Remarried Empress Chapter 84

110 4 0
                                    

Bab 84 – Kamu Adalah Permaisuri (1/2)

Sovieshu sedikit tersandung kebelakang, tetapi bukannya terjatuh, dia menggunakan momentum itu untuk menyerang Grand Duke Kapmen. Sang grand duke memblokir tangan Sovieshu dengan tangannya, tetapi dia tersentak ketika dua jarinya menekuk ke belakang.

"Hentikan!" Saya mencoba melangkah diantara keduanya. Sovieshu mahir dalam pertempuran pedang dan seni bela diri dasar, tetapi karena dia berada dikantor kaisar sepanjang waktu, dia tidak terlalu berlatih keras. Grand Duke Kapmen, bagaimanapun dia adalah seorang penyihir yang mau tidak mau bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk penelitian. Ketika mereka berkelahi, terlihat sangat jelas siapakah gerangan yang akan memenangkan perkelahian ini. Tapi... Tidak, tidak peduli siapapun yang menang. Itu masih akan menjadi masalah. Untungnya Sovieshu dan Grand Duke Kapmen berpisah, tetapi mereka terus saja saling menatap satu sama lain.

"Yang Mulia!"

"Tangkap dia!"

"Aaaaaarrghh...!"

Ketegangan hanya mereda sesaat saja, lalu keributan berkobar kembali. Para pelayan mundur dari tempat kejadian, sementara para kesatria tiba pada saat yang sama. Beberapa kesatria datang ke sisi Sovieshu, sementara yang lain mengepung Grand Duke Kapmen. Mereka yang menghunus pedang sembari mengarahkan kearah Grand Duke Kapmen. Sedangkan sang grand duke menatap dengan santai kearah Sovieshu, meskipun dinding pedang mengelilinginya sekalipun.

"Turunkan!" Saya memberi perintah kepada para kesatria, tetapi mereka tidak ada yang mendengarkan.

"Saya perintahkan kalian semua untuk mundur!" Saya berteriak lagi, lalu berbalik kearah Sovieshu. Prioritas utama bagi para kesatria adalah keselamatan kaisar.

"Turunkan." Hanya setelah mendengar perintah Sovieshu, para kesatria akhirnya menurunkan pedang mereka. Tetapi mereka tidak menyarungkan pedangnya. Mereka dengan waspada menyaksikan gerakan sang grand duke, siap menikamnya saat dia menjadi ancaman.

"Anda tidak perlu khawatir." Seketika Grand Duke Kapmen mengangkat kedua tangannya.

"Spesialisasi ku adalah sihir, jadi aku bisa menyerang Anda dari sini."

Para kesatria terkejut, lalu mempersempit jarak mereka ke sang grand duke. Tiba-tiba dibawah salah satu kakinya ada kilatan cahaya putih dan aliran listrik. Salah satu kesatria hampir terkena olehnya, pria itu terkejut dan mundur seketika. Dia tampak terjatuh ke tanah, sementara para kesatria lainnya mengangkat pedang mereka lagi.

Grand Duke Kapmen mengepalkan tinjunya, percikan putih terbang dan berderak dari tangannya saat dia melototi para kesatria dengan tatapan mengancam. Spesialisasi sihirnya pasti listrik. Para kesatria saling memandang dengan ragu, karena mereka tahu perkelahian biasa seperti ini berarti akan mengundang kematian.

"Aku bilang mundur." Sovieshu mendecak lidahnya dan melambaikan tangannya. Para kesatria akhirnya menurunkan pedang mereka lagi. Namun, Sovieshu terlihat seperti tidak terintimidasi sekalipun oleh Grand Duke Kapmen, dia menatapnya dengan cibiran.

"Yah sepertinya Grand Duke Kapmen memiliki hati untuk permaisuri, bukan?"

"Hanya karena aku memiliki hati manusia."

"Apa?"

"Apakah masuk akal untuk meminta pasangan Anda bersikap ramah terhadap bayi yang lahir dari perselingkuhan?"

"Perselingkuhan? Apa maksudmu?" Ekspresi Sovieshu menjadi gelap.

"Apakah kamu tidak tahu bahwa Rastha adalah selir resmi?" Sovieshu mencerca Grand Duke Kapmen.

"Permaisuri tidak memberikan persetujuan resminya."

"Aha! Apakah satu-satunya wanita yang Kaisar Rwibt mencintai pasangan politiknya? Jika itu masalahnya, maka aku dapat memahami perbedaan budaya itu."

Sedikit yang diketahui tentang benua Hwa, tetapi ada beberapa rumor yang menarik minat orang. Diantaranya adalah kisah harem diantara bangsawan menengah dan bangsawan atas. Dan bagaimana cara mereka mengumpulkan wanita-wanita cantik agar sesuai dengan selera mereka. Ceritanya mungkin sangat dibesar-besarkan, tetapi memang benar harem itu ada. Sovieshu tentu mengetahui hal ini dan alis Grand Duke Kapmen berkerut dalam-dalam. Sovieshu memiliki senyum puas di wajahnya, karena telah berhasil menunjukkan kemunafikkan Grand Duke Kapmen.

"Aku tidak tahu apa yang kamu rencanakan, tapi aku tidak percaya pada pria yang tampaknya di dorong oleh emosi. Untuk menjaga reputasi mu, aku tidak akan memenjarakan mu." Sovieshu berbalik dengan dingin. Tapi seketika dia berhenti, lalu memiringkan kepalanya ke samping sambil melirik Grand Duke Kapmen dibelakangnya,

"Tapi aku harus memikirkan kembali kesepakatan ku dengan Rwibt." Lalu Sovieshu berjalan dan pergi bersama anak buahnya meninggalkan Grand Duke Kapmen, Artina dan saya.

Saya berbalik kearah Grand Duke Kapmen dengan rasa kasihan. Meskipun dia telah terbawa emosi karena dibawah pengaruh ramuan itu, dan itu telah melibatkan saya.

"Grand duke, saya....." Saya mencoba untuk meminta maaf, tetapi dia dengan tegas memotong kata-kata saya.

"Tidak. Anda tidak perlu meminta maaf. Ini adalah kesalahan ku. Aku tidak bisa mengatasi emosiku pada saat itu."

***

"Apa yang terjadi?" Pangeran Heinley langsung mendesak McKenna untuk berbicara begitu mereka tiba di ruangan sang pangeran. Dia bergegas, merasa tidak nyaman dengan situasinya.

"Ada pesan penting." McKenna buru-buru menutup pintu dan mendekati Pangeran Heinley yang berdiri di dekat meja, lalu dia memberinya sebuah surat.

"Apakah ini dari saudara laki-laki ku?" Pangeran Heinley mengeluarkan isi surat itu dari amplop dan segera membukanya. Ekspresinya menjadi semakin khawatir ketika dia memindai isi surat tersebut. McKenna berdiri disamping sang pangeran dan mengawasinya dengan cermat. Ada surat lagi yang dikirimkan ke McKenna sendiri, jadi dia sudah tahu berita yang diterima oleh Pangeran Heinley. Wharton III, raja dari Kerajaan Barat, kesehatannya kembali menurun. Pangeran Heinley diminta untuk segera kembali ke kerajaan. Setelah membaca surat itu, Pangeran Heinley meletakkan kertas surat tersebut diatas meja dan dia menghela nafas berat.

"Yang Mulia, apa kamu baik-baik saja?" McKenna mengamati wajah pangeran, dan Heinley menggelengkan kepalanya. Dia menatap kearah meja. McKenna merasa sangat iba.

"Kerajaan itu stabil dan ada jarak yg lebar antara pangeran dan pewaris tahta kedua... Tapi kamu harus segera pulang, Yang Mulia."

"Ya, aku tahu. Aku harus mendengarkan wasiatnya secara langsung."

Pangeran Heinley dan Wharton III tidak dekat sebagai saudara, tetapi mereka juga tidak memiliki hubungan yang buruk. Mereka berdua tidak memiliki ras berdarah untuk memperebutkan tahta. Meskipun kepribadian mereka cukup berbeda dan Heinley suka menyimpang dari lingkaran aslinya, mereka cukup akur. Heinley tidak senang mendengar bahwa saudaranya sendiri kini sedang dalam kondisi sekarat. Hal itu juga sama dengan McKenna. Meskipun dia adalah sepupu dan tidak dapat secara resmi dianggap sebagai keluarga kerajaan, dia bukannya tidak berperasaan.

"Yang Mulia..." Suara McKenna lirih.

"Aku sedang sakit kepala." Pangeran Heinley menarik kursi untuk duduk, lalu meletakkan kepalanya diatas meja.

"Haruskah aku pergi ke Kaisar Sovieshu dan memberitahu nya bahwa kamu akan kembali ke Kerajaan Barat?"

"Aku yang akan lakukan itu."

"Aku saja..."

"Aku yang akan memberitahu nya."

"Dan... Bagaimana dengan teman menyurat mu?"

"McKenna...?"

"Ya, Yang Mulia?"

Pangeran Heinley sedikit mengangkat kepalanya dan menatap kosong ke angkasa. Kemudian dia menoleh kearah McKenna berdiri. Merasa bahwa pikiran Pangeran Heinley sedang kacau, kesatria berambut biru itu memanggilnya dengan hati-hati, "Pangeran?"

Lalu Pangeran Heinley membuka mulutnya sedikit,

"Apakah ada kemungkinan aku akan menikahinya?"

"Apa?!" Mata McKenna melebar. Kemudian dia dengan tegas melanjutkan,

"Tidak! Tidak ada."

Sang pangeran menghela nafas dan membenamkan kepalanya diatas meja lagi.

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang