Remarried Empress Chapter 12

122 13 5
                                    

Bab 12 – Sarang Saya (1/2)

Pada akhirnya saya tidak tahan lagi dan berbicara di benak saya. Sovieshu menatap saya dengan takjub. Mata saya panas dengan air mata yang saya tahan agar tidak tumpah, saya menggigit lidah untuk menahan nya. Sang permaisuri seharusnya tidak menangis untuk tetap menjaga harga dirinya.

Permaisuri : "Mereka mengatakan bahwa mereka mendengar desas-desus bukan berarti saya lah yang mengatakan itu. Apakah Anda menyalahkan saya karena rumor yang tidak Anda ketahui dari mana sumbernya?"

Kaisar : "Tidak peduli seberapa banyak aku memikirkannya, tidak ada orang lain selain kamu yang bisa mendapatkan keuntungan dari rumor itu."

Permaisuri : "Keuntungan apa yang saya dapatkan?"

Kaisar : "Rastha adalah saingan romantis bagimu, kan?"

Saya terkejut. Mencoba mencerna apa yang barusan telinga saya tangkap dari kata-katanya.

Kaisar : "Bukan kah kamu yang memberitahu ku tentang kisah Rastha menjadi budak yang melarikan diri? Kamu tidak pernah mengatakan sepatah katapun tentang sumber rumor itu. Aku tidak tahu sebelumnya, tapi bisa saja itu adalah kelakuan mu sejak awal."

Tuduhan Sovieshu hanyalah sepihak dan tak berdasar. Saya berhasil mengatur nafas dan menjaga ketenangan. Tapi semakin saya berusaha untuk tetap tenang, Sovieshu yang lebih mencurigakan tampaknya semakin menjadi-jadi. Butuh beberapa saat sebelum akhirnya saya berhasil mengeluarkan suara yang terdengar nomal.

"Selir Anda bukanlah saingan bagi saya."

"Apa?!" Sovieshu nampaknya tidak mengantisipasi jawaban saya sama sekali.

"Anda bukan kekasih saya, jadi bagaimana mungkin dia bisa menjadi ancaman bagi saya?"

Ekspresi Sovieshu langsung goyah. Saya meluruskan punggung dan memberinya senyum yang saya praktikkan ratusan kali di depan cermin.

"Selir Anda berharga hanya bagi diri Anda sendiri. Sementara saya sama seperti orang lain. Saya lelah dengan ini, jadi izinkan saya mengatakannya sekali lagi, Yang Mulia. Jangan libatkan saya dengan urusan Anda dan selir Anda."

Saya segera berputar dan melihat pantulan diri saya melalui pintu. Menteri keuangan dengan gelisah mondar-mandir di lorong dan dia segera menoleh ke arah saya. Matanya melebar ketika pandangannya tertuju pada saya. Jelas bahwa saya tidak bisa mengatur ekspresi wajah saya lagi. Saya tersenyum padanya lalu dengan cepat meninggalkan lorong dan pergi ke halaman barat. Saya berlari ke kursi sarang kesayangan saya yang terpencil. Dimana tidak ada wanita dayang yang akan mengikuti saya dan saya bisa mengubur diri saya sementara waktu dengan kesendirian. Saya memeluk tubuh saya dan menahan isak tangis sebisa mungkin. Permaisuri tidak menangis. Tidak boleh terjadi. Dia tidak menangis di depan orang banyak. Dikepala saya, Sovieshu dan selirnya begitu kecil dan bahkan tidak penting sehingga seharusnya mereka tidak bisa mengguncang saya. Tapi dihati saya ada lubang.

Akhirnya gelap, saya tetap menjadi seperti kepompong dikursi saya untuk waktu yang lama. Saya yakin para wanita dayang sedang mencari saya saat ini. Dan perlahan saya mulai membuka tubuh saya. Setelah sekian lama hanya duduk meringkuk dalam satu posisi yang sama, lengan dan kaki saya terasa kaku seperti boneka kayu. Kemudian ada teriakan menusuk dari jauh. Saya mendongak dari kursi sarang dan melihat seekor burung besar turun dari langit.

"Ah!" Saya langsung mengetahui siapa burung ini. Dia adalah si burung tampan yang membawa surat-surat dari orang asing yang mabuk itu. Dia menuju ke arah saya lagi, kemudian mendarat dipangkuan saya dan menatap saya dari dekat. Terlihat sangat menggemaskan sehingga membuat saya tertawa terkikik, dan burung itu hanya mengerjap-ngerjapkan matanya yang besar sambil memiringkan kepalanya.

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang