Remarried Empress Chapter 104

170 3 0
                                    

Bab 104 – Jika Aku Benar, Aku Minta Maaf (1/2)

Koshar tidak akan di siksa? Walaupun dia berupaya untuk melukai anak kaisar? Marquis Karl semakin bingung dengan niat Sovieshu. Jelas bagi siapapun bahwa Sovieshu menghargai Rastha. Dia menyembunyikan informasi yang Viscount Langdel kumpulkan tentang Rastha dan Duchess Tuvania, lalu kini dia percaya bahwa Rastha di dorong oleh Koshar tanpa bukti apapun. Meskipun di butakan oleh cinta, Sovieshu tampak sangat berpegang teguh seperti itu, Marquis Karl tampaknya melihat bayangan keraguan dalam dirinya.

Sovieshu melirik keluar jendela. Dari sini, orang-orang bisa melihat jalan tertutup yang menuju istana barat, meskipun orang-orang hanya bisa melihat pejalan kaki jika mereka keluar dari bawah atap.

Karl : "Yang Mulia, Jika Anda khawatir, Anda bisa memberi tahu permaisuri untuk datang lebih awal dibanding aku. Karena masalah yang ingin ku sampaikan tidaklah mendesak, aku bisa kembali lagi nanti."

Kaisar : "Tidak, aku yakin dia sudah pergi."

Karl : "Apakah Anda melihatnya melintas?"

Kaisar : "Tidak. Tapi dia adalah permaisuri."

Karl : "Maksud Anda?"

Kaisar : "Dia tidak akan pernah melakukan apapun untuk melukai harga dirinya."

Karl : "Lalu mengapa Anda tidak pergi ke istana barat, Yang Mulia?"

Kaisar : "Karena aku terlalu marah sekarang dan tidak bisa melakukan itu."

Karl : "Tapi Yang Mulia, sudah pasti bahwa Marquis Farang yang mencarikan obat-obatan terlarang itu kan?"

Kaisar : "Investigator ku sangat kompeten."

Alih-alih memberikan jawaban yang pasti, Sovieshu malah berdiri.

"Aku lelah. Apakah kamu ingin berjalan-jalan sebentar?" Sovieshu berdiri dan mendekati pintu. Dari sini lebih sulit untuk mengetahui apakah permaisuri sudah pergi atau belum. Marquis Karl berpikir akan lebih baik bagi Sovieshu untuk pergi ke istana barat segera, tetapi dia tidak mempermasalahkan hal itu dan ikut bangkit juga. Mereka melewati ruang tamu dan keluar dari pintu, begitu Sovieshu melangkah keluar ke lorong, dia tiba-tiba menjadi kaku. Permaisuri masih berdiri disana. Bahkan Marquis Karl terkejut dan buru-buru menundukkan kepala.

"Aku pikir kamu sudah pergi." Sovieshu bergumam pelan, alisnya nampak berkerut.

***

Pada awalnya, saya berpikir untuk kembali. Saya akan melakukannya jika saya adalah diri saya yang biasanya, tapi kali ini saya menolak untuk menyerah padanya. Jadi, saya tetap berdiri ditempat dan menunggu hingga Sovieshu keluar dengan sendirinya. 'Saya akan menunggu kapan saja' pikir saya. Tetapi untungnya, saya tidak perlu menunggu lebih lama. Dia membuka pintu dan saya perhatikan posturnya merosot, mungkin karena khawatir pada Rastha. Namun, ekspresinya berubah menjadi tidak senang begitu dia melihat saya.

Kaisar : "Ku pikir kamu sudah pergi. Kenapa masih berdiri disini? Apakah kamu ingin menjalani hukuman atau apa?"

Saya tersenyum sedingin mungkin tapi menjawabnya dengan santai,

"Saya pikir Anda menginginkan ini. Jadi saya menunjukkan diri saya."

Sovieshu tidak mengungkapkan rasa sakit hati pada harga dirinya atau menyebutkan fakta bahwa dia telah mengabaikan saya. Tetapi terlihat matanya bergetar. Suara mengejeknya berubah menjadi seringai dingin.

"Permaisuri selalu mengejutkan ku. Baik tentang kasus Rastha maupun ini."

"Dan Anda klise tentang Rastha."

Sovieshu mencondongkan tubuh ke arah saya dan merendahkan suaranya sehingga tidak akan di dengar oleh orang lain.

"Ku rasa permaisuri tidak dalam posisi untuk melakukan ini pada ku. Bagaimana kalau sesekali menekan harga diri mu itu?"

"Kenapa harus saya?"

"Karena aku menutupi kejahatan kakak mu demi dirimu."

"Menurut Anda kakak saya yang meracuni Nona Rastha?"

"Apakah menurut mu bukan demikian?"

Sejujurnya, saya tidak bisa mengatakan ini dengan rasa percaya diri, "Saudara laki-laki saya tidak seperti itu."

Sementara keturunan selir tidak memiliki hak untuk suksesi, tidak mungkin untuk memblokir mereka dari mewarisi sebagian kekayaan mereka. Khususnya ketika hubungan suami istri berubah menjadi buruk, salah satu dari mereka akan memberikan hampir semua kekayaan dan harta mereka kepada anak-anak yang mereka sukai. Namun, jika anak seorang selir terbunuh, pelaku akan di hukum. Bahkan upaya pembunuhan yang terselubung kemungkinan besar akan meninggalkan jejak atau desas-desus dan para bangsawan diam-diam akan menyerang selir satu sama lain menggunakan obat-obatan terlarang. Namun, saya tidak bisa setuju dengan klaim Sovieshu.

"Tidak." Saya berbicara dengan jelas dan Sovieshu mendengus. Ketika dia terus berbicara pelan di telinga saya, saya bisa merasakan helaian rambut saya berkibar dibawah nafasnya.

Kaisar : "Lengan akan menekuk lebih mudah ke dalam daripada ke luar. Aku tidak berpikir penilaian permaisuri sudah kabur." (Artinya : Seseorang akan lebih cenderung membantu orang yang terhubung dengan nya daripada orang dari luar)

Permaisuri : "Anda mengabaikan saya dan tidak mengizinkan saya masuk ke ruangan Anda."

Kaisar : "Aku menahan amarah ku. Aku tidak bisa bekerja dengan baik jika aku melihat mu."

Sovieshu mundur setengah langkah, memberi saya pandangan terakhirnya dan kemudian melewati saya. Dia pasti pergi ke kamar Rastha, tapi tidak pergi ke arah itu. Langkah kakinya terhenti, dan dia berbalik lalu mendekati saya lagi.

Kaisar : "Aku akan pindah. Tetapi aku tidak bisa karena aku sedang di liputi oleh amarah. Kamu percaya bahwa saudara mu tidak bersalah, kan?"

Permaisuri : "Iya..."

Kaisar : "Maka kamu harus menyelidiki dirimu sendiri. Siapa yang memberi obat pada Rastha?"

Permaisuri : "Bukankah itu adalah tugas Anda?"

Kaisar : "Ya, itu tugas ku memang. Tetapi jika aku melangkah untuk menyelidiki, itu pasti akan menyakiti mu."

Saya sungguh terperanjat. Lalu Sovieshu melanjutkan,

"Jika Koshar adalah penjahatnya, orang-orang ku akan marah padanya karena dia berusaha melukai anak ku. Tidak peduli seberapa berhati-hatinya aku, aku akan dipaksa untuk mengungkapkan kebenaran itu."

"Jangan berpura-pura khawatir tentang saya."

Ekspresi Sovieshu berubah dan dia mencondongkan tubuh dengan geraman yang mengancam.

"Selidiki itu. Kalau begitu datanglah pada ku dan segera minta maaf jika aku benar."

***

Malamnya, saya mandi dan Countess Eliza menyisir rambut saya.

"Para pelayan dan koki di usir dari istana."

"Di usir...?"

"Ya, Yang Mulia. Mereka tidak memperhatikan bahwa obat itu telah di campur ke dalam makanan."

"Apakah ada seseorang atau informasi apapun tentang pelakunya?"

"Tidak ada, Yang Mulia."

"Baik, saya mengerti."

Setelah Countess Eliza pergi, saya duduk sendirian di depan meja rias dan menatap wajah saya. Saya tidak bisa memahami niat Sovieshu. Apakah dia benar-benar membuat keputusan itu demi saya? Atau dia berusaha membuat saya merasa bersalah sehingga saya tidak bisa menyentuh Rastha? 'Untuk menemukan jawaban nya, saya harus menemukan kebenaran itu.' Pada Akhirnya, saya pun bertekad untuk menyelidiki kasus itu sendiri.

Pagi berikutnya, saya meminta Countess Jubel untuk memanggil Marquis Farang. Akan lebih baik jika saya berbicara secara langsung dengan saudara laki-laki saya, tetapi dia dilarang memasuki istana. Saya mendengar bahwa ayah saya sangat marah sampai dia tidak bisa keluar dari rumahnya sendiri. Satu-satunya orang yang bisa saya tanyakan saat ini adalah Marquis Farang. 'Tapi ini aneh... Bagaimana Sovieshu memperhatikan bahwa makanan Rastha mengandung obat-obatan terlarang? Sedangkan Rastha sendiri tidak tahu, itu pastinya sesuatu yang tidak terlihat jelas.' Pikir saya.

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang