128. Menerima

4 2 0
                                    

Matahari semakin bersinar. Huayi baru saja membuka matanya. "Hahh ... ." Huayi menutup mulutnya, dia menguap.

Hanshui : kau sudah bangun?

Huayi : uh! Oohhh ... . (Terkejut sesaat lalu kembali bersikap biasa)

Hanshui : hhh, Yi'er ... bibiku datang. (Berkata seraya berjalan mendekati Huayi)

Huayi : uh? Bibi? Negeri Air tidak memiliki seorang putri. Lagi pula, bukankah Pangeran Shuili tidak menikah? Bibi mana yang kau maksud? (Berkata seraya bangkit dan duduk)

Hanshui : uh, heheh ... ahhh ... . (Tertawa dan mendesah panjang)

Huayi : apa yang kau tertawakan?

Hanshui : bibi dari seorang kakek tua! (Melirik ke arah Huayi, menggodanya)

Huayi : kau! Huh! (Mendengus, membuang muka)

Hanshui : hahaha ... . (Tertawa senang)

Hanshui duduk di tepi ranjang, memandang Huayi dengan senyumnya. Tatapannya begitu lembut bercahaya, hangat sekali.

Huayi merasa dibodohi. Sebelumnya, dia hanya menanyakan usia Longhan, bukan kekuatannya. Tapi Hanshui? Dia malah menindasnya hanya karena pertanyaan itu. Ada apa dengan pria itu? Apa dia tidak bisa membedakan pertanyaannya. Bahkan setelah semuanya berakhir, dia kembali menyiksanya.

Untung saja Hanshui menyalurkan energi dari kekuatannya untuk mengobati tubuhnya. Sekarang, Huayi tidak lagi merasakan sakit di bagian perutnya. Huayi sudah tenang sekarang, tidak ingin lagi mempertanyakan perihal Dewa Longhan.

Hanshui : kenapa? Kau tidak ingin mengenal keluarga dari kakek tuamu?

Huayi : diam kau! Tutup mulutmu!

Hanshui : hahaha ... hahaha ... . (Kembali tertawa)

Huayi : itu tidak lucu! (Menekuk wajahnya)

Hanshui tersenyum pasrah, tidak berdaya. "Hehh ... baiklah. Aku sudah memintanya untuk pergi. Kau belum siap bertemu dengannya."

Huayi melirik tajam, curiga dengan kalimat itu. Apa maksudnya?

Hanshui : jangan menatapku seperti itu. Kau akan terkejut nanti. (Ucapnya seraya tersipu)

Huayi : apa?

Hanshui mengulum bibirnya, malu-malu, merasa geli. "Dia ... adalah gadis yang membuatmu marah." Ucapnya pelan seraya sedikit menunduk.

Huayi : huh? (Mengerutkan kening)

Hanshui : penari itu, yang memberiku kipas di Ruyi Lou. Saat ulang tahunku. (Suaranya semakin pelan, waspada)

"Emp ... ." Huayi bergeming. Menatap Hanshui kaku. Dia mencoba mengingatnya. "Gadis itu ... penari itu ... adalah bibinya? Tidak mungkin. Jika Dewa Longhan Berusia puluhan ribu tahun, lalu bagaimana dengan gadis itu? Hah ... ." Ucapnya dalam hati. Huayi memutar otaknya untuk berfikir. "Ulang tahun, katanya? Palsu!" Huayi melirik tajam, tersulut emosi.

Hanshui : hem, kau ingat? (Bertanya dengan hati-hati)

"Huk ... uhuk ... huk ... ." Huayi tiba-tiba terbatuk. Entah kenapa tenggorokannya terasa kering dan gatal. "Hhh ... ." Dia butuh air.

Hanshui dengan cepat memberikannya minum, menepuk pelan punggungnya. "Kau tidak apa-apa?" Tanyanya khawatir.

Huayi mengatur nafasnya, mencoba untuk bersikap biasa. "Aku tidak suka membahasnya." Huayi mengalihkan pembicaraan. "Katakan! Kapan aku harus berlatih pedang?" Tanyanya kemudian.

"Ohh ... ." Respon Hanshui. "Kau makanlah dulu, aku akan menunggumu di luar." Ucapnya datar.

Hanshui melihat Huayi sekilas, lalu memberikan tiga pakaian sebagai pilihan untuk Huayi berganti pakaian setelah mandi. Kemudian menyajikan aneka masakan di meja makan. Setelah itu dia berkata. "Bersiaplah!"

Legend Of HanShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang