Remarried Empress Chapter 94

83 1 0
                                    

Bab 94 – Apakah Mustahil? (1/2)

Putra Viscount Roteschu adalah Alan. Alan Roteschu. Rastha menggigit bibirnya. Dia adalah pria yang pernah di cintainya di masa lalu, pria yang kemudian malah meninggalkan nya dan... Dialah ayah dari bayi nya pula.

"Itu bukan seperti yang kamu janjikan!" Kini kemarahan Rastha tak bisa lagi tertampung. Viscount Roteschu mengatakan dia akan merahasiakan semua tentangnya dimasa lalu dan dia tidak memiliki pilihan selain meragukan niatnya. Viscount Roteschu mendecak lidahnya,

"Bukan seperti apa yang ku janjikan? Kapan aku berjanji untuk mengunci bayi itu sendirian?"

"Bukan itu yang ku tanyakan."

"Yah, kita tidak perlu mengungkapkan identitas bayi itu ke masyarakat."

"Lalu bagaimana dengan Alan dan Rivetti? Apakah mereka akan tinggal dirumah mu ketika mereka tiba di ibukota juga? Bagaimana jika anak-anak mu berbicara tentang Rastha di masyarakat nanti?"

"Mereka bahkan tidak tahu kalau kamu menjadi selir kaisar hingga saat ini."

"Lalu bagaimana jika nanti mereka tahu?"

"Tenang saja, jika mereka mengetahuinya, aku tetap bisa membuat mereka untuk bersikap disiplin."

Terlepas dari jaminan yang di ucapkan sang viscount, Rastha tetap merasa tidak nyaman.

Roteschu : "Jangan khawatir... Alan adalah ayah dari anakmu bukan? Dia pasti akan tutup mulut demi keselamatan bayi nya."

Tapi tetap saja itu tidak meredakan hatinya yang semakin gundah. Tidak mungkin baginya mempercayai seorang pria yang telah melanggar janjinya.

Roteschu : "Mungkin itu tidak bisa membantu. Tapi Alan sangat baik dalam merawat Ahn, bahkan lebih baik dari yang ku harapkan. Jadi kita tidak bisa mencegahnya."

Rastha : "Ahn?"

Roteschu : "Itu adalah nama putra mu."

Mata Rastha bergetar ketika dia membicarakan tentang anaknya. Viscount Roteschu melanjutkan kalimatnya tanpa ragu,

"Bagaimana dengan ini... Apakah kamu ingin bertemu dengan putra mu?"

Namun dengan segera, dia memberikan jawaban yang tak terduga,

"Tidak!"

Dia berbicara tanpa keraguan sedikitpun, tetapi ekspresinya mengatakan sebaliknya. Pada keheningan berikutnya, Viscount Roteschu tertawa kecil lalu dia pun meninggalkan ruangan.

Rastha mulai mondar-mandir diruangan itu, bibirnya mengerucut karena bingung. Dia menggendong bayi itu selama 10 bulan dalam rahim nya dan mencintainya dengan sepenuh hati. Begitu dia pulih dari rasa sakit yang luar biasa akibat persalinan, bayi nya malah dibunuh. Keterkejutan itu membuatnya sangat gila, dia bahkan telah hidup dalam keadaan sakit penuh tekanan selama berbulan-bulan, sampai dia memutuskan untuk melarikan diri dari tanah milik Viscount Roteschu. Saat itu dia bertekad untuk mati.

Tapi kini Viscount Roteschu mengklaim bahwa bayi itu masih hidup. Dan musuh sekaligus kekasihnya yang telah meninggalkan nya sedang membesarkan bayi itu. Viscount Roteschu mengatakan anak itu mati demi membuatnya gila, dan sekarang dia mengatakan bahwa anak itu masih hidup untuk membuatnya gila juga. Rastha telah di manipulasi oleh sesuatu yang belum pernah dilihatnya. Sepertinya anaknya menangkap pergelangan kakinya dan menyeretnya lebih dalam. Namun dia tidak bisa tidak mengkhawatirkan nya pada saat yang sama. Rastha berhenti mengelilingi ruangan dan akhirnya terjatuh menangis.

***

"Bagaimana rasanya memiliki bayi?"

Ruangan menjadi sunyi dan saya mengalihkan pandangan dari buku, lalu melihat sekeliling. Para dayang-dayang saya sedang memandangi saya dengan ekspresi kaku. 'Ah...' Saya pasti telah menyebabkan kesalahpahaman disini. Jadi saya segera tertawa dan menunjuk ke buku yang sedang saya baca.

"Ini tentang isi buku." Ucap saya sambil tersenyum.

Persiapan perjamuan hampir selesai. Karena itu, pekerjaan saya lebih sedikit dari biasanya dan saya dapat menghabiskan waktu dengan lebih santai. Kata-kata saya barusan telah membuat para dayang saya terdiam membeku.

"Apakah Anda ingin memiliki bayi, Yang Mulia?" Countess Eliza berbicara pada saya dengan hati-hati dan saya menggelengkan kepala ketika saya tertawa.

"Tidak... Saya tidak bermaksud begitu."

Namun hanya karena saya tidak bersungguh-sungguh, itu tidak berarti bahwa pikiran saya tidak sepenuhnya mengabaikan topik tentang bayi. Sekarang setelah Rastha dinyatakan hamil, saya pikir saya juga harus punya bayi. Jika ada sesuatu terjadi di masa depan, dan jika bayi kami memiliki kesenjangan usia yang besar, hukum memang tidak selalu di ikuti. Tetapi memiliki bayi sekarang akan terasa menyulitkan untuk saya dan Sovieshu. 'Oh, ya Tuhan...' Saya hanya bisa menghela nafas.

Tapi tak peduli seberapa banyak saya menyangkalnya, suasana canggung diruangan itu tidak juga mereda.

Permaisuri : "Saya akan memberi bayi nya Nona Rastha hadiah. Apakah kalian semua memiliki sesuatu yang sudah disiapkan?"

Saya dengan cepat mengangkat topik lain untuk mengalihkan perhatian para wanita dayang saya. Itu bukan suasana yang menyenangkan, tetapi suasana canggung sedikit demi sedikit akhirnya menghilang. Para wanita itu menggerutu, tetapi tidak satupun dari mereka mengatakan, "Mengapa Anda mau memberikan hadiah kepada bayi Nona Rastha?" Ketika seseorang merayakan kelahiran bayi kaisar, maka dia harus memberikan hadiah.

"Aku menyiapkan pakaian bayi. Sesuatu yang bisa menyelamatkan wajah ku. Dan itu tidak terlalu membutuhkan banyak usaha."

"Aku belum memutuskan apa yang harus ku berikan."

"Aku telah memilih pernak-pernik bayi. Aku masih memikirkannya, tapi mungkin aku akan mengubahnya."

Saat saya mendengar percakapan itu, Countess Eliza menoleh kearah saya dan dengan hati-hati, dia pun bertanya,

"Sudahkah Anda memikirkan tentang hadiah apa yang akan Anda berikan, Yang Mulia?"

Para wanita berhenti berbicara dan mereka menoleh kearah saya juga. Saya pun menjawab dengan anggukan,

"Ya, saya sudah menyiapkannya. Dan saya akan memberikan bayi itu pedang dekoratif."

"Sebuah pedang? Anda akan memberikan itu kepada bayi?" Laura melompat dengan marah seolah dia tidak menyukai jawaban saya. Belum selesai amarahnya, dia pun melanjutkan,

"Mengapa Anda memberikan hadiah yang begitu berharga? Anda bisa saja hanya memberikan dia topi rajutan, Yang Mulia."

"Laura, itu hanya akan membuat Yang Mulia jadi bahan tertawaan di masyarakat."

"Kenapa? Bukankah lebih aneh jika Yang Mulia terlalu memperhatikan bayi itu?"

"Laura!" Countess menggelengkan kepalanya tanda peringatan. Saya ingin mengatakan bahwa saya memiliki maksud dan tujuan tersendiri dengan memberikan hadiah tersebut, tetapi saya lebih memilih untuk tutup mulut. Saya tidak ingin kata-kata saya bocor seperti hal nya dengan insiden gaun. Tidak jelas apakah bocoran itu disengaja atau tidak, tapi masih lebih baik untuk berhati-hati kini.

"Nona Laura, saya akan memberitahu mu tentang detailnya nanti." Pada akhirnya, itulah kalimat yang keluar dari mulut saya untuk meredakan amarahnya yang menggebu-gebu.

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang