Remarried Empress Chapter 39

112 8 0
                                    

Bab 39 – Seorang Pria Rahasia (2/2)

Viscount Roteschu dengan gelisah menggerakkan tanganya. Dia adalah penguasa tanah pedesaan yang kecil, meskipun demikian, itu bukan berarti bahwa dia tidak penting. Banyak pahlawan, pejabat militer, dan bangsawan berpangkat memilih untuk hidup damai disebuah perkebunan kecil. Meninggalkan ibukota sejauh mungkin dari kediaman mereka. Dalam beberapa kasus, yang terpenting bukanlah ukuran atau fitur geografis dari tanah tersebut, tetapi lokasinya. Sebagai contoh, wilayah Wirwol terletak dilembah pegunungan yang jauh dari ibukota, tetapi nilainya tidak dapat diabaikan karena menjadi tempat markas besar penyihir dan juga akademi sihir.

Tapi itu tidak berlaku untuk Roteschu. Tanah miliknya di Rimwell tidak terbuka untuk pengembangan, karena itu adalah lokasi hutan kaisar dan tempat perburuan. Secara alami, dia belum pernah melihat kaisar dari kejauhan, apalagi dalam pertemuan pribadi. Sejalan dengan tatapan tajam kaisar, Viscount Roteschu menurunkan matanya. Itu adalah pengalaman yang sangat tidak nyaman.

Meskipun teman-teman Roteschu kadang kala mengejeknya karena kesederhanaan tanah miliknya, dia tidak membenci posisinya. Perkebunan yang lebih besar berada dibawah pengaruh kaisar, sementara Viscount Roteschu dapat dengan hormat memerintah seperti raja atas miliknya yang lebih kecil. Dia tidak pernah bersujud di hadapan siapapun... Sampai sekarang. Dia di intimidasi oleh kaisar, seorang pria semuda putranya, dan harga dirinya ditekuk karenanya.

Kaisar : "Viscount Roteschu, jelaskan apa yang terjadi hari ini?"

Akhirnya kaisar berbicara. Untuk sesaat, Viscount Roteschu tidak mengerti apa yang dia maksudkan. Sebelumnya, sektretaris kaisar telah membawa Rastha ke kamar tidur, sementara viscount sendiri ditangkap oleh kapten penjaga dan diseret ke kamar kosong di istana timur. Alasan nya mengapa, pasti sudah diketahui oleh semua orang. Jadi kenapa harus menjelaskannya lagi?

Namun akhirnya dia mengerti, itu adalah perintah kaisar untuk mengembalikan keadaan semua ini menjadi normal.

"Saya mohon maaf, Yang Mulia. Saya sering salah mengenali wajah orang. Budak yang melarikan diri dari tanah milik saya juga cantik seperti Nona Rastha dan memiliki rambut berwarna perak juga mata gelap. Persis seperti dia. Tapi saya salah mengira Nona Rastha sebagai budak saya itu." Viscount Roteschu membungkuk lagi dan terus membujuk jalan keluarnya.

"Saya telah mencoreng reputasi selir kaisar yaitu Nona Rastha. Mohon maafkan atas kesalahan saya, Yang Mulia." Kepalanya menunduk, tapi matanya berkilau karena tertarik. Kaisar muda ini terus melindungi Rastha meski tahu bahwa Rastha adalah budak yang melarikan diri. Roteschu benar-benar terkesan dengan wanita muda itu. Dia pikir dia bisa begitu saja menghapus identitasnya dan memposisikan dirinya sebagai selir kaisar? Apakah kaisar benar-benar sangat menyukai dia? Roteschu sudah tahu kembali dimanor bahwa dia bisa menjaga pria dibawah jempolnya, tapi bakatnya lebih besar dari yang dia harapkan.

Kaisar : "Iya. Dan kamu harus ingat untuk menjaga mulutmu, Viscount Roteschu."

Roteschu : "Tentu saja, Yang Mulia."

Bibir Viscount Roteschu menyeringai tipis. Mungkin dia bisa menjauh dari sekedar menjadi bangsawan kecil dan mendapatkan posisi yang lebih istimewa.

***

Saya mengikuti jalan koridor panjang dengan pengawal dibelakang saya. Kepala dan hati saya terasa berat, begitu juga langkah kaki saya yang mulai gontai. Bahkan gaun yang saya kenakan juga terasa semakin menambahkan berat yang saya rasakan. Setiap langkah yang saya ambil, saya merasakan tusukan disekitar tulang-tulang rusuk saya.

Ketika tiba di istana barat, saya menyandarkan kepala saya ke pilar untuk menguatkan diri terhadap perasaan sakit di dalam diri saya. Harga diri saya terluka. Mengapa Sovieshu begitu keras kepala ketika Rastha datang? Dimana Sovieshu yang selama ini saya kenal? Yang matanya berkilau ketika dia membaca buku tentang pemerintahan kaisar sebelumnya?

"Queen." Ada satu suara gemerisik dan sebuah suara dari lorong. Hanya ada satu orang yang memanggil saya dengan sebutan 'Queen'. Saya segera menggerakkan tubuh dan berbalik, dan menemukan Pangeran Heinley berdiri agak jauh dan mengerutkan kening pada saya.

"Maaf saya sedang tidak rapih." Saya beruntung tidak meneteskan air mata, dan saya memasang senyuman di wajah.

"Apa Anda sedang berjalan-jalan?" Tanya saya lagi mencoba untuk mengatur ekspresi walau hati saya sedang hancur dan keadaan saya kacau. Dia tetaplah tamu terhormat yang harus saya hadapi dengan segala keramah tamahan.

Namun sang pangeran tidak bereaksi. Dia terus menatap wajah saya. Apakah mata saya merah? Saya berbalik sejenak saat dia mendekat, dan ketika saya berbalik lagi ke arahnya, dia semakin mendekat. Pangeran Heinley mengangkat tangannya, lalu berhenti, meninggalkan nya didekat wajah saya. Tangannya terlihat gemetar.

"Aku biasanya menghapus air mata teman ku dan memeluk mereka ketika mereka sedang patah hati."

Saya hanya terdiam menatap wajahnya.

"Karena Queen adalah teman ku, bisakah aku melakukan itu pada Anda?"

Saya dengan segera menggelengkan kepala, dan sang pangeran mundur, tetapi dia masih terlihat sedih dan telinga nya memerah.

"Apakah suami Anda menghina Anda lagi?"

Lagi? Saya terkejut mendengarnya.

"Kenapa Anda berpikir begitu?" Tanya saya.

"Bertanya. Aku hanya bertanya."

"Maaf, saya tidak bisa mengatakannya. Ini adalah hal pribadi."

"Aku seharusnya bertemu dengan Anda terlebih dahulu..." Pangeran Heinley menatap kebawah. Meremas bibirnya, lalu melanjutkan,

"Seandainya aku dilahirkan 5 tahun sebelumnya.... Sial."

Kini saya melihat bibirnya bergetar. Saya terkejut melihatnya sangat terluka ketika saya bahkan tidak menjelaskan apapun tentang situasi saya yang terjadi saat ini. Apa yang dia bicarakan tadi? Dia tampak ragu-ragu sejenak sebelum melanjutkan berbicara lagi,

"Jika aku tidak bisa menawarkan penghiburan kepada Anda, apakah Anda ingin aku memgirimkan Queen ke kamar Anda, Yang Mulia?"

Saya tidak bisa memeluk Pangeran Heinley untuk menenangkan diri, tetapi kehadiran burung itu akan menjadi kehangatan yang disambut.

"Iya. Dimana Queen sekarang?"

"Aku akan segera mengirim dia ke kamar Anda. Tunggulah disana."

"Apakah tidak apa-apa jika kita melihatnya bersama? Saya juga punya banyak pertanyaan tentang Queen..."

Pangeran Heinley terkejut. Dia nampak tergagap seketika.

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang