110. Bangkitnya Sang Naga

8 3 0
                                    

Pulau terpencil ... pulau yang terletak di sisi timur Negeri Api. Pulau itu tidak berpenghuni. Konon katanya, pangeran kedua Negeri Api yang terdahulu, akan di asingkan di pulau itu. Tapi, sebelum dia menempatinya, ajal sudah menjemputnya terlebih dulu. Sungguh tragis.

Hongmei dan Huayi muncul secara tiba-tiba di pulau itu. Huayi terkesiap, dia memperhatikan sekelilingnya, berputar-putar untuk melihat-lihat dan mengamati kemudian bertanya.

Huayi : Dewi, tempat apa ini?

Hongmei : sebuah pulau tak berpenghuni.

Huayi : di mana ini?

Hongmei : Negeri Api. Tepatnya, pulau terpencil di Negeri Api.

Huayi : huhh?

Hongmei tidak menjawab. Dia mengikuti langkah Huayi yang juga ikut melihat-lihat. "Hhh, kau suka?" Tanyanya tiba-tiba.

"Uh!?" Huayi menoleh. "Apa maksud Dewi?" Bertanya ingin tahu.

Hongmei menatap Huayi lekat-lekat kemudian menghela nafasnya, bersiap untuk mengatakan sesuatu. "Kau suka tempat ini?" Tanyanya sekali lagi.

Huayi : akuu ... .

Hongmei : kau akan tinggal di tempat ini!

Huayi : apaa!? (Terkejut)

Hongmei : kenapa!? Kau takut? Kau tidak mau?

Huayi : tapi, apa maksud Dewi? Kenapa aku harus tinggal di tempat ini?

Hongmei menghela nafas panjang seraya menatap tajam pada Huayi. Huayi membalas tatapannya, sejujurnya dia tidak ingin menerimanya.

Hongmei : Huayi, kau harus membangkitkan senjata itu dan melatihnya. Kau harus menguasainya. Apa kau mengerti!?

Huayi : tidak!

Hongmei menutup mata dan menghirup udara dalam-dalam kemudian menghempaskannya. "Huayii ... ." Hongmei menghentikan ucapannya sejenak untuk berfikir. Bagaimana cara mengatakannya?

Hongmei : dengar! Energi itu akan pecah sebentar lagi. Senjata itu juga akan bangkit. Kau harus bisa menguasai senjata itu dan bersatu dengannya. Setelah kau berhasil, kau pasti bisa mengalahkan Raja Api.

Huayi mendengarkan dan mencoba mencerna kata-katanya. Tapi dia tidak mengerti.

Huayi : aku tidak mengerti. Bukankah seharusnya ... aku harus melatihnya bersama dengan Pangeran Air?

Hongmei : tidak perlu!

Huayi : kenapa!? Bukankah pedang itu sepasang?

Hongmei : aku hanya akan menyampaikan pesan ayahku. Kau harus mengusai pedang itu dan bersatu dengannya. Jadilah tuan dan sekaligus pemilik dari pedang itu!

Hongmei menyampaikan pesan ayahnya dan mengatakan apa yang dia mengerti.

Huayi masih tetap tidak mengerti. Kenapa dia harus menguasai pedang itu sementara Hanshui pernah berkata kalau pedang itu sudah menerimanya sebagai tuannya. Apa yang salah di sini? Bagaimana cara meluruskan masalah ini?

Huayi : Huayi, apa kau mengerti maksudku?

"Uh, akuu ... ." Huayi terlihat bimbang, wajahnya nampak rumit. Dia masih berfikir. "Huhh, baiklah ... aku mengerti." Ucapnya. Dia tidak ingin mempersulit keadaan.

Hongmei : syukurlah. Kalau begitu aku pergi.

Huayi : tunggu! Kau akan meninggalkanku di sini? Seorang diri?

Hongmei : aku tidak mungkin berada di sini. kau harus berlatih seorang diri.

"Apa!?" Huayi tidak percaya ini. "Lalu, bagaimana dengan Hanshui?" Ucapnya pelan.

Hongmei : kau tidak perlu mengkhawatirkannya.

Huayi : huuhhh ... . (Huayi lemas)

Hongmei melihat ke atas. Langit sudah terlihat berbeda. Diapun menjadi cemas. "Huayi, aku ... tidak bisa lagi menemanimu di sini. Aku harus pergi." Ucapnya gemetar. Dia bisa merasakan sesuatu. "Huayi ... kau harus bisa! Kau pasti bisa. Percayalah!" Ucapnya meyakinkan.

Huayi : Dewii, apa maksudmu? Jangan menakutiku. Apa yang terjadi padamu?

Huayi melihat keanehan pada Hongmei. Matanya melihat ke segala arah tak menentu. Badannya gemetar. Apa yang Hongmei takuti?

Hongmei berniat untuk segera pergi, tapi dia masih berbaik hati memperingatkan Huayi. "Huayii, berhati-hatilah! Kuatkan dirimu! Aku pergi ... selamat tinggal ... ." Setelah mengatakannya, Hongmeipun segera menghilang, meninggalkan Huayi seorang diri dalam kebingungan.

"Ehh, Dewi ... Dewiii ... jangan tinggalkan aku! Bagaimana aku kembali!? Dewiii ... ." Huayi ketakutan, dia juga panik. Huayi bahkan lupa pada apa yang akan terjadi. Apa yang harus dilakukan? Semua hilang, tergantikan dengan ketakutannya pada tempat itu, hingga ... .

"Aaaaaaarrrggh!!!" Huayi tiba-tiba berteriak. "Aaaakkhh ... ." Dia tiba-tiba kesakitan. "Dewii ... apa yang terjadi padaku!? Dewiii ... ." Huayi berteriak tak menentu. "Aaakh ... aagh .. aaargkh ... ." Merasakan sakit yang teramat sangat, Huayi tidak bisa menahannya, dia tidak bisa.

"Dewii ... aaargh!!" Huayi makin tak terkendali. Seluruh tubuhnya terasa teriris dan tersayat dari luar dan tercabik dari dalam. Tulangnya terasa terhantam hingga tak mampu bertahan. Jiwanya terbakar, hingga pada akhirnya ... .

"Aaaaaaaarrrrgghhh!!!" Huayi berteriak sekuat tenaga. Dia merasakan sesuatu yang akan keluar dari tubuhnya.

Tak lama setelah itu, langitpun berubah hitam kelam, petir menggelegar, begitu membahana ... seolah marah dan bersiap akan mengeluarkan kuasanya.

Huayi meremas pakaiannya. Sekuat tenaga menahan sakit di tubuhnya hingga sesuatu yang dahsyat keluar dari dalam tubuhnya.

"Wwuussht .. Rrrruaarrgh ... ." Bayangan seekor nagapun muncul dan melesat keluar mengaung dengan begitu perkasa. Meliuk-liukkan tubuhnya di atas langit seolah membebaskan dirinya dari kungkungan yang mengikatnya begitu lama. Aumannya terus terdengar bersahutan dengan petir yang menggelegar di penjuru langit.

Huayi tergeletak, terkapar di tanah dengan tubuh yang lemah tak berdaya. Nafasnya tersengal dengan begitu lemah. Mata sayunya tak sanggup untuk bertahan. Dia hanya bisa melafalkan dua kata. "Dewa ... Naga ... ." Lalu tak sadarkan diri.

(Bersambung)

Legend Of HanShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang