Remarried Empress Chapter 48

132 5 2
                                    

Bab 48 – Kupu-kupu Masyarakat (1/2)

Apakah saya memiliki preferensi untuk orang asing? Apa yang dia bicarakan? Saya melemparkan tatapan mencela padanya. Sulit untuk memahami apa yang dia maksudkan. Apakah ini karena saya baru saja berbicara dengan Grand Duke Kapmen?

Kaisar : "Aku tidak bisa menghentikan permaisuri untuk memperhatikan pria lain, tapi aku berharap mereka bukanlah orang asing."

Seperti yang saya duga. Saya hampir mengatakan bahwa saya tidak bisa menolak Grand Duke Kapmen, tetapi kemudian saya segera mengubah kata-kata saya.

Permaisuri : "Itu bukan sesuatu yang perlu Anda khawatirkan."

Saya terus terlibat dalam kesalahpahaman yang aneh, terutama dengan Pangeran Heinley, tetapi Sovieshu lah yang pertama kali membawa selir. Rasanya tidak mungkin saya akan membawa kekasih saya sendiri sebagai pembalasan, tetapi bagaimana pun, Sovieshu tidak boleh mengkritik saya dalam apa yang saya lakukan. Menurut saya itu tidak adil. Tetapi, Sovieshu tampaknya memiliki gagasan yang berbeda.

Kaisar : "Bagaimana bisa aku tidak peduli? Apakah kamu bukan istri ku?"

Rasanya saya ingin membalas, "Apakah Anda berkonsultasi dengan saya terlebih dahulu sebelum menerima Nona Rastha?" tapi saya tahu dia pasti akan berkelit mengatakan saya membesar-besarkannya lagi karena cemburu. Sovieshu menghela nafas dengan cara yang bermartabat.

Kaisar : "Apakah kamu menyukai Grand Duke Kapmen? Sampai-sampai dia membuatmu menghela nafas?"

Permaisuri : "Jangan salah paham. Kami hanya membicarakan satu hal ini."

Kaisar : "Ya, oke. Aku senang mendengarnya. Tapi aku ingin kamu lebih berhati-hati."

***

Setelah itu, ada pertemuan lagi dengan menteri keuangan dan pejabat perbendaharaan tentang anggaran tahunan negara, yang meliputi gaji pejabat pengadilan, pengawal kerajaan, serta anggaran untuk berbagai acara.

"Penerimaan pajak hampir sama seperti tahun lalu."

"Meskipun sistem diharapkan tidak berubah, kami tidak tahu biayanya."

"Kita bisa menggunakan rencana anggaran tahun lalu."

"Baiklah. Secara keseluruhan diperkirakan tidak ada konflik nasional, jadi kita dapat mengaturnya seperti tahun-tahun sebelumnya."

Sejauh ini, semuanya berjalan lancar. Komplikasi muncul ketika tentang Rastha. Kaisar biasanya memberikan sejumlah besar uang kepada para selirnya, meskipun tidak tetap setiap tahun. Karena tidak ada standar yang ditetapkan dan setiap kaisar membayar sejumlah yang berbeda, sulit untuk merujuk pada kasus-kasus sebelumnya.

Permaisuri : "Apakah Anda memiliki buku akun terpisah untuk Nona Rastha? Seharusnya cukup mudah untuk dihitung."

Bendahara : "Buku-buku itu tidak sampai ke perbendaharaan, Yang Mulia. Karena belum ada uang yang diberikan padanya, uang itu harus terdaftar dibawah akun Anda. Kaisar menyediakan untuknya sekarang."

Permaisuri : "Baiklah kalau begitu."

Saya tidak berfikir Sovieshu akan memberi saya buku akun tersebut entah bagaimana pun caranya.

Bendahara : "Bagaimana jika kita menggunakan Countess Malti sebagai contoh disini, Yang Mulia? Dia adalah orang biasa sebelum menjadi selir diawal pemerintahan kaisar."

Permaisuri : "Harga-harga sudah naik sejak saat itu, jadi menurut saya harganya tidak sebanding."

Bendahara : "Kita masih harus menggunakan beberapa presden. Begitu jumlahnya ditetapkan, akan sulit untuk menurunkannya, tetapi jika ada selir baru... Ah, maaf, Yang Mulia."

Permaisuri : "Tidak apa-apa. Anda benar, kita harus yakin."

Pertemuan itu berlangsung lebih lama dari yang saya kira dan ketika saya meninggalkan ruangan dengan menteri keuangan, udara sudah dingin. Matahari masih bersinar, tapi langit tidak terlihat cerah. 'Saya melewatkan makan siang.'

Pertemuan saya dengan Grand Duke Kapmen berlangsung dari pagi hingga siang, lalu sejak siang itu dan seterusnya saya tidak makan ketika saya bertemu dengan menteri keuangan. Ketika saya menyadari bahwa saya belum makan sejak tadi, saya tiba-tiba merasa lapar dan mempercepat langkah. Saya juga bertanya-tanya apakah Queen mampir ke kamar. Saya bergegas dan saat dipersimpangan menuju istana timur dan barat, saya melihat ujung rok biru mengintip dari balik semak-semak. Artina yang mengikuti saya terlihat mengerutkan kening.

"Siapa itu, Yang Mulia?"

"Saya juga tidak tahu, Artina." Saya menjawab dengan menggelengkan kepala. Seolah-olah suara saya terdengar, si pemilik rok yang menonjol itu seketika menjauh dari semak-semak. Ternyata terungkap bahwa dia adalah Viscountess Verdi.

"Yang Mulia." Saat mata kami bertemu, dia menunjukkan diri nya dan matanya melihat ke sekeliling dengan hati-hati. Setelah memastikan tidak ada orang lain disini, dia segera memberi isyarat agar saya mendekatinya. Namun saya tidak mendekat dan Artina juga menegurnya,

"Kasar. Tidak sopan!"

Viscountess Verdi menggelengkan kepalanya dengan penuh semangat. Keputus asaan terpancar di wajahnya, lalu dia melihat ke sekeliling lagi dan mendatangi saya.

"Ada sesuatu yang mendesak untuk ku katakan pada Anda. Aku mungkin bukan wanita dayang Anda lagi, tapi aku tidak bisa tenang sampai aku memberitahukan Anda hal ini." Bibirnya terlihat bergetar. Saya mencegah Artina menegurnya dan memberi isyarat kepada Viscountess Verdi untuk terus bicara. Viscountess menyatukan kedua tangannya lalu segera melanjutkan.

"Ku pikir Viscount Roteschu tahu sesuatu tentang Rastha. Dan itu adalah sebuah kelemahan."

"Kelemahan?" Saya mengerutkan kening.

"Ya, Yang Mulia. Aku tidak bisa mendengar detailnya, tapi kurasa dia..." Suara gertakan memotong kata-katanya. Saya berbalik kearah kebisingan, tetapi Viscountess Verdi sudah menghilang ke balik semak-semak lagi. 'Apa itu tiba-tiba?' Saya bertanya-tanya dan mencari dimana Viscountess Verdi berdiri. Tapi saya melihat orang lain yang sedang mendekati saya. Itu adalah Rastha.

"Yang Mulia." Dia tampak lebih kurus dari sebelumnya dan memiliki kantung hitam dibawah matanya. Dia menyapa saya dengan membungkuk pendek dan berbicara dengan suara lemah.

"Siapa yang berada disana barusan?"

Saya menggelengkan kepala dan dia mengintip dari dekat semak-semak tempat Viscountess Verdi menghilang. Saya tidak tahu apakah dia tadi melihat viscountess atau tidak, tetapi jelas dia curiga bahwa tadi ada seseorang disana.

Rastha menghela nafas. Alih-alih bertanya lebih banyak tentang orang yang hilang barusan, dia kembali menatap saya dengan murung.

"Yah... Yang Mulia, apakah tidak apa-apa jika Rastha menanyakan sesuatu pada Anda?"

"Lanjutkan."

"Ini tentang Duchess Tuvania."

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang