Bab 77

206 15 0
                                    

Lisa dan Ken berlari di koridor rumah sakit, d4da Lisa rasanya sesak mendengar kabar Bunda nya.

Lisa melihat Aldi yang duduk dikursi rumah sakit, bocah itu menggenggam kedua tangannya seraya menangis.

"Aldi!" panggil Lisa berlari ke arah adiknya.

Aldi mengangkat kepalanya, wajah nya yang basah akibat air mata, mata pun sudah sebab. "Kak Sasa," lirih nya.

Lisa menghampiri adik nya, lalu memeluk nya dengan erat. "Kak, Bunda. Bunda udah gak ada.." lirih Aldi, ia sudah tak sanggup untuk berbicara.

Degh

Lisa melepaskan pelukannya perlahan. "Gak! Bunda masih ada Al, kamu bohong. Mana Bunda," Lisa berdiri hendak masuk kedalam ruang pasien.

"Sa," Ken mencegah istrinya, pria itu memegang tangan Lisa agar wanita itu tidak memberontak.

"Lepasin, gue mau liat Bunda!"

"Bunda ada di dalem kak," ucap Aldi.

Lisa lalu masuk tanpa memperdulikan Ken. Perlahan lisa mendekati tvbuh yang terbaring kaku diatas brankar rumah sakit.

Tvbuh yang ditutupi kain putih. "B-bunda.."

Lisa berdiri di samping brankar itu, lalu membuka kain putih itu secara perlahan.

Lisa menutup mulut nya, wajah wanita yang begitu ia sayang, terlihat pucat dan sudah tidak bernyawa. B1bir Lisa gemetar ia tak sanggup melihat Bunda nya sendiri seperti ini.

Lisa memeluk tvbuh bunda dengan erat. "Bunda. Bunda bangun, Lisa gak mau ditinggal bunda.." Lisa menghamburkan pelukan nya di atas tvbuh Bunda.

"Bunda bilang kita bakal bareng terus, tapi kenapa sekarang Bunda pulang duluan?" lirih gadis itu menangis.

Ken dan Aldi masuk, Aldi sudah lemas melihat kondisi Bunda nya. Ken ikut merasa sedih, Bunda sosok ibu yang penyayang dan juga menyayangi nya. Ken ikut menitikkan air mata, sangat berat jika ditinggal oleh orang yang begitu dicintai, sebab Ken juga pernah merasakan itu.

"Bun.. Bunda, bangun," Lisa menangis mengguncang tvbuh Bunda.

Ken menghampiri istrinya, tindakan Lisa harus ia hentikan. "Sa, jangan kaya gini. Ikhlas kan bunda yah?" Ken menarik Lisa dalam pelukan nya.

"Gak! Bunda gak boleh pergi, Bunda udah janji bakal sama-sama kita terus," Lisa memberontak ia masih ingin memeluk Bunda nya.

Aldi berjalan mendekati kakak nya. "kak, udah. Bunda udah gak ada kak," ujar Aldi berusaha kuat.

"Gak Al, kita masih butuh bunda. Bunda gak boleh pergi.." Lisa menangis sejadi-jadinya.

Ken tak sanggup melihat istrinya seperti ini, ia memeluk tvbuh Lisa dengan erat. Aldi menutup kembali wajah Bunda menggunakan kain putih.

"Jangan! Kamu jangan tutupin Bunda Al. Nanti bunda gak bisa nafas!" Lisa terus merancau.

"Sa!" sentak Ken,  Lisa menatap suaminya Lisa mengigit b1bir bawahnya, sejenak gadis itu terdiam.

"Dengerin aku, kamu gak boleh kaya gini. Kamu bisa buat Bunda sedih disana, ikhlaskan Bunda. Bunda udah gak ada," ucap Ken memegang kedua pundak istrinya.

Kenyataan yang begitu menyakitkan adalah di tinggalkan oleh orang yang sangat disayangi.

Air mata Lisa jatuh dengan deras. "Enggak Ken.. Bunda masih hidup, Bunda belum meninggal.." tvbuh Lisa terasa lemas, kedua kakinya tak sanggup menopang berat tubuh nya.

Aldi melihat kakak nya yang begitu hancur. Apa lagi ia yang menyangsikan sendiri hembusan terkahir ibunya. Rasa nya ia tak bisa memaafkan dirinya sendiri, andai saja ia berhasil mencegah Bunda ke pasar mungkin ini semua tidak akan terjadi.

Lisa yang teramat terpukul pun pingsan di pelukan Ken. "Sa, Ya Allah." Ken lalu mengendong istrinya.

"Al, kamu ikut sama Abang yah?" Aldi mengangguk pasrah.

***

Hari itu juga pemakaman Bunda di lakukan. Lisa tidak ada sebab Lisa masih pingsan, ia tak sanggup melihat Bunda yang terbaring kaku dihadapan nya. Terbangun dari pingsan nya Lisa kembali pingsan saat hendak mengantar Bunda ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Seluruh sahabat mereka juga ikut datang, Alvian, Iqbal juga Nata ikut ke pemakaman. Keyla, Alexa dan Kheitya menemani Lisa dirumah.

Ken memegang kedua pundak Aldi dari belakang, bocah itu berjongkok memegang batu nisan Bunda. "Bunda.. Aldi gak nyangka kalau Bunda pergi secepat ini," lirih Aldi menatap nisan Bunda.

Anita ikut saat pemakaman, ia juga merasa kehilangan. Ken mengusap air matanya. "Ikhlasin Bunda Al, biar Bunda tenang disana," ucap Ken.

"Iya bang, tapi tetap ajah ini salah aku. Kalau aku bisa cegah Bunda pasti ini semua gak akan terjadi," ucap Aldi.

"Ini bukan salah kamu Al. Ini kehendak tuhan, kamu jangan merasa kamu lah penyebab meninggalnya Bunda," ucap Anita.

Aldi mengusap nisan bunda nya dengan bercucuran air mata. "Bunda yang tenang yah. Aldi janji bakal jadi anak yang baik dan jagain kak Sasa," batin Aldi.

"Selamat tidur Bunda, semoga suatu hari nanti kita bisa kumpul lagi," ucap Aldi tersenyum teduh.

***

Vote nya kakak...
Biar cerita nya makin banyak yg tau mwehehe

Istri Kesayangan KendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang