Remarried Empress Chapter 52

166 4 0
                                    

Bab 52 – Boneka Es (1/2)

Ini adalah sehari sebelum ulang tahun saya. Karena kami hanya tinggal di villa selama dua hari, saya tidak punya banyak barang bawaan. Saya memakai sepatu hak rendah yang nyaman daripada sepatu formal dan mengenakan jubah yang tahan air jika hujan.

"Nikmati liburan Anda, Yang Mulia." Countess Eliza yang tidak menemani saya dalam perjalanan kali ini, dengan hati-hati dia memperbaiki kancing-kancing saya dan mengatakan bahwa dia berencana untuk pulang kerumahnya selama dua hari saya pergi.

"Jangan khawatir, Countess Eliza. Aku yang akan merawatnya." Countess Jubel tertawa dan menepuk bahu Countess Eliza. Terlihat Countess Eliza menyipitkan matanya lalu Countess Jubel segera menurunkan tangannya. Saya tersenyum ketika menyaksikan dua kepribadian yang berlawanan bertukar pandang tanpa berbicara.

"Ayo pergi."

Ketika saya tiba di istana pusat, saya melihat Sovieshu berdiri di depan gerbong kereta. Dia mengenakan pakaian formal biasa, dan saya tidak melihat kopernya atau para pelayannya yang mengikuti dia. Saya memberikan tatapan bertanya-tanya, dengan segera Sovieshu menjelaskan dengan ekspresi wajah penyesalan,

"Aku punya masalah yang mesti di urus. Bisakah kamu melanjutkan perjalanan?"

"Apakah itu mendesak? Anda tidak perlu memaksakan diri untuk pergi ke villa."

"Ya, ini mendesak. Tetapi tidak sepenuhnya demikian. Ini bukan masalah yang perlu permaisuri khawatirkan di hari ulang tahunnya."

Saya tidak keberatan dan memutuskan untuk tidak menjawabnya lagi. Sovieshu tersenyum lembut dan memeluk pundak saya.

"Kamu butuh istirahat setelah semua kerja keras yang kamu lakukan. Setelah aku menyelesaikan urusan ku disini, aku akan segera pergi dimalam hari."

Villa itu berjarak 12 jam perjalanan dari ibukota. Jika dia pergi pada malam hari, dia akan melakukan perjalanan sepanjang malam hingga besok pagi. Saya khawatir, tapi... Itu seharusnya baik-baik saja. Kalau dipikir-pikir, duduk berhadapan dengan Sovieshu akan terasa sangat canggung. Jadi aku segera naik ke kereta tanpa protes lebih.

***

Countess Jubel tertidur begitu kami naik kereta, sementara saya menghabiskan waktu dengan membaca buku. Itu sekitar dua jam, sampai mabuk karena goyangan kereta membuat saya akhirnya kewalahan. Saya segera menutup buku dan melihat keluar jendela. Kereta ini berada di jalan yang terawat baik menuju keluar ibu kota. Saya melihat tanah pertanian kuning terbentang di hadapan saya. Para petani dan orang-orangan sawah tersebar disekitar ladang, dan disuatu tempat saya bisa mendengar suara tawa anak-anak dengan riang.

"Aku berharap perjalanan ini bisa meningkatkan hubungan antara Anda dan kaisar."

Saya menoleh dan melihat Countess Jubel menguap. Mata kami bertemu, dia mengangkat bahunya.

"Tentu aku tidak bisa mengatakan hal ini didepan Countess Eliza." Tambahnya sambil tersenyum pada saya. Saya pun hanya tersenyum getir.

"Sulit bagi bangsawan untuk bercerai, Yang Mulia. Ada banyak komplikasi dan ketidaksepakatan politik tentang bagaimana membagi aset. Siapa yang akan mendapat lebih banyak manfaat? Tetapi jika seseorang tidak peduli dengan kehilangannya, dia bisa bercerai kapan saja." Ada terpancar rasa khawatir dari kalimat Countess Jubel.

"Tapi saya tidak bisa."

"Ya, itu akan memalukan. Anda adalah permaisuri. Tidak peduli seberapa besar Anda membenci kaisar, Anda tidak dapat memulai perceraian terlebih dahulu. Jadi lebih baik tetap mempertahankan ini."

Countes Jubel kembali tertidur. Saya menyandarkan kepala saya ke sandaran kursi kereta dengan kedua tangan diatas lutut. Saya setuju bahwa lebih baik berhubungan baik dengan kaisar. Namun, ada sesuatu yang tidak bisa saya setujui dari perkataan Countess Jubel. Yaitu perceraian...

Bisakah saya memperbaiki hubungan kami hanya karena saya tidak dapat menceraikannya? Bagian inilah yang tidak saya setujui juga. Bagi yang lain, fakta bahwa saya tidak dalam posisi untuk menceraikan Sovieshu dapat menimbulkan simpati. Bagaimana pun, tidak mungkin ada orang yang diperlakukan dengan cara buruk oleh pasangannya tidak akan dikasihani. Sovieshu benar-benar buta ketika Rastha datang, dan terkadang akhirnya menuduh saya dengan hal-hal yang tidak masuk akal.

Tetapi bahkan jika saya bisa bercerai, saya juga tidak punya keinginan untuk melakukan itu pada Sovieshu. Saya dipersiapkan untuk menjadi seorang permaisuri sejak usia dini, dengan pelatihan yang ketat dan pendidikan khusus sepanjang masa kanak-kanak hingga saya beranjak dewasa. Saya tidak tahu apakah saya cocok dengan bakat atau tidak, tetapi menjadi permaisuri adalah tujuan hidup saya selama ini. Bohong jika saya mengatakan bahwa saya baik-baik saja dengan seorang suami yang membawa selirnya dan memperlakukan saya dengan dingin. Pernikahan kami memang bersifat politis. Dan meskipun sulit, saya dapat memikul beban ini. Saya tidak ingin kehilangan pekerjaan seumur hidup saya hanya karena Sovieshu mencintai wanita lain.

Jika benar-benar ada situasi dimana saya tidak bisa mentolerirnya lagi, maka mungkinkah.....?

***

"Yang Mulia, lihat ini!" Rastha berlari ke arah Sovieshu dengan liontin terukir yang diberikan oleh Duke Elgy sebagai hadiah dari Blue Bohean.

"Yang Mulia." Rastha menyerbu masuk ke kamar dengan senyum lebar dan kemudian berhenti karena terkejut.

"Woooww..." Rastha menutup mulutnya ketika dia melihat Sovieshu didepan nya.

"Yang Mulia, Anda terlihat sangat luar biasa."

Dia mengenakan setelan hitam putih, berbeda dari pakaian mewah di perayaan Tahun Baru. Dia tersenyum lemah, tidak melihat ke cermin. Rastha dengan cepat pergi ke sisinya dan mengagumi dari atas ke bawah.

"Anda terlihat bagus dimana-mana. Anda terlihat sungguh keterlaluan bahkan tidak tahu malu dengan penampilan setampan ini, Yang Mulia."

"Kamu merayu ku." Sovieshu tersenyum lebar mendengar ucapan Rastha.

Rastha tertawa kecil lalu mengulurkan sebuah liontin ditangannya,

"Lihat ini..."

"Itu adalah puncak Blue Bohean."

"Waahh! Yang Mulia, Anda jenius. Anda langsung mengetahuinya?" Mata Rastha membelalak kagum. Dan Sovieshu tersenyum kecil lalu mengusap punggung Rastha dengan satu tangan. Dia merasa aneh ketika mendengar Rastha mengangumi dirinya hanya karena mengetahui liontin tersebut, tapi dia segera teringat bahwa Rastha berasal dari dunia lain. Dia bukanlah bagian dari bangsawan, karena para bangsawan hampir wajib menghafal lambang rumah dari negara lain.

Rastha : "Yang Mulia, kenapa Anda berpakaian sangat bagus?"

Dia meletakkan liontin disaku nya. Sebenarnya tujuan dia menunjukkan liontin hadiah dari Duke Elgy ke Sovieshu karena dia ingin sang kaisar merasa cemburu. Tapi dia cukup terkejut ketika Sovieshu tampak agak tenang, bagaimanapun, seolah-olah Sovieshu mengabaikan niatnya.

Kaisar : "Sudah ku bilang beberapa hari yang lalu. Aku harus pergi ke villa kerajaan."

Rastha : "Oh... Rastha kira Anda seharusnya pergi besok pagi, tapi ternyata itu dibatalkan? Dan Anda bilang akan kembali lusa kan?"

Sovieshu melirik jam dan mengangguk.

"Buatlah diri mu nyaman disini, Rastha." Sovieshu dengan ringan mencium pipi Rastha dan segera berbalik.

"Rastha akan mengantar Anda."

Dia mengikuti dengan antusias, mengoceh tentang hari-harinya. Sementara Viscount Roteschu benar-benar telah menghancurkan reputasinya, kehadiran Duke Elgy perlahan menarik kembali beberapa bangsawan padanya. Dia sangat senang sekaligus merasa lega, dan dia ingin menceritakan semua ini pada Sovieshu.

Namun dia segera berhenti berbicara ketika melihat kotak perhiasan perak di dalam gerbong kereta Sovieshu. Matanya membelalak.

"Apa itu?"

"Oh, ini hadiah untuk permaisuri."

"Untuk permaisuri?"

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang