121. Menggodanya

8 2 0
                                    

Langit senja di Negeri Api. Sorak-sorai mulai berkumandang menyambut datangnya malam perayaan festifal Negeri Api. Para penduduk dan warga di sekitarnya berhamburan keluar untuk melihat apa yang akan mereka dapatkan dari kerajaan mereka.

Istana membunyikan suara terompet kemudian terdengar gong bertalu pertanda malam festifal sudah dimulai. Di atas langit, malam yang gelap itu sudah berhiaskan warna-warni indahnya kembang api, bertebaran di penjuru langit, terlihat indah ... sangat cantik.

Di luar istana ... para penduduk menikmatinya. Sang Raja Api mengizinkan mereka untuk melakukan perniagaan khusus di malam itu. Istana juga membiarkan mereka menikmati acara persembahan dan mencicipi semua hidangan yang disajikan.

Di dalam istana ... sebagai tuan rumah, Putri Api sibuk mempersiapkan diri untuk melakukan persembahannya. Sedangkan untuk putri dan pangeran lainnya, mereka akan mempersembahkan tarian mereka di malam berikutnya.

Xiaolu : Pangeran, bagaimana ini? Apa yang akan kita tunjukkan pada mereka nanti?

Xujia : heh, kau pikir Pangeran kita akan melakukan tarian di sini? Bodoh! Memangnya tidak ada pertunjukan lain?

Xiaolu : huh? Lalu ... ?

Shuili : serahkan itu pada Hanshui! Aku yakin dia pasti akan datang. (Wajahnya dingin, tanpa ekspresi)

Panggung malam terlihat begitu spektakuler. Bermandikan cahaya bulan, aneka warna kembang api juga lampu-lampu yang tersebar di seluruh istana.

Para tamu undangan duduk di tempat yang sudah tersedia. Berbaris rapi di depan singgasana sang raja. Panggung besar berada di tengah, diantara kursi para tamu yang menjadi pembatas mereka.

Haiyu : di mana Pangeran Api? Kenapa dia tidak datang? Tapi itu tidak mungkin, bukan? (Fikir Haiyu dalam benaknya, gelisah)

Waktu kedatangan tuan rumah sebentar lagi akan tiba. Para tamu pejabat dan aparat sudah bersiap. Sedangkan para tamu negeri lain, mereka saling bertanya-tanya dalam hati.

Hudie : Kak, apa yang kau lihat? Apa menurutmu ... Pangeran Api akan datang? Apa kita akan mengetahui perihal sosok naga itu?

Hutian : ish! Aku tidak perduli dengan hal itu. Itu sama sekali bukan urusan kita. Ada hal lain yang lebih menarik ... . (Ucapnya seraya tak hentinya menatap seseorang)

Hudie : Kak! Kau ini seorang pria, seorang pangeran! Jangan merendahkan dirimu karena seorang wanita. Seandainya ... .

Hutian : husst, sst! Kau berisik sekali. Nikmati saja acara ini. (Sanggahnya dengan cepat)

Hudie : hahh! Lagi pula apa yang kau lihat? Apa kau ingin bersaing dengan Pangeran Air? Kau tidak lihat ... lihat itu! Bahkan Pangeran Air sudah terpikat olehnya.

Kedua kakak beradik itu saling berdebat. Sang adik ingin mengingatkan pesan dan tugas yang diberikan oleh ayahanda mereka, Raja Awan. Sedangkan sang kakak tidak begitu memperdulikannya, dia hanya ingin menikmati acara malam itu ... sepertinya tidak sia-sia dia menerima perintah ayahandanya.

Hudie terus memperhatikan, dia tidak habis fikir. Apa yang terjadi pada kedua pria itu? Apa yang mereka lihat dari wanita itu? Putri Bunga ... kenapa mereka tidak henti-hentinya menatapnya. Apakah dirinya dan Putri Duyung tidak menarik sama sekali?

Sementara Meila yang menyadari tatapan kedua pangeran itu ... dia tidak perduli. Itu hanyalah hiburan baginya. Mereka tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dirinya, apalagi dengan para dewa di langit. Meilapun memalingkan wajahnya asal, melihat kesana-kemari. "Di mana Huayi? Kenapa dia belum datang juga? Apa terjadi sesuatu? Apa dia gagal menguasai pedang itu? Hahh, di mana Hongmei? Kenapa dia juga belum kembali." Meila berkata dalam hati.

Legend Of HanShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang