Remarried Empress Chapter 96

83 3 0
                                    

Bab 96 – Arti Hadiah (1/2)

Wajah Rastha bersinar dengan kegembiraan saat dia membuka hadiah dari saya.

"Ya Tuhan! Terimakasih, Yang Mulia! Betapa cantiknya ini!"

"Apa kamu menyukainya?"

"Iya... Ini benar-benar indah." Rastha membolak-balikkan pedang dekoratif tersebut beberapa kali, matanya bersinar-sinar kagum pada gagang bertabur permata dan detail yang terukir pada bilahnya.

"Memiliki pedang yang begitu indah..." Dia tidak bisa menahan senyum dan membuat seruan penghargaan berkali-kali. Jelas kalau dia tidak mengerti arti dari hadiah itu.

"Ya, saya senang jika kamu menyukainya." Saya merasa tidak perlu menjelaskan kepadanya, jadi saya pun segera berbalik.

"Tapi, Yang Mulia..." Rastha mencoba memanggil saya. Saya kembali membalikkan badan saya kearahnya dan menatapnya. Dia meletakkan pedang diatas sofa dan mendatangi saya dengan tangan terlipat diperutnya. Apa yang dia lakukan? Dia berdiri di depan saya dan dengan lembut mengusap perutnya.

Rastha : "Terimakasih banyak Anda sudah datang. Aku sangat bahagia. Aku benar-benar ingin berteman dengan Yang Mulia."

Suaranya yang indah, sikap polos, dan tatapan hangatnya sudah cukup untuk menutupi kurangnya etiket istana dimata bangsawan lain. Namun pesonanya itu gagal membuat saya terkesan. Saya berbalik dan mengabaikannya. Saya bukan wanita terhormat hari ini. Saya ingin menghabiskan beberapa menit menyapa teman-teman saya yang lain nya dan kemudian pergi kembali ke kamar saya. Tetapi Rastha sepertinya masih ingin mengajak berbicara.

"Yang Mulia, apakah... Apakah tidak apa-apa jika aku meminta bantuan Anda?"

Kali ini saya memandangnya dengan acuh tak acuh.

"Bantuan apa?"

Rastha menyatukan tangan nya dan menatap saya dengan matanya yang besar dan gelap.

"Aku harap Anda akan memberkati bayi ku, Yang Mulia."

Banyak orang sering datang pada saya untuk memberkati bayi mereka dan permintaan Rastha bukanlah hal yang aneh. Tapi...

"Tidak, saya menolak itu."

Namun kali ini saya sedang tidak ingin melakukannya. Saya tidak berpikir bahwa berkat dari saya memiliki pengaruh yang signifikan dan meskipun demikian, saya tidak ingin memberkati bayi Rastha. Mata Rastha membelalak seolah dia tidak mengharapkan saya menolak permintaan nya didepan umum. Itu terlihat seperti seekor anak anjing yang ditendang keluar.

Permaisuri : "Akankah anak yang menerima berkat ku bahagia?"

Wajah Rastha memerah.

Permaisuri : "Bahkan jika kamu masih menginginkan nya, saya tetap tidak akan lakukan."

Akhirnya Rastha tersipu hingga telinga nya memerah dan dia menunduk. Pemandangan menyedihkan itu tampaknya merangsang Sovieshu untuk bertindak. Dia menatap saya dengan marah dan mendesis pada saya dengan suara yang pelan,

"Apakah ini benar-benar perlu?"

Beberapa orang berbalik kearah suara itu dan Sovieshu melihat sekeliling. Lalu dia kembali berbicara dengan suaranya yang jauh lebih pelan lagi,

"Apakah kamu harus membuat ku malu didepan semua orang ini?"

"Aku tidak ingin malu."

"Kamu memberkati bayi hampir setiap hari. Apakah begitu menyulitkan bagi mu untuk melakukannya sekali lagi?"

"Terkadang kata-kata lebih berat dari 1000 keping emas."

"Apakah kamu mengerti dengan apa yang kamu katakan?"

"Ya. Saya yakin Anda tidak ingin mendengarnya disaat seperti ini."

Sovieshu menatap saya dengan tatapan berbatu dan para bangsawan disekitar kami memandang dengan lebih aneh lagi. Saya berbicara dengan suara yang sedikit diatas bisikan.

"Jika kamu tidak ingin drama, maka berhentilah menjadikan ini drama." Sovieshu menjaga wajahnya tanpa ekspresi dan berbalik seolah-olah dia sudah muak. Saat Sovieshu berdiri didekat Rastha, dia menatap nya dengan mata lebar dan mengusap perutnya. Saya tidak bisa melihat ekspresi Sovieshu karena punggungnya menghadap kearah saya, tetapi terlihat sangat jelas seolah dunia ini hanya milik mereka berdua. Saya tidak ingin berada disini lagi. Jadi saya berbalik, tetapi kemudian tiba-tiba saya berubah pikiran. Saya malah mendekati sofa sebagai gantinya dan Sovieshu menatap saya dengan penuh perhatian. 'Apa yang akan kamu lakukan?' jelas kata-kata itu tertulis di wajahnya. Saya berjalan diantara keduanya dan berbicara dengan Rastha,

"Apakah kamu masih menginginkan pemberkatan bayi dari saya? Jika kamu benar-benar menginginkan nya, maka akan saya lakukan." Saya berbicara dengan Rastha dan kemudian melihat kearah Soviehsu juga. Meskipun dia ingin saya memberkati bayi nya, Sovieshu tidak sama sekali terlihat bahagia. Seolah dia curiga saya menyembunyikan pisau dibalik pakaian saya. Tapi yang sebenarnya adalah saya menyembunyikan lidah saya.

Rastha tersenyum lebar dan mengangguk. Tangan nya menyapu perutnya sekali lagi. Saya berbicara perlahan, menatap perut yang masih belum menunjukkan tanda-tanda bengkak.

Permaisuri : "Teruntuk bayi yang berada di dalam rahim ini, jadilah kamu seperti pedang yang telah saya berikan pada mu. Indah dan cantik."

Rastha tersenyum puas. Apakah dia benar-benar berpikir kalau saya akan mengutuk bayi nya? Rastha menatap Sovieshu dengan wajah yang begitu ceria.

"Yang Mulia, permaisuri memberkati bayi kita."

Meskipun Rastha begitu bahagia, Sovieshu menatap saya dengan tatapan curiga. Saya bertanya-tanya apa yang harus saya katakan. Dia tidak memalingkan mukanya tetapi dia diam-diam merangkul bahu Rastha dengan tangan nya.

***

Rastha duduk kembali di sofa sambil membelai lembut perutnya. Dia meletakan tangan nya diperut nya setiap kali dia ingin berbicara dengan anak dalam kandungan nya. Lalu dia pun mulai berujar dengan suara yang pelan, yang hanya bisa di dengar oleh telinganya sendiri diantara keramaian perjamuan.

"Sayang ku, lihat lah mereka... Semua bangsawan yang sombong itu datang kesini untuk melihat mu. Sayang ku, lihat lah mereka itu... Orang-orang yang dulu membenci mu karena kamu adalah anak dari seorang budak, kini mereka menawarkan mu emas dan perak. Sayang ku, lihat lah mereka... Kini mereka semua berada dibawah mu."

Pengalaman ini jelas jauh berbeda semenjak Rastha mendapat perhatian karena menjadi seorang selir sang kaisar. Dia merasa sangat senang akan menggendong bayi kaisar dan menerima banyak cinta dari orang-orang. Statusnya yang dulu tergantung pada suasana hati Sovieshu, tapi kini semua berubah ketika dia akan menjadi ibu dari anak sulung nya. Dan tidak ada yang bisa mengubah ketetapan itu. Bahkan sang permaisuri sekalipun. Dia yang telah memperlakukan Rastha seolah-olah dia tidak terlihat, tapi hari ini dia memberinya hadiah bahkan telah memberkati bayi dalam kandungannya.

Rastha tersenyum ketika dia membelai pedang cantik pemberian sang permaisuri. Ketika anaknya sudah dewasa nanti, dia ingin mereka dikagumi dan memiliki pedang di pinggang mereka sebagai bukti bahwa anak itu dicintai oleh permaisuri. Lagipula... Permaisuri mungkin memang tidak subur. 'Jika aku bisa melenyapkan Viscount Roteschu...' Pikiran nya mulai melayang untuk menghapuskan sang viscount dari kehidupan nya. Karena Viscount Roteschu adalah satu-satunya awan hitam di masa depan dia dan juga keluarganya. Dan dipesta ini, bahkan hingga sejauh ini dia sama sekali belum menunjukkan batang hidungnya.

Namun begitu pikiran itu datang padanya, dia seperti melihat sebuah wajah yang membuat hatinya membeku. 'Dia adalah....!'

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang