Remarried Empress Chapter 23

120 9 0
                                    

Bab 23 – Air Mata Yang Hanya Queen Yang Tahu (2/2)

Meskipun saya tidak mengharapkan Countess Eliza bahkan yang lebih aneh nya lagi Laura datang bersamanya kesini. Bukankah Laura sangat menantikan Perayaan Tahun Baru? Apakah saya sudah merusak mood mereka? Atau apakah mereka mengejar saya karena saya melarikan diri dari pesta? Meski demikian, saya sedang tidak ingin di hibur, yah aneh mungkin. Harga diri saya sudah terluka ketika suami saya mencintai wanita lain. Tidak ada yang salah dengan reaksi saya, tetapi Sovieshu dan Rastha tetap berdiri dengan martabatnya sedangkan saya menyusut. Saya bahkan tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaan yang terasa samar-samar ini, jadi saya tidak bisa membicarakan nya sekarang.

Namun cara Sovieshu bergegas menghampiri Rastha tampaknya tidak ada di dalam pikiran mereka. Countess Eliza dengan cepat mengipasi wajahnya, dan Laura dengan gugup menyentuh rambut ikalnya. Apa ada sesuatu yang salah? Kalau dilihat-lihat, semua orang tampaknya cukup gelisah.

"Yang Mulia, ada seorang utusan dari kampung Verdi." Countess Eliza menurunkan kipasnya ketika dia berbicara. Dan saya berdiri disana dengan bingung,

"Dari kampung Verdi?"

"Iya, Yang Mulia."

"Apakah itu dari Viscountess Verdi?" Tanya saya lagi meyakinkan.

"Ya, Yang Mulia. Pesan itu mengatakan bahwa Viscountess Verdi tidak bisa lagi bekerja sebagai wanita dayang permaisuri."

Viscountes Verdi.... Saya terperanjat. Bukankah dia meminjam uang saya beberapa hari yang lalu? Memang saat itu dia tampak seperti berada di ujung tanduk.

Permaisuri : "Apa Anda benar-benar yakin bahwa pesan itu dari Viscountess Verdi?"

Saya memandang dengan bingung. Rumah tangganya memiliki hutang besar karena tindakan suami dan putra nya yang bermasalah. Uang yang di pinjam nya dari saya kemarin mungkin tidak cukup untuk melunasi hutang-hutang nya, tetapi sebagian besar pendapatan mereka telah di gunakan untuk membayarnya. Dan sekarang Viscountess Verdi berhenti dari posisinya sebagai salah satu wanita dayang permaisuri? Laura melanjutkan dengan cemas,

"Dia berhenti dengan tergesa-gesa. Mungkin kah Viscountess Verdi bertengkar dengan suami dan putra nya?"

Wanita dayang lain memberi saran dengan tatapan yang juga sama cemasnya,

"Mungkin itu ide yang bagus jika mengirim seseorang untuk memeriksa bagaimana situasi dia disana."

Permaisuri : "Ya, saya rasa juga begitu."

***

Pada hari berikutnya membuktikan bahwa kekhawatiran kami tentang Viscountess Verdi tidak perlu dan hanya sia-sia. Saya tidak di wajibkan untuk datang berdampingan dengan Sovieshu diperjamuan hari kedua, jadi saya sedikit rileks saat pergi ke aula perjamuan. Ada banyak wanita bangsawan disana, termasuk Viscountess Eliza dan Laura dan Putri Soju dari Kerajaan Selatan. Putri Soju adalah citra dari orang selatan yang sangat khas, manis, dan murah hati, bahkan dia ahli dalam percakapan. Perhatian kami semua tertuju pada apa yang dia katakan, ketika dia tiba-tiba melihat dari balik bahunya berkata, "Itu dia."

Ketika saya mengikuti arah pandangan nya dan berbalik, Rastha sedang berjalan sendirian, menebar senyum pada setiap orang yang berada di sekitarnya. Dia tampak menyilaukan di siang hari. Dan jika mata kami saling bertemu, bisa di pastikan dia akan datang kesini untuk berbicara dengan saya seolah-olah saya adalah saudara perempuan nya lagi. Jadi dengan segera, saya memalingkan wajah darinya.

"Ya Tuhan!" Kali ini Laura yang bergantian menatap Rastha.

Permaisuri : "Ada apa, Laura?"

Saya tidak bisa menahan rasa keingin tahuan saya yang membuat Laura terkejut. Dan Laura menjawab dengan tatapan tajam pada Rastha,

"Sutra biru yang di pakainya, Yang Mulia. Bukankah itu dari Grand Duke Lilteang yang dia coba berikan sebagai hadiah pada Anda tempo hari?"

Saya menoleh ke belakang dengan hati-hati dan melihat Laura mengatakan sebuah kebenaran. Rastha mengenakan gaun sutra biru. Para wanita mendecakkan lidah mereka.

"Grand Duke Lilteang benar-benar luar biasa."

"Ya, aku tahu. Dia segera memberikannya pada orang lain setelah di tolak oleh Yang Mulia."

Saya berbalik lagi dan kali ini Countess Eliza yang berbicara, suaranya rendah dan nampak kebingungan,

"Aku tidak berpikir bahwa sutra biru itu satu-satunya yang beralih ke Rastha."

Tunggu, apa yang dia bicarakan? Oke, ini mulai mengganggu perasaan saya, tapi saat saya melihat ke arahnya lagi, tak ada waktu untuk mengalihkan pandangan ke sudut mana pun. Disana, tepat di sebelah Rastha... Viscountess Verdi berdampingan dengannya! Sehari setelah Viscountess Verdi memberi tahu kami bahwa dia tidak bisa lagi bekerja sebagai salah satu wanita dayang permaisuri, awalnya saya tidak melihatnya karena tubuhnya di halangi oleh tamu-tamu yang berada di sekitar Rastha. Tapi kini semua terlihat jelas, Viscountess Verdi bersama Rastha. Laura yang sangat mengkhawatirkan Viscountess Verdi sepanjang malam, dia pun berteriak tajam,

"Aku tidak percaya ini! Apa yang ku lihat?!"

Rastha dan Viscountess Verdi memandang ke arah kami yang menimbulkan suara keras. Dengan cepat, Viscountess Verdi segera menghindari tatapan saya ketika mata kami saling bertemu. Saya terdiam dan juga mencoba mencerna apa yang saya lihat disini. Begitu banyak kejutan. Saya pikir hadiah sutra biru dari Grand Duke Lilteang adalah satu-satunya hal yang paling lucu, tapi kali ini saya kesal. Wanita dayang itu berdiri tepat di sebelah wanita yang telah merebut suami saya. Dia meminjam uang dari saya. Saya tidak tahu dari mana rencana Viscountess Verdi berasal atau bagaimana bisa dia merubah haluan nya? Tetapi sebelum ini, bahkan dia salah satu orang yang ikut mengolok-ngolok Rastha.

Saya menghela nafas. Countess Eliza dan Laura mengatakan sesuatu di samping saya, tetapi saya tidak mendengar ucapan mereka. Apa yang harus saya katakan tentang ini? Apakah saya malu? Saya terlalu terkejut dan merasa benar-benar tidak percaya. Apakah selir ini mencoba untuk mengambil semua milik saya? Tidak. Mungkin saja Viscountess Verdi bukanlah orang yang bisa dipercaya sejak awal. Mungkin dia berpihak pada saya hanya karena uang, tetapi saya tidak bisa membiarkan diri saya terlihat lebih bingung dari ini. Putri Soju mendecak lidahnya,

"Aku tidak mengerti sistem selir. Tapi tidak ada sistem yang begitu aneh di Kerajaan Selatan. Secara sopan dia memang lah selir, tetapi bukan kah itu masih di anggap curang? Hanya karena hukum menyetujui dia sebagai selir, dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi tanpa menyadari betapa memalukannya itu."

Dan Laura ikut membalas,

"Seperti yang Anda katakan. Ini sangat aneh. Bahkan bagaimana mungkin dia bisa lewat di depan permaisuri dengan punggung tegak?" Laura benar-benar bersemangat membela saya. Sementara saya tetap mengabaikan mereka dan memilih menikmati sampanye yang paling manis. Kemarin di hari pertama pesta, saya telah meninggalkan kursi saya dan melarikan diri, jadi saya pikir sekarang saya akan tinggal selama mungkin disini. Walau itu tak akan mudah, saya harus menghargai semua yang dikatakan Putri Soju dan para wanita lainnya. Saya tidak ingin membicarakan hal itu di depan umum.

Saya bertanya-tanya bagaimana cerita ini akan meyebar. Semua orang berpura-pura bersikap hormat di depan, tetapi sebetulnya mereka sedikit memikirkan topik tentang saya yang mengirim hadiah ke Rastha. Entah bagaimana, saya yakin mereka akan berbicara lebih banyak tentang saya di belakang.

Permaisuri : "Bagaimana kalau kita membicarakan hal lain?"

Pada akhirnya, saya tidak langsung mengindikasikan bahwa saya tidak ingin membahasnya. Untungnya Putri Soju tidak tersinggung dan dengan cepat mengalihkan topik,

"Oh, aku mendengar cerita menarik tentang Pangeran Heinley pagi ini."

"Cerita menarik?" Saya mulai masuk dalam topik yang satu ini.

"Ketika kami makan bersama di istana selatan, saya mendengar dia sedang bertukar surat secara anonim dengan seseorang di Kekaisaran Timur."

Saya terperanjat. Kejutan lagi. Untungnya saya berusaha sebisa mungkin menyembunyikan keterkejutan saya. Putri Soju melanjutkan,

"Dia bilang dia ingin menemukan teman surat anonim nya dan harus menemuinya di istana selatan. Gosip itu sudah terdengar dimana-mana."

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang