Bab 38

176 4 0
                                    

Sesampainya di kantor, Lisa sudah turun agak jauh dari kantor ia masih tak mau orang-orang menjuliti nya nanti.

Meskipun tak bersama turun dari mobil, Ken tetap menunggu gadis itu, Lisa melihat Ken yang masih stay berdiri di depan pintu kantor.

"Kenapa gak masuk duluan sih?" ucap Lisa pelan.

"Terserah gue dong," ucap Ken acuh.

"Cih, yaudah gue masuk duluan," Lisa lalu melangkahkan kakinya masuk duluan meninggalkan Ken.

"Udah ditungguin, di tinggalkan pula," ujar Ken lalu ikut melangkah masuk ke dalam.

Saat pria itu masuk karyawan wanita terus saja melemparkan senyum manis padanya. "Pagi, Pak Kendra,"

"Pagi," Ken membalas dengan senyuman.

Lisa melihat itu lantas menatap sinis pada wanita-wanita yang centil pada suaminya. "Dasar ganjen," batin nya.

Lisa memasuki lift sendiri tapi saat pintu lift mau tertutup ada seseorang yang menghalangi nya. Itu Ken, pria itu lalu masuk dan menutup pintu lift itu.

Lisa diam saja tanpa mengeluarkan suara. "Hoi, Napa dah? Diem Mulu?" tanya Ken.

"Gak,"

"Mulai deh, kenapa sih Lo suka diem tiba-tiba gini?"

"Suka-suka gue lah," ketus Lisa.

"Yaelah, dasar cewek,"

Keduanya lalu sama-sama terdiam sampai akhirnya sampai dilantai yang mereka tuju.

Lisa langsung saja berjalan menuju ruangan nya tanpa menunggu Ken. "Tuh anak kerjanya kok diemin gue Mulu," gumam Ken.

***

Ditempat yang sama, Bara dan Niki baru saja sampai di kantor milik Ken. Bara adalah salah satu rekan bisnis yang menjalin kerjasama dengan perusahaan Anita group.

Dan tujuan nya bukan hanya untuk bertemu dengan Ken namun juga Lisa, ia tau kalau Lisa juga bekerja di perusahaan milik Ken.

"Kamu yakin mau nunggu selama metting?" tanya Bara pada Niki yang sedang memakai pemerah b1bir.

Niki menoleh sejenak. "Iya dong, kan tadi juga aku udah bilang kalau mau nemenin kamu, Sayang," ucap Niki.

"Hem, baiklah. Kalau begitu ayo kita turun," ajak Bara.

Mereka berdua turun dan masuk untuk menemui Ken. Bara dan Niki langsung diantar kan keruangan pria itu.

"Selamat datang, Pak Bara," ucap Ken menyambut Bara diruangan nya.

Mereka berdua berjabat tangan, Ken tak memperdulikan Niki yang berada dibelakang bara. "Apakah saya terlambat?" tanya Bara.

Ken tersenyum tipis. "Tentu saja belum, anda terlalu cepat datang nya," kekeh Ken.

"Baiklah kalau begitu sembari menunggu kita bisa mengobrol sedikit tentang kerjasama kita," ucap Bara.

"Tentu, ayo silahkan duduk," ujar Ken mempersilahkan bara untuk duduk di sofa yang ada diruangan nya.

Niki, wanita itu berdecak kesal karena diabaikan oleh Ken. "Sayang, aku tidak akan paham dengan yang kalian bicarakan nanti. Jadi aku mau berkeliling saja," ucap Niki.

"Apa kamu tau tempat ini? Nanti kau bisa tersesat, Nik." ucap Bara.

"Aku sudah mengenal tempat ini, jadi tidak usah khawatir," ucap Niki lalu berjalan keluar.

"Huftt, gadis itu sangat sulit diberitahu," gumam Bara.

"Biarkan saja, Pak. Dia bisa menjaga dirinya sendiri," ucap Ken.

Kedua pria itu pun melanjutkan perbincangan mereka.

***

Niki berjalan melihat-lihat sekeliling kantor, ia tak sengaja melewati ruangan Lisa. Gadis itu sedang fokus dengan berkas yang ia kerjakan. Niki tersenyum sinis lalu dengan santai nya masuk kedalam ruangan Lisa tanpa permisi, seperti maling saja huh.

Lisa menyadari ada yang masuk lantas melirik kearah pintu. Ia melihat wanita angkuh itu berjalan mendekati nya. "Lo kalau masuk ketuk pintu dulu, hampir gue kira maling," ujar Lisa.

"Enak ajah Lo ngatain gue maling," ucap Niki tak terima.

"Ya iyalah, emang pernah Lo liat maling ketuk pintu dulu sebelum masuk rumah orang?"

"Lo bener-bener yah?!" Niki menunjuk Lisa dengan jari telunjuk nya. "Berani Lo sama gue?"

"Berani lah, ngapain gue takut sama Lo!"

"Inget yah Lo itu cuma karyawan di sini!" ucap Niki memandang remeh Lisa.

"Setidaknya gue punya etika dan tidak pernah menganggu orang lain," ucap Lisa tak mau kalah.

"Gue aduin sama atasan Lo baru tau rasa!" ucap Niki kesal.

"Aduin ajah kalau berani," ucap Lisa enteng.

"Gak usah sok cantik Lo jadi cewek," ucap Niki.

Lisa menaikan satu alisnya. "Gue sok cantik? Ya emang gue cantik, kenapa kalah saing yah?" ucapan Lisa membuat Niki bertambah kesal.

"Awas lo!" Niki lalu pergi dari hadapan Lisa, ia mau mengadu pada Bara.

"Cih, cewek baperan," cibir Lisa lalu duduk kembali untuk melanjutkan pekerjaannya.

Niki dengan wajah kesal masuk kedalam ruangan Ken. Kedua pria tampan itu menoleh padanya. "Ada apa, Sayang? Wajah mu terlihat kesal," ucap Bara.

"Aku tidak suka dengan perempuan menyebalkan itu, Sayang,"

"Perempuan siapa maksud mu?" tanya Bara.

Ken hanya menyimak apa yang mereka berdua bicarakan. "Pinter banget buat drama," ucap Ken dalam hati.

"Perempuan yang bernama Lisa itu," ketus Niki.

Ken mendengar nama pujaan hatinya disebut-sebut lantas bertanya. "Emang Lisa ada buat masalah apa dengan anda?" tanya Ken.

"Sasa?" Ken menoleh pada Bara, kenapa pria itu bisa memanggil istrinya dengan sebutan yang sama dengan Aldi.

"Apa bapak mengenal Lisa? Bukan nya itu panggilan hanya dari adiknya?" tanya Ken penasaran.

Bara jadi kikuk. "Ah, tidak. Bukan apa-apa," ucap Bara gugup, seperti ada yang ia sembunyikan.

"Pokonya aku mau pulang saja," pinta Niki.

"Metting nya saja belum dimulai, Nik," ucap Bara.

"Lebih mementingkan pekerjaan dari pada aku?"

"Bukan begitu, Sayang," Ken melihat Niki membuatnya kesal. Kenapa juga mau ikut kalau hanya menjadi beban saja?

Ken juga berpikir kenapa Bara mau dan begitu sabar dengan tingkah wanita kembaran ondel-ondel itu. Lihat saja bib1r nya, merah cetar membahana.

"Ini pulang lah dan bawa mobil ku," ucap Bara memberikan kunci mobilnya.

"Kamu nyuruh aku pulang sendiri?"

"Aku tidak bisa meninggalkan meeting ini, aku bisa dalam masalah jika meninggalkan nya," ucap Bara.

"Baiklah, aku tidak akan pulang. Aku akan menunggu mu," ucap Niki dengan wajah yang masih kesal.

"Terimakasih, tapi jika kau bosan," Bara mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. "Ambil ini dan pergilah berbelanja," ucap bara memberikan kartu kredit nya.

Seketika wajah Niki langsung berubah melihat kartu itu. Ken melongo melihat nya, kenapa bisa dengan mudahnya Bara memberikan itu pada wanita yang belum menjadi istrinya.

"Yey, terimakasih, Sayang," ucap Niki lalu mengecup pipi Bara.

Ken mengalihkan pandangannya, ia sedikit iri, tapi bukan karena iri Niki menc1um Bara. Mana mau ia dic1um dengan wanita dengan b1bir seperti cupang itu.

Ia juga ingin mendapatkan kecvpan singkat dari istrinya, Lisa. Tapi ia tak masalah, untuk sekarang mungkin belum tapi lihat saja nanti. Ha-ha-ha ( Tertawa jahat ).

Istri Kesayangan KendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang