102. Langit Bergetar

7 2 0
                                    

"Pangeran, apa yang Anda lakukan dan makan akhir-akhir ini?" Tanya sang tabib.

"Pangeran makan seperti biasa, tidak ada yang berbahaya." Celetuk Heitian menanggapi. "Pangeran juga tidak melakukan hal aneh, hanya ... hanyaa ... ." Heitian nampak berfikir dengan serius.

Erhuo menatap pengawalnya lalu beralih pada sang tabib. "Aku hanya pernah melakukan perjalanan keluar perbatasan." Erhuo menceritakan rahasianya.

Sang tabib nampak berfikir, dia mengerutkan keningnya. "Keluar perbatasan?" Gumamnya.

"Tabib, apa ada yang salah denganku?" Tanya Erhuo.

Sang tabib menghela nafas. "Sepertinya tidak ada yang salah jika Anda hanya melewati perbatasan. Di wilayah Negeri Awan, tidak ada yang menguasai energi itu." Ucap sang tabib seraya menerawang.

"Maksud Anda?" Heitian bertanya dengan panik.

"Hhh ... energi sedingin ini hanya berasal dari Negeri Air dan hanya mereka yang dapat menguasainya." Ucap sang tabib dengan pelan. "Pangeran, apakah Anda ... ." Sang tabib tidak berani melanjutkan kata-katanya.

"Apa maksudmu? Bicaralah!" Erhuo berkata dengan dingin.

"Apakah Anda ... pernah ... berselisih dengan Pangeran Air?" Sang tabib bertanya dengan hati-hati.

"Lancang!" Erhuo tiba-tiba menghardiknya.

"Tabib, Pangeran Erhuo bahkan tidak pernah bertemu dengan Pangeran Air, bagaimana mungkin mereka berselisih?" Heitian mengutarakan pemikirannya.

"Aghh, maaf atas kelancangan hamba. Hamba tidak berani ... ." Ucap tabib itu seraya berlutut dengan cepat. "Pangeran, hamba ... hamba ... ." Tabib itu gemetar.

Erhuo : katakan!

"Hamba tidak memiliki kemampuan untuk menyembuhkan energi dingin itu, tapi hamba akan berusaha membuatkan penawar untuk mengurangi efek dinginnya. Hambaa ... ." Sang tabib berkata dengan cepat. Dia begitu panik lalu terdiam di akhir kalimatnya.

"Kau ... ." Suara Erhuo begitu dalam.

"Mohon ampuni hamba, Pangeran. Hamba sungguh tidak ... hamba tidak cukup mampu ... ." Tabib itu tidak tahu lagi harus berkata apa. Bagaimana harus menjelaskannya? Dia hanya bisa berlutut lalu bersujud memohon ampunan.

Heitian : kau seorang tabib istana, bagaimana mungkin kau tidak bisa mengobati Pangeran! Kaauu ... .

Erhuo : Heitian! (Menghentikan Heitian)

Heitian : Pangeran, diaa ... .

Erhuo : cepat kau temui tetua! Katakan padanya, aku membutuhkan bantuannya. Cepat!

Heitian : laksanakan!! (Segera pergi)

Kemudian Erhuo melihat pada sang tabib yang masih bersujud di hadapannya dan berkata. "Pergilah! Buatkan ramuan penawarnya untukku!" Erhuo memberi perintah.

"Baik, hamba akan segera membuatnya." Tabib itu segera undur diri. Dia harus memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin.

"Hhh ... ." Erhuo menghela nafas. Dia berusaha untuk tenang dan memikirkan jalan keluar.

~~~~~

Malam itu belum terlalu sunyi. Huayi hanya merebahkan tubuhnya, dia tidak tertidur sama sekali, dia masih bisa mendengar percakapan kedua dewi itu.

Meila : kau mendengar suara itu?

Hongmei : hum, itu memang suaranya. Sepertinya, ini sudah waktunya.

Meila : lalu bagaimana? Apa yang akan kita lakukan?

Hongmei : menunggu dia datang. Dia akan datang.

Legend Of HanShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang