111. Perjamuan

5 3 0
                                    

Pagi hari di Negeri Api ... suasana begitu meriah di sepanjang kota. Para warga bersemangat dalam menyambut dan merayakan festival yang akan datang.

Sementara itu, di dalam istana ... suasananya terasa begitu asing sekaligus menegangkan bagi para tamu yang hadir. Ketika semua sudah berkumpul di depan aula ruang pertemuan, satu persatu penyambutan di perdengarkan.

"Putri dari Negeri Duyung, Haiyu ... telah hadir ... ." Petugas mengumumkan tamu pertama lalu mempersilakan Putri Negeri Duyung untuk memasuki pintu.

"Pangeran dari Negeri Awan, Hutian beserta dengan Putri dari Negeri Awan, Hudie ... telah hadir ... ." Petugas kembali mengumumkan dan mempersilakan tamu kedua untuk memasuki pintu.

"Putri dari Negeri Bunga, Huayi ... telah hadir ... ." Petugas mengumumkan sekali lagi dan kembali mempersilakan tamu untuk memasuki pintu.

Di saat ini, seseorang yang mendengarnya menjadi siaga. Sepertinya nama itu memiliki makna tersendiri baginya.

"Pangeran dari Negeri Air, Hanshui ... telah hadir ... ." Petugas mengumumkan kedatangan tamu terakhir dan juga mempersilakannya untuk memasuki pintu.

Di saat ini pula, bertambah seorang lagi yang menjadi lebih waspada.

Para tamu menduduki tempat yang sudah dipersiapkan sebelumnya sesuai dengan urutan pemanggilan nama mereka tadi.

Untuk masa perkenalan ini, Raja Api telah menyusun ruangan tertutup di istana agar putra dan putrinya dapat melihat dengan jelas bagaimana penampilan para tamu istana. Kemudian di hari puncak acara nanti, mereka akan merayakannya di ruangan terbuka istana agar para tamu dapat menikmati semua keindahan yang akan ditawarkan dan dipersembahkan oleh Negeri Api.

Saat ini, sang Raja Api bersama dengan sang ratu duduk dengan gagahnya di singgasana mereka, kemudian diikuti dengan kedua putra dan putrinya yang duduk di sisi kiri dan kanannya menghadap kepada seluruh tamu undangan dari berbagai negeri.

"Hari ini ... aku, Raja Api ... mengumumkan ... hari perayaan festival Negeri Api akan segera di buka dan saat ini, kami menyambut kehadiran semua putra dan putri perwakilan berbagai negeri." Raja Api berkata dengan lantang dan berwibawa seraya bersiap untuk mengangkat secangkir minuman lalu menambahkan. "Hari ini, kita akan berkumpul pada acara perjamuan istana ... jugaaa ... ." Raja Api memberi jeda sejenak pada ucapannya. "Aku ingin memperkenalkan putra dan putri Negeri Api kepada semua tamu yang hadir." Ucapnya seraya mengangkat cangkir ke atas, bermaksud untuk mengajak para tamu undangan untuk saling bersapa.

Cangkir pertama adalah sambutan Raja Api kemudian untuk bentuk kesopanan dan tata krama. Masing-masing negeri menuangkan kembali cangkir mereka dan mengangkat tinggi-tinggi untuk menerima salam dan penghormatan tuan rumah.

Hutian : Hutian, memberi salam pada raja dan ratu ... .

Hudie : Hudie, memberi salam pada raja dan ratu ... .

Kedua kakak beradik dari Negeri Awan berdiri untuk memulai salam mereka.

"Haiyu, memberi salam pada raja dan ratu Negeri Api ... ." Putri Negeri Duyung berdiri, mengikuti gilirannya.

Setelahnya adalah giliran Negeri Bunga dan Negeri Air. Sebelum mereka berdiri untuk memberi salam, sudah ada dua pasang mata yang tertuju pada mereka.

Meila : Huayi, memberi salam pada raja dan ratu ... . (Mengangkat cangkir dan meminumnya)

Shuili : Hanshui, memberi salam pada raja dan ratu ... . (Mengangkat cangkir dan meminumnya)

"Hemm ... sangat bagus." Raja Api menerima mereka semua dengan senang hati. "Semoga, pertemanan kita dapat terjalin dengan baik." Ucap Raja Api seraya meminum anggurnya.

Setelah lama mengamati, sang ratupun ingin mengambil perannya. "Mari, untuk kedamaian seluruh negeri ... ." Ucap sang ratu seraya mengangkat cangkir lalu meminumnya. "Silakan ... nikmati hidangan kami, jangan sungkan ... ." Tambahnya.

Suasana menjadi hening. Pemandangannya terlihat seperti raja dan ratu sedang menghabiskan waktu bersama para muda-mudi yang tampak patuh. Tapi di balik keheningan itu, ada mata-mata pengintai yang sudah mengincar targetnya.

Di tengah jamuan itu ... Putri Api Huomei tampak dengan sangat jelas sedang memperhatikan kedua orang pangeran tampan di depannya. Pangeran Awan dan Pangeran Air. "Yang satu terlihat begitu muda sedangkan yang lain terlihat begitu matang. Apa benar berita yang kudengar selama ini?" Huomei berkata dan berfikir dalam benaknya.

Sementara Pangeran Api Erhuo ... sejak awal dia sudah menatap Pangeran Air dengan sangat penasaran. "Adik Huayi tidak hadir lalu siapa pria ini? Apa dia benar-benar Pangeran Air?" Fikirnya.

Shuili, yang merasakan tatapan tajam milik Erhuo hanya bisa bersikap biasa saja, tidak ada pengaruhnya sama sekali. Dia hanya mengabaikannya, tidak perduli.

Melihat ketegangan yang diperlihatkan oleh putranya, sang Raja Api ingin mencari tahu dan bermaksud ingin menyelidiki lebih dalam lalu memulai wacananya. "Kudengar ... Negeri Bunga memiliki jenis tarian yang tidak biasa. Apakah ... ." Kalimatnya terputus seketika.

"Akh! Raja Api terlalu menyanjung kami. Tarian negeri kami biasa saja." Meila dengan berani menyanggah ucapan Raja Api. Dia tidak takut sama sekali.

Kata-kata Meila itu berhasil memancing ketertarikan para tamu lainnya yang menyebabkan semua mata tertuju padanya, termasuk Shuili yang duduk di depannya.

"Wanita ini, sungguh berani." Ucap Erhuo dalam hati. "Walau dia hanya seorang pelayan, tapi dia cukup berani. Apa adik Huayi tahu masalah ini?" Fikirnya lagi.

"Ooohhh ... ." Raja Api tidak sampai melanjutkan kalimatnya karena tiba-tiba saja ... seketika itu ... terdengar suara petir menggelegar, begitu dasyat. "Di pagi yang begitu cerah, kenapa tiba-tiba terdengar suara petir ini?" Ucap Raja Api dalam hati seraya melirik ke arah samping sisi kanan di balik layar singgasananya.

"Akh ... ." Hampir semua yang hadir menampakkan keterkejutannya. Mereka saling memandang untuk mencari jawaban.

Tak lama kemudian, menyusul suara hewan buas yang mengaung. Auman itu terdengar begitu menggema di langit luas. Merekapun menjadi waspada. Suara apa itu?

Seketika Shuili dan Meila saling menatap. Dengan keyakinan mereka masing-masing, mereka saling memberi jawaban dengan tatapan mata itu.

"Apa yang terjadi!?" Tanya Hudie memberanikan diri. Dia dikenal sebagai putri dengan pemikiran kritisnya. Tentu saja dia tidak bodoh jika menganggap suara itu adalah suara terompet penyambutan.

"Pengawal! Selidiki!!" Perintah Raja Api.

"Lapooooorrr ... ." Teriak satu pengawal yang datang tergesa dengan laporannya. "Lapor Yang Mulia! Terlihat penampakan seekor naga di langit pulau timur."

"Langit pulau timur?" Gumam Erhuo.

"Pulau tiimuur?" Raja nampak berfikir. "Puulau terpenciil." gumamnya kemudian.

"Yang Mulia ... berikan perintah!" Ucap sang pengawal.

Raja terdiam. Dia menyipitkan matanya sekilas dan nampaklah kerumitan di wajahnya. Dia kemudian berkata. "Selidiki! Apa yang sudah terjadi!" Raja memberi perintah.

"Lapoor ... ." Datang pengawal lainnya yang menghadap. "Yang Mulia ... bayangan sosok naga itu mengamuk dan langit bergemuruh di pulau timur." Lapornya.

Laporan itu memang benar, semuapun meyakininya. Mereka saling menatap dan beralih pada sang raja.

"Semua harap tenang! Aku tidak akan membiarkan hal buruk menimpa negeriku." Ucap Raja Api yang bermaksud ingin menenangkan para tamu. "Kalian, kembalilah dulu! Tidak satupun dari kalian diperkenankan untuk meninggalkan istana. Aku Raja Api, akan bertanggung jawab dan mengatasi masalah ini." Ucapnya kemudian.

Pengawal dan pelayan segera mengantar para tamu ke paviliun mereka masing-masing kemudian Raja Api memerintahkan Erhuo untuk memperketat penjagaan lalu memberi tanda pada seseorang di balik layar.

(Bersambung)

Legend Of HanShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang