Remarried Empress Chapter 93

129 4 0
                                    

Bab 93 – Raja Barat (2/2)

Saya yakin saudara laki-laki saya akan menyebabkan suatu insiden masalah, tetapi untungnya dia tetap diam selama beberapa hari. Mungkin dia sangat frustasi sehingga dia tidak bisa memfokuskan amarahnya pada satu orang, Sovieshu. Keluarga saya berhasil membujuknya untuk kembali pulang kerumah. Itu bukanlah tempatnya untuk melampiaskan amarahnya pada Sovieshu atau pun Rastha. Jika tidak, dia pasti akan mempertaruhkan nyawa dan juga posisinya. 'Saya dalam posisi dimana saya juga tidak bisa melakukan apa-apa' Pikir saya.

Saat saya menjadi begitu marah dengan Rastha, kaisar akan menuduh saya sebagai pengganggu jahat bagi selirnya yang malang. Disisi lain, jika saya marah dengan Sovieshu, saya akan dikritik sebagai permaisuri yang tidak kompeten dan tidak bisa mengendalikan emosi pribadinya. Lalu jika saya melampiaskannya, saya dan mungkin keluarga saya juga... Tentunya itu akan beresiko tinggi. Namun jika saya mentolerir Sovieshu dan juga Rastha, saya akan dianggap bodoh dan tolol, bukan hanya saya, tapi juga seluruh keluarga saya.

Saya menatap diri saya di cermin, dan ada tawa aneh keluar dari dalam diri saya. Wanita yang jahat, permaisuri yang tidak kompeten, atau wanita yang juga bodoh. Apakah ada jalan keluar dari labirin nestapa ini?

"Yang Mulia..." Countess Eliza memanggil saya dari ruang tamu. Saya membunyikan bel sebagai tanda izin dia boleh masuk dan dia segera datang dengan tatapan yang suram.

"Countess, apakah kamu baik-baik saja?"

Ekspresinya membuat saya gugup seketika. Saya mengalami serangkaian kejadian yang tidak menguntungkan akhir-akhir ini, jadi ketika melihat wajahnya menekuk seperti itu, saya langsung merasa takut. Dan prediksi saya setengah benar. Sebuah delegasi dari Kerajaan Barat telah tiba. Kabar buruk itu bukan tentang saya, tapi firasat saya tentu saja benar.

Permaisuri : "Ini berita kematian."

Eliza : "Iya. Raja Wharton III telah meninggal, Yang Mulia."

Kakak Pangeran Heinley... Saya membayangkan wajah Pangeran Heinley yang tersenyum ceria dan kini jatuh dalam kesedihan yang mendalam. Hati saya tiba-tiba terasa begitu berat.

***

Malam itu tidak ada bulan ataupun bintang yang terlihat dilangit. Bahkan langit pun tampak hitam karena awan, tetapi kadang-kadang saya bisa melihat lingkaran kuning ke abu-abuan di ke gelapan. Dengan satu tangan di sandarkan ke jendela, saya menatap pemandangan itu dengan wajah yang muram. 'Akan ada pesta untuk penyambutan bayi Rastha dalam beberapa hari lagi.' Sebuah desahan keluar dari mulut saya. Bisakah saya tetap memakai topeng? Saya telah melakukannya selama bertahun-tahun tetapi akhir-akhir ini sepertinya semakin memberatkan bagi saya. Lebih tepatnya saya lelah harus terus-menerus menjaga ekspresi wajah saya. 'Yah, pada akhirnya saya akan melakukannya jika diperlukan.' Pikir saya.

Angin dingin membuat pipi saya terasa merinding. Lalu tetesan air hujan jatuh dilengan saya satu persatu. Saya menjauhkan lengan tangan saya dari ambang jendela dan ingin menutupnya. Tetapi begitu saya telah menutupnya, saya seperti melihat seekor burung biru terbang dalam kegelapan malam. "Ah!" Apakah dia bawahan Queen? Saya sangat terkejut dan segera membuka lebar jendela lagi. Awalnya saya tidak yakin, tapi dugaan saya benar. Dan si burung biru itu terbang masuk melalui jendela yang terbuka lebar. Tidak seperti Queen yang menyukai pintu masuk yang megah, burung biru itu tampak lebih ragu-ragu dan penuh waspada.

"Apakah kamu teman nya Queen?" Saya mencoba berbicara padanya meskipun dia adalah seekor burung. Karena Queen cerdas, jadi saya pikir bawahannya pun juga demikian. Burung biru itu mengangguk dan bahkan menunduk. Lalu segera dia mengulurkan kakinya dan menawari saya catatan yang melekat disana.

"Apakah Pangeran Heinley yang mengirim mu untuk datang?" Saya menarik surat kecil tersebut dari kakinya dengan sangat hati-hati. Ketika saya membukanya, burung biru itu datang ke sisi saya seolah ingin ikut membaca isi surat tersebut. Perilakunya mengingatkan saya pada Queen. Saya melihat kertas dipangkuan saya saat saya meletakkan wajah disatu tangan.

The Remarried Empress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang