Remarried Empress Chapter 35

117 9 0
                                    

Bab 35 – Teman Rahasia (2/2)

Ekspresi Pangeran Heinley nampak serius dan sedih. Dia tidak memiliki senyum yang biasanya dia pancarkan atau sikap bangga. Saya mengangguk agar dia bicara, mengingat dia telah membantu saya.

"Tidak apa-apa." Pangeran Heinley mengambil 2 gelas sampanye dari seorang pelayan yang lewat, dan dengan matanya mengarah ke tempat dimana suara musiknya paling keras yang akan menutupi percakapan kami. Area terbuka tidak menyisakan ruang bagi para tamu lain untuk salah paham, bahkan jika saya bersama nya banyak orang yang bergosip tentang Pangeran Heinley. Dia adalah pria yang bijaksana.

Ketika saya menganggumi nya, dia mengulurkan segelas sampanye kepada saya, saya menerimanya. Namun dia tidak meminumnya, dia hanya memainkan gelasnya, sementara saya masih berdiri dan menunggu dia berbicara. Akhirnya, dia dengan hati-hati mulai membuka mulutnya,

"Aku telah membaca pesan Anda, Yang Mulia. Anda ingin menjaga persahabatan kita hanya dengan surat."

"Anda tahu bahwa itu adalah saya?" Yang saya katakan kemarin adalah saya tahu itu bukan Rastha. Lalu bagaimana dia tahu bahwa itu adalah saya? Ketika saya menatapnya, Pangeran Heinley buru-buru melambaikan tangannya dan tersenyum dengan canggung,

"Jangan khawatir. Anda tidak melakukan kesalahan."

"Jadi?" Saya memiringkan kepala saya.

"Nona Rastha dan pelayan nya tahu isi dari surat-surat itu di awal. Tapi tidak tahu yang selanjutnya. Jadi aku memikirkan nya. Ternyata seorang wanita dayang bernama Viscountess Verdi telah di pindahkan dari permaisuri ke Nona Rastha."

Jadi begitulah dia mengetahuinya... Tapi saya masih terkejut. Desas-desus mengatakan bahwa Pangeran Heinley seorang playboy, pria yang kejam, orang yang memiliki lingkungan pertemanan yang buruk. Saya belum pernah mendengar desas-desus bahwa dia sangat cerdas. Memikirkan itu membuat saya sedikit tersenyum.

Tetapi sang pangeran masih nampak sedih. Dan saya tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Dia tidak kecewa bahwa saya adalah teman asli menyuratnya, meskipun saya suka tidak mengungkapkan hal itu di awal. Tidak terlalu memalukan bagi kami berdua untuk mengabaikan nya. Kenapa wajahnya kaku sekali?

Permaisuri : "Apa Anda baik-baik saja? Anda tidak terlihat sangat bahagia."

Pangeran Heinley menghela nafas saat dia menatap wajah saya.

Heinley : "Bagaimana aku bisa bahagia? Aku membayangkan hubungan kita sebagai teman baik, tapi Anda ingin berpura-pura tidak mengenal ku di kehidupan nyata."

Apakah itu benar-benar sedingin kedengaran nya? Saya pikir dia melebih-lebih kan, tetapi dia tampak sangat sedih sehingga saya tidak memperotes nya. Dia menenggak sampanye nya dengan satu gerakan halus.

"Sebenarnya aku tidak memiliki banyak teman untuk berbagi pemikiran." Pangeran Heinley meletakkan gelas nya yang kosong diatas alas patung dan melanjutkan, kini suaranya lebih berat.

"Aku tahu ini tidak terduga, kan? Apakah aku populer? Iya. Tentu aku punya banyak teman, aku selalu memiliki orang-orang di sekitar ku. Jadi banyak orang yang selalu berpikir aku tidak kesepian."

Saya masih memperhatikan nya. Diam. Lalu dia melanjutkan,

"Tapi itu hanya yang orang-orang lihat. Sebenarnya aku sangat kesepian. Bukannya aku membenci teman-teman ku... Ya, tentu saja aku punya banyak teman baik. Tapi sebagai seorang Pangeran Barat, aku tidak bisa bersikap jujur dan berbagi pemikiran ku dengan mudah begitu saja. Dan aku harus sadar akan orang lain."

Saya memandangnya dengan heran. Itu hampir sama persis dengan pikiran saya. Rasanya... Seolah-olah... Queen mendengarkan saya dan menyampaikan kata-kata itu langsung pada Pangeran Heinley.

"Ini bukan masalah tentang orang-orang, tapi ini adalah masalah ku sendiri. Jadi tidak ada cara untuk memperbaiki nya..."

Saya menatap Pangeran Heinley dengan mantap, ketika saya menyadari bahwa saya bukanlah satu-satunya yang memiliki pemikiran seperti itu. Saya percaya Pangeran Heinley berperilaku tanpa memperhatikan apa yang dipikirkan orang lain tentang nya, tetapi itu juga sebuah tindakan.

"Aku senang bisa berbicara dengan seseorang tanpa mereka menganggap ku sebagai Pangeran Heinley atau Putra Mahkota. Percakapan kita tidak lama, tapi aku hanya ingin mengatakan bahwa aku senang ada seseorang yang mau bertukar surat yang menyenangkan dengan ku."

Saya pun juga sama. Saya di tandai sebagai seorang putri sejak awal. Dan ini adalah pertama kalinya sejak bersama keluarga saya, saya bisa membuka hati saya. Bukan karena tidak ada orang yang baik, tetapi karena "orang baik" dan "orang yang dapat saya ungkapkan pikiran terdalam saya" itu tidak lah sama.

"Aku selalu menanti-nantikan surat itu. Sejujurnya, aku bahkan lebih bahagia ketika aku tahu bahwa teman menyurat ku adalah Anda, Yang Mulia. Tapi sebaliknya Anda tampak enggan dan tidak nyaman." Pangeran Heinley menghela nafas, matanya jadi sembab. Ketika saya menghadapi pancaran mata itu, saya merasakan gelombang rasa bersalah membasuh saya. Saya bersimpati dengan semua yang dia katakan dan saya semakin merasa malu.

"Kita memiliki pemikiran yang sama, tetapi kesimpulan yang berbeda." Pangeran Heinley menatap saya dengan mata basah itu dan menghela nafas lagi. Iris ungu misterius nya berkilauan seperti permata dibawah cahaya lampu gantung. Hampir tampak ada kebencian pada ekspresinya. Saya bisa menjadi teman nya atau saya bisa mengakhirinya sampai disini.

Permaisuri : "Saya mengerti apa yang Anda rasakan, Pangeran Heinley."

Heinley : "Tapi Anda masih ingin kita hanya sebatas teman bertukar surat?"

Permaisuri : "Saya menikmati nya."

Heinley : "Diluar surat. Akan lebih menyenangkan."

Saya terdiam. Menenggak minuman ditangan saya.

Heinley : "Bahkan Anda bisa memberitahu saya bahwa Sovieshu itu bajingan."

"Pppfftt!" Saya tersedak minuman ketika Pangeran Heinley membuang semua martabat nya keluar jendela. Semua orang menatap saya ketika saya terbatuk dan Pangeran Heinley merendahkan suaranya sekali lagi sambil berbisik,

"Sovieshu brengsek."

Orang macam apa...

Pangeran Heinley mengangkat alisnya dan menyeringai konyol.

Heinley : "Tidak ada yang lebih lucu daripada melihat seseorang menahan tawa. Tertawa lah jika Anda mau."

Saya tersenyum padanya.

Heinley : "Jika Anda tidak tertawa, hati Anda akan sakit."

Sakit? Apakah dia punya pengalaman tentang hal ini? Senyum nya memudar, begitu pula suaranya. Untuk sesaat, Pangeran Heinley menatap lantai, dahinya berkerut berpikir,

"Lalu bisakah kamu melakukan sesuatu untuk ku? Aku akan merahasiakan bahwa permaisuri adalah rekan menyurat ku. Dan aku juga akan merahasiakan bahwa kita adalah teman."

Permaisuri : "Apakah kita teman?"

Heinley : "Apakah Anda tidak tahu bahwa kita adalah teman, Queen?"

Dia tersenyum aneh lalu mengatupkan bibirnya, lalu melanjutkan,

"Kita bisa seperti sekarang. Kalau kita bertemu secara kebetulan, tolong jangan abaikan aku. Dan kalau kita berdua kebetulan sendirian, jangan hindari aku."

Suaranya lucu dan senyum di sekitar mulut nya tampak ringan. Tapi tatapan nya serius. Kedengaran nya seperti lelucon, tapi saya tahu itu bukanlah lelucon. Dia menatap saya dengan mata yang tulus. Seketika saya merasakan sensasi aneh dari hati saya yang diremas ringan dengan kuku.

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang