Remarried Empress Chapter 32

110 9 0
                                    

Bab 32 – Air Minum Dan Tunas (1/2)

"Pangeran Heinley tampaknya orang yang sama sekali berbeda dari yang di isukan gosip." Countess Eliza yang sedang bermain catur di dekat situ, menoleh pada kata-kata saya yang samar-samar di ucapkan. Dia mengira bahwa saya menanggapi kalimatnya,

"Hm? Apa yang Anda katakan, Yang Mulia?"

Saya membalik buku saya secara terbalik dan meletakkan nya diatas pangkuan. Apakah saya bisa memberitahu mereka tentang hal ini? Apakah ini akan terdengar aneh? Dayang-dayang saya tahu bahwa saya adalah teman menyurat Pangeran Heinley yang sebenarnya, jadi tidak perlu bagi saya untuk menjelaskan nya lagi. Namun saya pikir akan sangat membantu jika saya bisa mengubah rumor negatif tentang Pangeran Heinley dengan kata-kata saya sendiri,

"Pangeran Heinley.... Dia tampaknya lebih baik daripada yang saya kira." Saya berbicara dengan acuh tak acuh sambil mengambil cangkir teh saya dari meja dan menyesap nya. Laura, sebagai lawan catur dari Countess Eliza, diam-diam mengubah posisi kuda sementara sang countess tidak melihat ke papan caturnya.

"Betul. Dan dia tahu bahwa pelayan atau budak itu bukan yang menulis surat-surat itu." Mata sang countess kembali ke papan catur dan menemukan posisi kuda yang tidak seharusnya. Dia menatap Laura.

"Ah, itu salah!" Countess menampar Laura dipunggung tangan nya dan mengembalikan posisi kuda ke tempatnya yang asli. Lalu melanjutkan kata-katanya yang masih belum selesai,

"Lagi pula, dia tahu dengan cepat. Meskipun dia seorang playboy, dia lebih setia daripada bangsawan lain nya."

"Countess Eliza benar. Meskipun dia mungkin tampak seperti orang yang periang, dia tidak sembrono." Seorang wanita dayang lain yang sedang duduk dengan nyaman di sofa memberikan tawa terpendam melihat kelakuan Countess Eliza dan Laura.

"Terlebih lagi, aku menyukai ketika kebohongan si budak terungkap di depan para bangsawan dan para tamu." Komentar simpatik mulai muncul dari para wanita dayang lainnya.

"Apakah kalian melihat bagaimana tekanan darahnya naik ketika dia berbohong tanpa rasa malu pada dirinya?"

"Para bangsawan asing yang bergaul dengan nya pasti sudah sadar bagaimana sifat aslinya sekarang."

Namun Artina yang diam-diam berdiri di dekat pintu, segera melempar air dingin ke dalam situasi.

"Aku tidak percaya begitu."

Mendengar nada suara Artina yang percaya diri, para wanita dayang dan pelayan semua menoleh ke arahnya. Kesatria itu dengan gugup menggaruk pipinya, seolah kewalahan melihat pandangan semua orang tertuju padanya dalam seketika.

"Baron Lant bertanggung jawab atas segala urusan Nona Rastha dan dia berbicara tentang nya begitu berbeda."

"Berbeda gimana?" Mata Laura terbelalak saat dia menanyai Artina. Saya juga memandangi Artina, meletakkan cangkir yang sekarang sudah kosong diatas meja. Saya tentu kenal Baron Lant, dia adalah salah satu sekretaris Sovieshu, dan pria yang cukup cerdas. Selain itu dia sangat menyukai Rastha, bahkan dia yang maju untuk membalikkan semua rumor.

"Karena kecantikan dan pesona Nona Rastha, ada yang mengatakan bahwa kaisar dan pangeran sedang memperebutkan nya."

Ketika dua rumor yang saling bertentangan menyebar, akan ada setidaknya satu yang percaya dengan satu cerita yang sama atau yang lainnya. Baron Lant telah merencanakan ini dengan hati-hati. Laura menggebrak papan catur dengan frustasi.

"Aku benar-benar membencinya!"

"Awasi mulut mu, Laura! Kamu seorang wanita dayang permaisuri disini dan bahasa ofensif hanya akan merusak citra Yang Mulia!" Countess Eliza melototi Laura. Dia juga melihat bidak-bidak catur yang berserakan karena ulah Laura. Permainan usai secara tiba-tiba.

"Tentu saja aku berhati-hati di depan yang lain, Countess Eliza. Tapi tetap saja... Aku tidak punya cara lain untuk mengekspresikan emosi ku."

Laura mengalihkan pandangan nya ke jendela, tetapi sesaat dia langsung menjerit dengan bersemangat,

"Queen!"

Sudah lama dia tidak mengunjungi saya sejak kejadian buruk ini terjadi. Dan saya dengan cepat bangkit lalu membuka jendela untuk membiarkan nya masuk. Hati saya tiba-tiba gembira, begitu senang nya melihat Queen kembali setelah waktu yang lama. Bahkan saya meraihnya dengan erat. Queen juga memeluk saya dengan sayapnya, seolah dia juga mengharapkan untuk bertemu dengan saya dan merindukan saya. Laura akhirnya reda dari emosinya dan tertawa.

"Hahahaha... Burung itu sangat manis. Lihatlah bagaimana dia memeluk Yang Mulia juga. Mungkin dia bukan burung."

Queen mendadak membeku mendengar itu. Saya memarahi para dayang karena terus-terusan menggoda Queen. Lalu dengan lembut meletakkan nya dipangkuan saya dan membelai perlahan kepalanya. Mata ungu Queen yang bulat tertutup, dia menikmatinya dan seolah tertidur. Tapi sesekali dia terkejut dan menatap saya.

"Saya merindukan mu, Queen..." Saya mengakui perasaan saya dengan terus terang kepadanya dan dia menatap saya seolah mengerti apa yang saya katakan. Aneh, mengapa burung ini mengingatkan saya pada Pangeran Heinley? Yah, mungkin karena Pangeran Heinley adalah pemilik Queen.

Ah! Saya hampir lupa memeriksa surat di kakinya. Saya mengambil catatan itu dan segera membukanya, Queen terbangun dan beranjak ke sisi saya untuk ikut membaca isi catatan tersebut.

-Aku telah mempertaruhkan identitas ku. Kenapa Anda tidak ingin berpartisipasi dalam taruhan?-

Apakah Pangeran Heinley tahu bahwa saya adalah teman menyurat nya? Beberapa jam yang lalu, saya mengatakan kepada diri saya sendiri bahwa penulis nya adalah Pangeran Heinley. Tetapi sayangnya, saya tidak punya waktu untuk bertanya padanya secara langsung karena dengan cepat saya dan Sovieshu terlibat adu argumen. Saya ragu-ragu sebelum menulis tanggapan.

-Harap pertahankan persahabatan kita hanya melalui surat.-

Queen mengawasi saya dengan sabar saat saya menulis. Segera setelah saya mengangkat tangan dari kertas, dia memeriksa isinya lalu mengeluarkan suara aneh dan mulai melompat-lompat. Dia sepertinya mengkritik saya atas nama pemiliknya.

"Queen.. Tenanglah, jangan marah. Tenang, saya lebih suka seperi ini." Tapi Queen masih bersikap seolah dia memprotes saya.

"Jika tuan mu dan saya saling bertemu satu sama lain, kami akan menjadi permaisuri Timur dan Pangeran Barat. Bukan teman yang bisa berbicara dengan santai satu sama lain. Kita harus berhati-hati dalam bersikap di depan orang lain."

Barulah Queen tenang. Dia terdiam dan menatap saya dengan mata bulatnya.

"Saya telah menjadi bahan lelucon karena perbuatan Sovieshu pada Rastha. Dalam keadaan seperti ini, rumor akan memperburuk jika diketahui bahwa saya bertukar surat dengan seorang playboy."

Mungkin itu karena Queen tampak sangat cerdas, tetapi sebelum saya menyadarinya, saya telah mengakui perasaan sejati saya. Paruh Queen terbuka seolah dia terkejut. Saya tersenyum dan buru-buru menutup paruhnya. Lalu menambahkan penjelasan,

"Saya tahu tuan mu tidak seburuk yang dikatakan rumor, Queen. Saya pikir sebetulnya dia orang yang baik. Hm?" Saya melirik Queen. Dia tampak begitu malu sambil mengangkat salah satu sayapnya menutupi wajahnya. Saya tertawa melihat tingkahnya,

"Hahahahaha.. Kenapa kamu malu?"

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang