Remarried Empress Chapter 41

131 9 0
                                    

Bab 41 – Favorit Queen (2/2)

Rastha terjerat dalam jaring emosi yang rumit. Dia bersyukur bahwa Sovieshu melindunginya. Kaisar tahu sejak awal dia adalah budak yang melarikan diri, tentu saja, tetapi keinginannya untuk melindungi dirinya telah memaksa untuk menutupi bahkan setelah masalah itu terungkap di depan publik. Berapa banyak pria lain yang dengan manis membisikkan pengabdian mereka padanya sebelum meninggalkan dirinya? Dan menggunakan identitas mereka sebagai perisai. Ironisnya Sovieshu adalah orang paling terkuat di kekaisaran yang tidak melakukannya. Tapi ketakutan akan masa lalu suramnya masih saja menggigitnya. Tepat ketika dia baru saja melepaskan belenggu, tepat ketika orang-orang mulai memandangnya sebagai Rastha bukan sebagai budak, ketika identitasnya mencengkram pergelangan kakinya lagi. Jika bukan karena cinta Sovieshu untuknya, mimpinya akan mati karena Viscount Roteschu.

Tapi bagaimana dengan orang-orang yang pernah bergantung padanya disetiap kata dan senyum? Apa yang akan mereka lalukan sekarang? Rastha merasa khawatir. Dia belum bertemu bangsawan lain sejak kebenaran tentang dirinya terungkap. Dia takut wajah-wajah yang tersenyum itu berubah menjadi penolakan. Rastha mengelus gelang amber berwarna kuning ditangannya, tetapi hatinya tetap tidak tenang. 'Tidak, meskipun dulu Rastha adalah seorang budak, tapi sekarang Rastha adalah selir kaisar. Ini tidak akan sama seperti sebelumnya...' Dia mencoba menenangkan hati dan pikirannya yang kusut.

Rastha memeluk boneka yang dirancang Sovieshu untuknya, benda lembut yang terbuat dari kain dan kapas. Kemudian pintu terbuka, Viscountess Verdi memasuki ruangan dengan ekspresi yang tidak nyaman diwajahnya,

"Nona Rastha, Viscount Roteschu datang menemui Anda... Apa yang harus ku katakan padanya?"

"Tuan Roteschu?!" Rastha terperanjat. Belum lagi dia bisa menenangkan dirinya, kini Viscount Roteschu ingin berhadapan langsung dengannya. Dalam kebingungan saat itu, Rastha memanggil Viscount Roteschu dengan gelar yang sama seperti saat dia masih menjadi budaknya. Viscountess Verdi nampak kaget, tetapi dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Ekspresinya digantikan oleh senyum ramah, tetapi Rastha yakin wanita itu pasti sedang menertawakannya.

Jika viscountess tahu tentang hubungan dia dengan Roteschu, dia seharusnya tidak perlu mengatakan padanya. Bukankah itu tugas bawahan untuk menjauhkan orang-orang yang berbahaya? Rastha yakin jika viscountess masih bekerja untuk permaisuri, dia pasti akan lebih bertanggung jawab.

Rastha menggigit bibirnya. Jika dia tahu akan seperti ini jadinya, dia lebih memilih berbaring dikamar kaisar dan pura-pura sakit. Ini merupakan sebuah kesalahan pergi kembali ke kamarnya untuk mengatur pikiran kacaunya sendiri. Tidak... Tidak... Masalahnya kaisar mengizinkan Viscount Roteschu berkeliling sejak awal. Mengapa kaisar tidak mengusirnya? Atau mengapa dia tidak membunuh viscount itu sendiri atau memenjarakannya? Bukankah Sovieshu mampu melakukan apapun dan kepada siapapun?

Rastha menahan air mata panas ditelinganya saat dia memberi perintah kepada Viscountess Verdi,

"Katakan padanya untuk pulang saja."

Namun Viscountess Verdi ragu-ragu. Membuat Rastha mengulangi kata-katanya,

"Katakan saja untuk pulang!" Rastha berteriak dengan keras kali ini, tetapi Viscountess Verdi masih tidak bergerak. Apa kamu mengabaikan ku sekarang juga? Rastha ingin memberitahu dengan marah. Tapi dengan segera Viscountess Verdi melanjutkan dengan suara gemetar,

"Yaaah.. Dia berkata jika Anda tidak mengizinkannya masuk, Anda akan menyesalinya..."

"Dia bilang begitu?!"

"Iya."

Kemarahan memberi Rastha keberanian, dia menggertakkan giginya,

"Kalau begitu suruh dia masuk. Biar ku lihat wajahnya yang tidak tahu malu itu."

Dia bertekad untuk memberinya semangkuk pelecehan yang dingin. Namun ketika Viscount Roteschu masuk, senyum tak menyenangkan terpancar diwajahnya. Penghinaan yang dia siapkan mati dibibirnya.

"Nona Rastha, selamat. Anda adalah selir kaisar."

Viscountess Verdi yang menatap secara bergantian antara Rastha dan Viscount Roteschu, bergegas keluar ruangan ketika Rastha melototinya dengan tajam. Rastha berbalik untuk melihat Viscount Roteschu yang sudah duduk dikursi kosong.

"Sangat bagus. Aku menyukainya." Katanya dengan rasa puas.

"Kenapa kamu disini?" Rastha meniru nada tegas sang permaisuri. Suara Rastha sendiri sempurna seperti orang-orang yang menawan, tetapi sayangnya dia tidak memiliki otoritas. Viscount Roteschu tertawa kecil,

"Kamu tumbuh menjadi seorang wanita sekarang, Rastha."

"Jangan sembarangan menyebut namaku! Kamu tidak akan lagi memanggil ku sebagai Rastha."

"Ya. Aku yakin itu benar... Hanya untuk periode tertentu."

"Periode tertentu?" Rastha memiringkan kepalanya.

"Apakah kamu tahu berapa tahun seorang wanita tinggal sebagai selir kaisar?"

Rastha menggigit bibirnya karena komentar berduri viscount. Dia mengetukkan jari-jarinya ke meja dan mengayunkan lehernya tepat ke waktu. Ketika dia melihat gelang dipergelangan tangan Rastha,

"Oh cantik sekali itu. Apakah itu terbuat dari amber? Hm? Sini biar ku lihat?"

Rastha buru-buru menarik tangan nya ke belakang. Viscount mengerutkan keningnya lalu tersenyum,

"Kaisar memerintahkan ku untuk memperbaiki klaim ku yang salah. Yang mengatakan kamu adalah budak yang melarikan diri. Sekarang aku diperlakukan seperti orang bodoh yang bahkan tidak bisa mengenali wajah seseorang. Apakah rahasia mu akan terungkap atau tidak, itu terserah padaku. Aku bersyukur emas dan peraknya, tapi itu belum cukup. Hm?"

Rastha menatapnya dengan liar,

"Kalau begitu kamu seharusnya tidak mengatakan itu dari awal! Kamu tidak tahu malu! Kamu menyembunyikan identitas ku sebagai budak yang malarikan diri hanya karena kaisar memerintahkan mu. Kamu tidak melakukan itu untuk ku."

Senyum berbahaya terlihat diwajah Viscount Roteschu.

"Kalau begitu, kenapa aku tidak mengatakan apa-apa tentang bayi yang kamu tinggalkan?"

Rastha memucat. Matanya yang bulat terbelalak.

"Bayi....?"

Darah mengalir ke wajahnya lagi dan dia mengepalkan tinjunya. Putih matanya merah dengan darah.

"Beraninya kamu berbohong! Kamu membunuh bayiku!" Kemarahan membanjiri setiap pori tubuhnya. Cara viscount begitu acuh tak acuh mengklaim bahwa dirinya lah yang meninggalkan bayinya seketika bergema dengan penuh kebencian di telinganya, tetapi dia memaksa menutup mulutnya karena takut Viscountess Verdi menguping pembicaraan mereka dibelakang.

Viscount Roteschu berkata, "Nah?" dan melebarkan matanya dalam lingkaran yang berlebihan. Akhirnya Rastha berdiri.

"Kamu tidak bisa mengancam ku dengan bayi yang sudah meninggal."

Viscount Roteschu terkekeh,

"Mati? Apa maksudmu Rastha?"

Itu adalah tawa biasa, tetapi Rastha bisa merasakan tulang punggungnya dingin. Ekspresi Roteschu tiba-tiba mengeras dan nadanya pun berubah menjadi mengejek,

"Aku tidak akan membunuh cucuku sendiri, dia adalah darah ku sendiri."

"Kamu... Kamu berbohong! Aku melihat tubuh dengan mataku!"

"Jika kamu memang tidak percaya padaku, apakah kamu ingin aku membawanya padamu?"

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang