak perlu. Pergi saja!" Ucap Huayi seraya tetap berpaling.

Hanshui berlutut, ingin melihat Huayi dari dekat. Dia tersenyum memandangnya. "Yi'er, kau istirahatlah dulu! Aku akan 'menjagamu'." Ucapnya seraya membelai kepalanya.

Huayi tidak menjawab. Juga tidak membuka mata. Tetap meringkuk menyembunyikan tubuhnya. "Apa maksudmu 'menjagaku'?" Fikirnya dalam hati.

Hanshui mendesah, tersenyum tak berdaya. "Baiklah, aku akan pergi. Kau tidak akan pergi ke manapun." Hanshui mengakhiri kalimatnya dengan mencium pucuk kepala Huayi dengan sayang.

Hanshui pergi, dia sudah menghilang. Huayi kembali mengendurkan saraf tubuhnya yang kaku.

Di ruang dalam, Hongmei dan Meila masih berbincang, tapi tidak lagi membahas perihal Ronghua. Mereka tidak ingin Huayi mendengarnya.

Meila : aku akan menghadiri perayaan nanti, apa kau juga akan ikut?

Hongmei berfikir sejenak, jika dia ikut, apakah Pangeran Api tidak akan menemukannya?

Hongmei : apa aku perlu menghadirinya? (Balik bertanya)

Meila : kau bisa berjaga-jaga untuk Huayi. Kita ... eh, selama tugasnya belum terlaksana, kita harus menjaganya. Itu pesan ayah. (Mengingatkan Hongmei)

Hongmei : em, kalau begitu ... aku tidak akan menampakkan diriku.

Meila : hem, tidak masalah ... . (Jawabnya santai)

Huayi : Dewi, aku akan menyusul. Kalian pergilah terlebih dahulu.

Huayi tiba-tiba masuk dan memberi saran. Dia harus berdandan dan bersiap-siap sebelum tampil, jadi dia membutuhkan waktu.

Meila : hem, kau benar juga. Baiklah kalau begitu. Kau berhati-hatilah. Kami akan pergi.

Hongmei : kau yakin? Apa kau sudah siap? (Sedikit ragu)

Huayi : tenang saja. Aku bisa mengikuti musik apapun. (Jawabnya meyakinkan)

Hongmei : baiklah, kami pergi ... .

Huayi : hum ... . (Mengantar mereka dengan senyuman)

Meila bergerak melangkah keluar, dia tidak mungkin menghilang dan muncul secara tiba-tiba di perjamuan. Hongmei menghilang, menyembunyikan dirinya. Huayi mulai bersiap-siap, mencari pakaian yang pantas untuk dikenakan pada tariannya. Dia juga tidak lupa berdandan, walau tidak begitu mahir, tapi dia mengerti cara merias wajah.

~~~~~

"Putri, semua sudah dipersiapkan. Untuk anda dan Putri Bunga ... akan tampil di akhir acara." Lapor sang pelayan kepada Huomei.

Huomei tersenyum senang mendengarnya. "Heh, aku yakin ... Putri Huayi tidak akan menduga hal ini. Hahah, hahh ... aku ingin melihat, sejauh mana dia bisa menyombongkan dirinya." Gumamnya sinis.

~~~~~

"Pangeran, ada pesan yang datang untuk anda." Suara Heitian mengejutkan Erhuo.

"Uh, pesan? Dari siapa?" Tanya Erhuo penasaran.

"Pelayan paviliun milik Putri Bunga." Jawab Heitian.

"Apa? Adik Huayi?" Erhuo segera bangkit, antara senang dan tidak percaya.

Erhuo mengambil surat itu dan langsung membukanya. Dia benar-benar tidak percaya, tapi surat itu memang dari Huayi. Huayi memintanya untuk menemuinya setelah malam perayaan selesai.

"Hehh, heheh ... ini sungguh ... ." Mata Erhuo berbinar, dia terkekeh. Surat itu saja sudah membuatnya senang, apalagi jika mereka sudah bertemu nanti. "Adik Huayi, aku pasti akan datang menemuimu." Gumamnya.

~~~~~

"Tuan ... ." Seseorang muncul dan memberi hormat.

"Bagaimana persiapannya?" Tanya sang tuan.

"Aku sudah mengaturnya. Tidak akan ada yang menyadarinya." Jawabnya meyakinkan tuannya.

"Huh, bagus!" Gumam sang tuan. Tersenyum sinis.

~~~~~

"Putri, ada pesan untukmu." Seorang pelayan memberikan secarik kertas.

"Terima kasih, kau boleh pergi." Ucap sang putri setelah menerima pesan dari sang pelayan. Dia membacanya dan segera mengerti.

~~~~~

Meila : sebentar lagi akan dimulai. Kau di mana? Tetaplah siaga! (Bicara dengan Hongmei melalui telepati)

Hongmei : aku di sini, di belakangmu. Tenang saja.

Meila : aku tidak tahu kapan Huayi akan tampil, semoga dia sudah siap.

Hongmei : hem, semoga saja ... . (Jawabnya datar)

(Bersambung)

Legend Of HanShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang