Remarried Empress Chapter 28

113 8 0
                                    

Bab 28 – Kemarahan Heinley (1/2)

Queen biasa mengunjungi saya setiap hari. Tapi kini dia tidak muncul selama dua hari terakhir. Sejauh yang saya ingat, kami belum berkomunikasi lagi sejak pembantu Rastha berpura-pura menjadi saya. Hanya beberapa jam sebelum kejadian itu, Queen telah bermain-main di kamar saya. Suasana hati saya menjadi suram ketika saya mengingat suara kicauan nya dan saat terakhir kali saya memeluknya. Haruskah saya memelihara seekor burung seperti yang dikatakan Countess Eliza? 'Tidak. Burung-burung lain tidak seperti Queen.' Pikir ku.

"Apakah Anda berpikir tentang Queen?" Countess Eliza tampak memahami isi pikiran saya ketika saya terus saja melirik ke arah jendela. Saya tersenyum canggung dan tidak menjawab. Saya merindukan Queen, tetapi jika saya mengatakannya dengan lantang, itu bisa diartikan seolah saya ingin melihat Pangeran Heinley. Karena itulah saya harus berhati-hati.

Alih-alih mendorong saya untuk menjawab, Countess Eliza menarik sebuah gaun merah muda dari lemari. Gaun itu memiliki siluet tipis yang jatuh dan sedikit kurang mewah dibandingkan gaun-gaun yang saya kenakan selama 3 hari terakhir.

"Anda tidak akan pergi ke perjamuan besar malam ini, jadi aku akan memberi Anda pakaian yang lebih elegan, Yang Mulia."

Besok adalah hari terakhir Perayaan Tahun Baru dan juga perjamuan khusus. Namun, karena para peserta biasanya berubah dari tahun ke tahun, biasanya di adakan makan malam pratinjau di malam sebelumnya untuk para tamu jadi lebih akrab. Agak tidak masuk akal jika mengenakan gaun mewah untuk makan malam pratinjau yang pertemuan nya relatif kecil.

Permaisuri : "Terimakasih, countess. Seperi biasa saja."

"Aku merasa terhormat, Yang Mulia."

Berkat persiapan Countess Eliza, rambut lurus saya ditata bergelombang dan kulit pucat saya terlihat tampak cerah. Dengan segala bantuan darinya semua terlihat sempurna. Saya mengoreksi penampilan gaun yang saya kenakan, mengamati diri saya sendiri di cermin, lalu segera pergi ke istana pusat.

Tidak ada yang datang untuk bekerja selama hari libur besar seperti hari ini. Tetapi saya hanya ingin melihat beberapa dokumen saja. Saya pergi ke kantor dan melihat daftar tamu untuk perjamuan khusus. Selain harus melakukan pembicaraan sopan dengan para tamu asing, saya harus membiasakan diri dengan budaya mereka juga agar tidak menyinggung mereka secara tidak sengaja. Para tamu yang paling penting adalah Pangeran Heinley dan Grand Duke Kapmen. Tapi disini Pangeran Heinley lah yang paling menonjol. 'Saya harus berhati-hati dengan Grand Duke Kapmen juga.' Pikir ku.

Grand Duke Kapmen adalah satu-satunya tamu dari benua lain, yang berasal dari negara berpadang pasir besar Rwibt. Dia di undang bukan hanya karena dia pria yang hebat, tetapi karena dia juga siswa asing yang lulus dipuncak akademi sihir. Tidak banyak pertukaran diseluruh benua, dan aktivitas perdagangan juga tidak terlalu banyak. Sedikit yang diketahui tentang etiket istana Rwibt. Salah satu dari beberapa buku tentang negara tersebut adalah The Travelogue, yang ditulis setelah kunjungan seorang petualang ke negara padang pasir itu. Saya telah mendengar bahwa Grand Duke Kapmen mengejek isi buku tersebut dan mengatakan bahwa itu tidak akurat sedikitpun. 'Dia sudah belajar diluar negri selama beberapa tahun dan dia harus diperlakukan seolah dia adalah salah satu dari kita.' Saya mempertimbangkan bagaimana sikap saya ketika bertemu dengan nya nanti.

Setelah beberapa penelitian dan pembelajaran yang panjang, waktu makan malam pun tiba. Ketika saya meninggalkan kantor, saya bertemu Countess Eliza dan Artina dengan gugup berdiri diluar. Dan mereka segera memanggil saya, "Yang Mulia!" begitu melihat saya.

Countess Eliza : "Aku bertanya-tanya apakah aku harus masuk ke dalam."

Permaisuri : "Saya sudah memeriksa jam. Dan akan bergegas ke ruang makan sekarang."

Atas desakan Countess Eliza, akhirnya saya kembali ke kamar dimana dia akan mendandani model rambut saya dan merias wajah saya sekali lagi. Sebelum saya pergi ke istana timur.

Rastha : "Kakak!"

Rastha adalah orang pertama yang saya lihat ketika memasuki ruang makan. Dia segera menutup mulutnya karena terkejut, lalu tersenyum dan berkata, "Yang Mulia." Dengan nada lebih sopan. Ekspresi saya yang halus hampir hancur. Apakah Rastha termasuk diantara 20 tamu istimewa besok? Tidak, saya baru saja memeriksa daftar para tamu dan namanya tidak tercantum disana. Sovieshu pasti yang membawanya kesini. Sementara orang lain tidak bisa menghadiri perjamuan khusus tanpa undangan, mereka yang tidak di undang masih bisa pergi untuk makan malam.

Sesaat kemudian, Pangeran Heinley, Sovieshu, dan Putri Soju memasuki ruang makan. Putri Soju langsung menatap saya seolah berkata 'Ada apa?' tapi saya segera menggelengkan kepala dan pergi ke tempat duduk saya. Pangeran Heinley menyapa saya dan saya hanya memberinya sedikit anggukan. Saya bisa merasakan mata Putri Soju ke arah saya, tetapi saya berpura-pura tidak menyadarinya dan duduk dengan hati berdebar. Setelah seorang pelayan menuangkan air ke gelas saya, Putri Soju membungkuk dan berbisik pada saya,

"Ku pikir ini hanya lelucon sampai beberapa waktu yang lalu."

Suaranya begitu rendah sampai-sampai saya nyaris tidak bisa mendengarnya.

Permaisuri : "Maksud mu?"

Dia melirik ke arah pangeran.

"Pangeran Heinley. Lihatlah... Aku percaya desas-desus bahwa dia seorang playboy itu benar adanya. Dia bersikap sangat manis kepada Nona Rastha didepan Yang Mulia Kaisar, ku pikir sikapnya ini seperti manusia puding."

"Pfftt!" Ekspresinya membuat saya tersedak minuman dari gelas. Sementara sang putri tersenyum geli karena celotehan nya. Perhatian Pangeran Heinley, Rastha dan Sovieshu berbalik ke arah saya pada saat yang sama. Menyadari hal itu, saya dengan segera menajamkan ekspresi wajah dan menutup mulut dengan saputangan.

Sekarang Putri Soju menunjukkan nya, suasana tampak aneh. Pangeran Heinley sibuk dengan urusan dirinya sendiri bahkan memasang sikap misterius seperti biasa. Tetapi Sovieshu tampak lebih cemas dari biasanya. Dari waktu ke waktu, dia juga melirik ke arah Pangeran Heinley dan Rastha yang masih mengobrol bersama. Sedangkan Rastha sepertinya menikmati situasi ini. Pipinya memerah dari biasanya karena dia mendapatkan perhatian dari 2 orang pria tampan, Pangeran Heinley dan Kaisar Sovieshu. 'Seandainya Rastha bersama Pangeran Heinley sejak awal, kira-kira apa yang akan terjadi ya?' Jantung saya berdenyut saat pemikiran yang tiba-tiba ini. Tapi dengan segera saya menyingkirkan pemikiran itu semua. Bahkan jikalau bukan Rastha, Sovieshu juga tetap akan membawa wanita lain sebagai selir nya suatu hari nanti. Putri Soju mencondongkan tubuhnya ke arah saya lagi seraya berkata,

"Ini aneh... Pangeran Heinley secara terbuka sangat manis pada Nona Rastha sebelumnya. Tapi lihatlah sekarang. Nampaknya dia tidak semanis di awal."

Saya tidak repot-repot melihat ke arah mereka saat ini. Segera setelah itu, meja dipenuhi oleh semua tamu undangan dan para pelayan membawa hidangan pertama yaitu : anggur, salad segar, salmon dengan kentang dan ayam rebus dalam anggur.

Dan saat itu sudah melewati jam makan yang panjang, ketika secara tiba-tiba ada suara gebrakan meja yang tajam. Ruang makan menjadi sunyi. Sovieshu menatap Pangeran Heinley, gelas berwarna emas nya tumpah diatas piring makan nya. Semua orang memperhatikan mereka dengan napas tertahan.

Kaisar : "Tidak sopan, Pangeran Heinley!"

Heinley : "Apa maksud Anda? Apakah itu kasar? Apakah tidak sopan bagi ku untuk menunjukkan bahwa orang yang mengaku bertukar surat dengan ku tidak mengetahui isi surat-surat itu selama ini?! Apakah tidak sopan bagi ku untuk memprotes ketika dia menipu ku lagi?!"

Kaisar : "Pangeran Heinley, berhati-hatilah dengan bahasa mu!"

Heinley : "Katakan saja pada selir Anda untuk berhati-hati!"

Wajah Sovieshu mendadak pucat.

Heinley : "Ini memalukan. Pertama pelayan nya, lalu tuan nya sendiri. Apakah Anda mencemooh Kerajaan Barat? Atau mencaci diri ku? Atau mencemooh janji-janji ku?"

Mata Rastha melebar selebar piring yang terhidang, sementara Pangeran Heinley bersandar dikursi nya dan menatap Sovieshu dengan dingin.

Heinley : "Oh, mungkin..... Apakah Yang Mulia Kaisar yang memerintahkan Nona Rastha untuk melakukan semua ini? Membodohi ku?"

Kaisar : "Pangeran Heinley!!"

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang