Bab 19

198 8 0
                                    

"Sekarang Mama sudah percaya kan? Cewek itu emang gak baik," ucap Ken.

"Iya sayang, maaf kan Mama," ujar Anita.

"Kalau gitu, apa salahnya sih Mama restui hubungan aku sama Lisa," Ken berharap jika dengan terbongkarnya perbuatan Niki Mama nya akan menyetujui hubungan nya dengan Lisa.

Anita mengeleng. "Mama bisa Carikan perempuan yang lebih baik lagi untuk kamu Kendra, tapi jangan Lisa! Mama tidak mau teman-teman mama semua tau bahwa menantu Mama itu dari kalangan rendah," ucap Anita.

Ken sangat muak dengan jawaban itu, mengapa selalu masalah ekonomi yang Anita selalu bahas. "Mama egois, yang akan jalani pernikahan itu aku Mah! Bukan mama dan teman-teman. Ken mohon, sekali ini saja mama ngertiin Ken," ucap Ken menatap Anita.

"Kamu kenapa sekarang jadi suka melawan dengan Mama? Apa ini semua karena si Lisa itu?" Anita malah menyalahkan Lisa.

"Ini semua bukan salah Lisa! Mama yang egois dan tidak bisa mengerti perasaan anaknya! Ken pergi," Ken melangkahkan kaki keluar rumah, ia jadi malas untuk berada dirumah sebab Anita selalu menekan nya.

"Kendra!"

Ken tak peduli dengan Anita yang memanggilnya, ia terus melangkahkan kakinya menuju mobilnya dan pergi dari rumah untuk memenangkan diri.

Ken memukul stir mobilnya dengan keras. "Argh.. kenapa? Kenapa Mama selalu mikirin dirinya sendiri?" Ken melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia tak tau mau kemana sekarang, namun ia teringat dengan Lisa. Yah, sebaiknya ia menemui gadis itu, mungkin Lisa bisa meredakan sedikit emosinya.

Namun saat ingin menghentikan mobil nya Ken merasa remnya tak berfungsi, ia terus mencoba menginjak rem namun nihil, mobil itu terus berjalan. Ken jadi panik dan tidak begitu fokus menyetir hingga tak melihat mobil truk bermuatan pasir  yang ada dihadapannya, Ken membanting setir mobil nya dan menabrak pohon besar, hingga ringsek. Mobil nya sampai mengeluarkan asap dan keadaan Ken sangat sekarat.

Semua orang yang melihat kecelakaan itu lalu berkerumun mendekati mobil nya, mereka mengecek keadaan pengemudi dan disana Ken sudah pingsan dengan kepalanya yang terluka parah.

"Ada orang disini, cepat kita bawa kerumah sakit," ucap bapak-bapak yang melihat Ken.

"Pakai mobil saya saja pak," ucap salah satu orang menawarkan.

"Baik, cepat. Kondisinya sangat lemah." Mereka lalu menggotong Ken bersama ke dalam mobil pria itu. Dan dengan cepat membawanya kerumah sakit terdekat.

Dua jam yang lalu...

Saat Ken masih di dalam kantor untuk mengerjakan pekerjaan nya, Niki dengan seorang pria berbadan besar dan berkepala plontos itu sedang memperhatikan sekitar parkiran tempat mobil Ken terparkir.

"Lo liat kan mobil hitam mewah yang disana," ucap Niki menunjuk kearah mobil Ken.

Pria itu mengangguk saat melihat mobil targetnya. "Gue mau, Lo sabotase mobil itu. Buat remnya blong," ucap Niki.

"Itu masalah gampang, tapi bayaran gue harus impas," ucap pria sangar itu.

Niki memutar malas bola matanya. "Nih, awas kalau ketahuan, Lo jangan sampe buka mulut," ancam Niki lalu memberikan amplop coklat tebal pada pria itu.

Pria itu lalu berjalan pergi untuk menjalankan tugasnya. Niki tersenyum puas, ia ingin membalas dendam untuk Ken yang sudah mengagalkan rencana nya.

"Rasain Lo Kendra," batin Niki tersenyum menyeringai.

***

"Apa!" ucap Anita terkejut saat mendengar kabar bahwa Ken kecelakaan dan sekarang sedang dirawat dirumah sakit.

"B-baik saya kesana sekarang," ucap Anita lalu dengan cepat menyuruh sopir nya untuk mengantarkan nya ke rumah sakit.

Ia jadi menyesal saat setelah bertengkar dengan anaknya, malah membuat Ken kecelakaan.

Dirumah sakit yang sama Lisa tak sengaja melihat Ken yang terbaring diatas brankar yang didorong oleh perawat dan beberapa bapak-bapak.

"Ken?" Lisa mengejar perawat yang membawa Ken masuk kedalam UGD. Ia menghampiri bapak-bapak itu.

"Pak? Maaf tadi itu siapa yang dibawa masuk kedalam?" tanya Lisa memastikan, bisa saja ia salah liat.

"Itu tadi kecelakaan tunggal neng, seperti nya remnya blong jadi dia panik dan menabrak pohon," jawab salah satu pria itu.

"Bagaimana keadaannya sekarang pak?" tanya Lisa.

"Kami tidak tau, tapi kami sudah menelpon orang tuanya tadi, dan sedang menuju kesini,"

"Ohiya, ini tadi ada dompetnya juga," ucap pria itu memperlihatkan dompet milik Ken beserta ponselnya.

"Ini punya temen saja pak," ucap Lisa melihat foto wallpaper ponsel Ken, foto saat mereka berlibur di villa milik Nata waktu acara kelulusan mereka.

"Kalau begitu kami pamit yah neng, jika dia temen neng," Lisa mengangguk lemah, kedua pria itu lalu pergi.

Anita berlari di koridor rumah sakit, ia segera mencari dimana anaknya berada. Ia melihat Lisa yang sedang duduk menunduk dikursi depan UGD.

"Lisa," panggil Anita, Lisa mengangkat kepalanya melihat Anita dan berdiri saat itu juga.

"Tante?" lirih Lisa.

Plak! Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Lisa sampai wajah cantiknya itu menoleh kesamping. Lisa memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan Anita.

"Ini semua pasti ulah kamu kan?" ucap Anita dengan suara lantang.

"M-maksud Tante apa?" tanya Lisa.

"Kamu pasti tidak terima karena saya tidak merestui hubungan kamu dengan anak saya, sampai kamu tega mencelakakan Kendra!" ucap Anita dengan mata yang sudah memerah.

Lisa mengeleng cepat. "Saya gak tau apa-apa soal kecelakaan ini Tante," ucap Lisa membela diri. "Saya hanya kebetulan ada disini saat Ken dibawa oleh orang. Dan saya tanya sama Tante apa untung nya saya mencelakakan Ken?" Lisa sudah lelah disalahkan oleh Anita dengan tuduhan tidak masuk akalnya itu.

"Kamu tidak usah mengelak, saya tidak mau melihat kamu lagi disini," teriak Anita.

Ceklek! Pintu itu terbuka memperlihatkan seorang pria dengan jad putih keluar dari sana. Anita lalu menghampiri pria yang bergelar dokter itu. "Dokter, bagaimana keadaan anak saya Dok?" tanya Anita tergesa-gesa.

"Anak ibu kehilangan banyak darah dan stok kami dirumah sakit ini sedang habis itu golongan d4rah nya," ucap dokter itu, kaki Anita menjadi lemas mendengarnya.

"Apakah Anda atau keluarga mempunyai golongan yang sama dengan nya?"

"Golongan nya apa dok?" tanya Lisa.

"Golongan darah AB+," ucap dokter itu, Anita tak memiliki golongan d4rah yang sama, golongan yang sama dengan Ken hanyalah ayahnya, dan ayah Ken sudah tiada.

"Saya bisa mendonorkan d4rah saya Dok, golongan d4rah kami sama," ujar Lisa.

Anita menoleh pada Lisa yang berdiri dibelakangnya, gadis itu tampak tulus ingin membantu anaknya. Lisa tidak mau terjadi apa-apa dengan Ken, ia bersedia memberikan d4rahnya untuk Ken.

Dokter lalu menyuruh suster untuk membawa Lisa untuk melakukan pendonoran d4rah, tanpa memperdulikan Anita, Lisa langsung ikut bersama suster.

"Gue gak mau Lo kenapa-kenapa Ken," batin Lisa.

***

Istri Kesayangan KendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang