Remarried Empress Chapter 54

136 5 0
                                    

Bab 54 – Haruskah Saya Menggodanya? (1/2)

Saya sedang menatap anting-anting di dalam kotak ketika saya mendongak dengan kaget. Sekali lagi saya merasakan bibirnya dengan lembut membelai telinga saya. Saya dengan segera melepaskan rambut dan menutup kotaknya. Begitu saya berbalik, Sovieshu menempelkan bibirnya ke bibir saya. Alih-alih membalas, saya menutup mulut dan mundur selangkah. Sovieshu nampak terkejut, tetapi ketika mata kami bertemu, dia tersenyum dan dia mengulurkan tangannya dengan hati-hati kepada saya.

Saya menatap jari-jari kurusnya dan menggelengkan kepala.

"Permaisuri?" Suaranya lembut, tapi saya tetap menggelengkan kepala lagi. Saya tidak tahu kenapa dia tiba-tiba mencium saya, tapi saya tidak ingin melakukan itu dengan nya sekarang. Dia telah bersama Rastha selama lebih dari sebulan. Rasanya canggung untuk mencium bibir yang sudah mencium orang lain.

"Baiklah..." Sovieshu menurunkan lengannya. Dan ruangan itu seketika berubah menjadi keheningan yang tidak nyaman. Dia menatap kursi yang saya duduki beberapa saat yang lalu, sementara saya berdiri diam dengan kotak musik ditangan. Butuh beberapa saat bagi saya untuk menyadari bahwa musik masih mengalun dari kotak tersebut, saya menutup penutupnya. Sovieshu mengalihkan pandangannya dari kursi, menatap kotak itu, lalu menatap saya lagi.

"Terkadang... Kamu seperti rekan kerja, bukan pasangan."

"Pasangan juga kolega yang Anda jalani bersama dalam hidup."

"Jika pasangan dan kolega itu sama, lalu apa gunanya menikah?" Sovieshu menghela nafas dan pergi meninggalkan ruangan. Dia mengaku begitu lelah. Saya mendengar pintu di tutup. Saya memejamkan mata dan menarik nafas dengan gemetar.

Sesaat kemudian, pintu terbuka lagi. Dan ketika saya membuka mata saya, saya melihat Countess Jubel masuk, melirik ke belakang melalui bahunya. Dia meletakkan nampan roti, jus, dan selai, tapi dia terlihat terus menoleh ke belakang.

"Yang Mulia, apakah Anda bertengkar dengan kaisar?"

Dia pasti bertemu dengan Sovieshu dalam perjalanan kesini.

"Kaisar sepertinya agak demam. Jadi tolong kirimkan petugas." Saya mengabaikan pertanyaan nya dan mengambil piring.

"Dan... Saya ingin makan sendirian. Apakah itu baik-baik saja, Countess Jubel?"

***

Saya ditinggal sendirian dikamar, melalui gerakan mekanis saat menyantap sarapan yang disediakan Countess Jubel. Roti itu renyah diluar dan lembut di dalam, dan selai stroberi terasa manis seperti sesendok gula. Jus anggur hijaunya juga dingin menyegarkan. Tetapi ternyata saya tidak bisa menikmati rasanya. Apakah itu karena perasaan hampa dihati saya? Sejenak saya bingung apakah saya sedang makan atau tidak.

Akhirnya setelah hanya mengunyah setengah roti, saya meletakkannya. Saya menyesap jus ketika saya melihat seekor burung yang akrab di dekat jendela. Bulu ke emasan, mata ungu, ukuran besar, paruh yang indah...

"Queen? Apakah itu Queen?"

Itu memang tampak seperti dia, tapi bagaimana bisa dia ada disini? Saya berjalan ke jendela untuk membukanya dan burung besar tersebut melompat ke dalam ruangan.

"Queen!" Saya terkejut, itu benar-benar Queen. Entah kenapa, mata saya mulai terasa pedih karena air mata.

"Bagaimana kamu bisa datang kesini, Queen? Apakah kamu mencari saya?"

Queen mengangguk lalu melingkarkan sayapnya ditubuh saya dalam pelukan.

"Queen?"

Seolah-olah dia mencoba menghibur saya. Tak peduli seberapa besar ukuran burung itu, dia tidak mungkin lebih besar dari manusia. Jadi sayap Queen tidak menutupi tubuh saya sepenuhnya. Dia melingkarkan dirinya disekitar saya sebanyak yang dia bisa, dan hati saya tersentuh oleh caranya. Saya mencium keningnya dan dia membeku seperti biasa, tapi kali ini dia tidak menarik dirinya. Apakah dia benar-benar berusaha menghibur saya?

Saya telah mendengar bahwa beberapa hewan secara naluriah dapat merasakan emosi manusia. Mungkin Queen tahu apa yang saya pikirkan dan bahkan tidak menyadarinya. Saya menariknya menjauh dari lengan saya dan meletakkan nya dipangkuan saya untuk memeluknya lagi.

"Saya mungkin tidak bisa hidup tanpa mu, Queen."

Queen terkejut lalu memiringkan kepalanya.

"Bagaimana jika kamu harus kembali ke Kerajaan Barat? Haruskah saya ikut juga?"

Queen mengangguk dengan antusias dan mengoceh.

"Dimana Pangeran Heinley mendapatkan anak laki-laki yang tampan sepertimu?" Seolah mencoba membuat dirinya terlihat lebih indah, dia melebarkan cakarnya dan menatap saya dengan mata yang besar dan jernih.

"Haruskah saya membawa burung yang sama jenisnya dengan mu, Queen?"

Queen kembali memiringkan kepalanya.

"Queen, jika saya memberimu saudara laki-laki, maukah kamu menjadi temannya dan bersikap baik juga padanya?"

Kali ini Queen menggelengkan kepalanya dengan keras dan saya tidak bisa menahan tawa karena melihat tingkahnya. Tapi tiba-tiba, mendadak...

"Yang Mulia!" Countess Jubel masuk ke ruang tamu. Dia tampak terkejut saat melihat Queen berada dalam pelukan saya, tetapi dia menggelengkan kepalanya seolah-olah bukan waktunya untuk terkejut karena kedatangan burung itu.

"Yang Mulia Kaisar telah jatuh!"

"Apa? Dimana dia sekarang?"

"Kami memindahkannya keruang kosong terdekat dan memanggil petugas."

"Kirim dia ke ibukota dan suruh dokter untuk segera menangani. Untuk berjaga-jaga." Saya buru-buru berdiri dan meletakkan Queen di dekat ambang jendela. Dia kelihatannya tidak ingin pergi, tapi saya tidak bisa bermain dengannya sekarang.

"Jadilah anak yang baik. Pulanglah ke tuan mu, Queen. Ah, tunggu. Countes Jubel..."

"Ya, Yang Mulia?"

"Tolong berikan Queen air. Dia sudah terbang sangat jauh."

"Baik, Yang Mulia."

"Queen, minumlah air dan istirahat disini sejenak sebelum terbang kembali, oke?" Saya mencium dahi Queen dan segera bergegas keluar kamar.

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang