Bab 47

221 6 0
                                    

Sedari tadi Ken belum juga bisa tidur, bagaimana bisa tidur dengan nyenyak kalau isi pikirannya di penuhi dengan Lisa. Ken melipat kedua tangannya kebelakang kepalanya, menjadi bantal. Ia berbaring menatap langit-langit kamarnya.

"Lo kemana sih? Gue khawatir sama Lo," gumam Ken.

Ken merasa gerah, pria itu lalu bangun dan berjalan menuju jendela kamarnya, menyibak gorden lalu berjalan menuju balkon. Udara dingin malam itu menembus pori-pori kulit nya, manik matanya menjelajahi langit yang penuh bintang. Namun saat matanya menunjukan ke arah taman kecil yang ada di bawah balkon kamar nya ia melihat seseorang yang sedang duduk sendirian.

Ken menyipitkan matanya melihat siapa orang itu, itu Aldi. Bocah itu sedang apa duduk sendirian disana. Apa ia tidak takut dengan sejumlah makhluk yang sering berkeliaran malam-malam.

Ken memutuskan turun untuk menemui Aldi yang duduk seorang diri disana.

Nampak nya Aldi tengah duduk sambil memegang foto Lisa yang ada didalam galeri ponsel nya. "Kakak kemana sih?" gumam Aldi.

"Al," panggil Ken yang baru datang dari arah pintu utama. Aldi menoleh melihat Abang iparnya itu. Wajah nya kembali datar.

Bocah itu kembali berbalik menatap ponselnya. Ken berjalan mendekat, lalu duduk di samping Aldi. Nampak bocah itu menggeser posisi duduk nya lebih agak jauh dari Ken. Namun Ken menggeser bokong nya semakin dekat dengan Aldi, Aldi terus menggeser bokong nya tapi Ken juga tak mau kalah dan terus mengikuti nya. Sampai mentok di ujung bangku panjang itu.

"Ck, mau Abang apa sih?" tanya Aldi dengan ketus.

Ken terkekeh. "Lo kenapa sih? Ketus banget. Kaya ngomong sama satpam ajah," ujar Ken.

"Cocok sama Abang, mirip satpam," cibir Aldi.

"Heh! Kalau ngomong suka bener, eh, enak ajah. Muka Abang ganteng gini di samain sama satpam," ucap Ken memegangi wajahnya.

"Narsis banget sih, Bang," kekeh Aldi.

"Lo ngapain duduk disini sendirian? Gak takut sama mbak Kunti nanti tiba-tiba duduk di samping Lo?" ucap Ken menakut-nakuti. "Lo liat pohon yang ada disana?" Ken menunjuk ke arah pohon yang lumayan besar yang ada disamping pagar rumah nya.

Aldi mengangguk. "Kenapa emang?"

"Kata pak Umar, dia suka liat kain putih terbang tau Disana," ucap Ken.

"Oh,"

"Lah? Kamu gak takut gitu? Abang lagi nakutin kamu tau," ujar Ken, ekspetasi nya itu Aldi akan merinding sampai bulu ketiak nya juga akan berdiri.

"Ngapain takut? Dia kan juga sama kaya kita, yang harus di takuti itu yang diatas bang," ujar Aldi dengan santai.

"Iya deh, calon ustad muda plus calon dokter," goda Ken dengan tertawa kecil.

"Aamiin," ucap Aldi.

Hening, Ken ikut Aldi melihat langit yang gelap namun indah di hiasi dengan bintang-bintang. Ken menundukkan kepalanya tak sengaja melihat layar ponsel Aldi yang terlihat wajah Lisa disana.

"Kangen kak Sasa yah?" tanya Ken.

Aldi menoleh ke arah Ken lalu melihat layar ponselnya. Ia tersenyum melihat foto kakak nya. "Hem, kak Sasa kemana sih? Kok gak pulang-pulang," raut wajah Aldi berubah sedih, mengingat kembali jika kakak nya belum juga pulang.

Ken menarik pundak Aldi untuk mendekat padanya. "Abang yakin kak Sasa pasti pulang!"

"Hem,"

***

Tubuh seorang gadis yang terduduk dengan lemah di bangku lusuh masih dengan kaki dan tangan yang terikat. Gadis itu menundukkan kepalanya hingga rambut panjangnya ikut tergerai kedepan. Itu Lisa.

"Sa," panggil Bara berjongkok didepan gadis itu. Di tangan nya membawa bungkusan berisi makanan untuk Lisa.

Sudah dari kemarin Lisa tak mau makan, meski di paksa Lisa tak mau membuka mulut nya. Niki tak peduli jika gadis itu mau makan atau tidak.

Lisa mengangkat kepalanya menatap tajam pria dihadapannya itu. "Makan yah? Dari kemarin kamu gak makan," ucap bara.

"Gue mau pulang!" ucap Lisa dengan lemah namun menuntut.

Bara sudah muak dengan kata-kata pulang dari Lisa sejak kemarin Lisa tak mau makan dan terus meminta pulang. "Apa sih yang kamu harap kan dari suami kamu itu ha?" ucap bara.

"Liat sekarang, dia Dateng gak buat nyelamatin kamu? Enggak kan?" ucap Bara.

"Jangan sok tau jadi orang!" ucap Lisa menatap sinis wajah Bara.

"Haha, kamu terlalu yakin kalau suami kamu itu bakal dateng," ucap Bara mengelus lembut pipi Lisa. Lisa menolehkan wajah nya dengan kasar tak mau tangan Bara menyentuhnya.

"Ken bakal dateng dan buat perhitungan sama Lo dan wanita mur4han itu!" geram Lisa.

"Ohya? Gimana cara nya di temuin kamu? Kalau sebentar lagi kita bakal pergi jauh dari kota ini," ucap Bara dengan senyum devil nya.

***

Istri Kesayangan KendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang