‘Apa kau pikir aku akan kalah?’
“Brengsek…”
“Hyung-nim, hyung-nim… Apa kau baik-baik saja? A-Ada apa?”
“Menjauh kau, bajingan.”
“Maksudku… apa…”
‘Apa menurutmu aku akan kalah lagi kali ini?’
“Apa ini….”
“Hyung-nim!”
“Hei! Aku menyuruhmu menjauh! Babi bajingan! Menjauhlah sekarang!”
Aku mendorongnya pergi dengan keras.
‘Tidak, sial, aku tidak bermaksud melakukan itu. Aku kuat sekarang.’
Aku lupa aku punya kekuatan Cho Hyejin sekarang. Beberapa langkah jauhnya, tatapannya padaku dipenuhi kekhawatiran. Wajahnya pucat, dan dia tampak seperti tidak
Hayan tidak berbeda. Setelah tersentak sejenak, dia diam-diam melirikku. Dia sepertinya mencoba untuk menjangkauku, tapi dia tidak bisa sebagai gantinya menatapku dalam diam.
Han Sora diam-diam menarik tangan Jung Hayan seolah-olah dia terkejut.
“U-Um. Er… uh… jadi… Oppa…”
Aku mendengar dia bergumam. Matanya yang berkaca-kaca tumpang tindih dengan apa yang kulihat sebelumnya.
‘Dia… dia akan datang… uhuk. .. untuk menyelamatkanku… Oppa… akan datang…’
“Apa…”
‘Kau datang. Kau datang… untuk menyelamatkan aku.’
“Ada apa sebenarnya…”
‘Aku… senang… sekarang… kita… akhirnya bisa… bersama….’
Tanpa kusadari, aku mengulurkan tanganku dan menepuk-nepuk kepala Jung Hayan. Saat itulah aku melihatnya tersenyum seolah lega. Aku merasa kecemasannya sedikit mereda. Kemungkinan besar saat ini aku tidak terlihat normal, bahkan bagi Jung Hayan dan Park Deokgu.
Khususnya ekspresi Han Sora yang menatapku seolah dia melihat psikopat maniak.
Napasku tercekat, dan kepalaku berdenyut-denyut. Sulit untuk memahami kenapa ini terjadi.
Hipotesis paling sederhana mungkin…
‘Apa karena itu tubuh Hyejin?’
Aku tidak tahu persis apa yang menyebabkan efek samping ini muncul, tapi aku mengerti bahwa apa yang terjadi pada tubuhku tidaklah normal. Saat aku melihat ingatan dari garis waktu pertama yang ku lihat sebelumnya, rasanya ada yang salah dengan sistem utama di kepalaku.
Konyol mendiagnosis diri sendiri bahwa ada yang salah dengan kepalaku, tapi aku tidak bisa menjelaskan situasi saat ini kecuali melalui itu.
‘Apa ingatan garis waktu pertama mengalir? Jika tidak… Apa pahlawan bertopeng di kepalaku…’
Aku cukup yakin keduanya berkaitan. Aku ingat hal serupa pernah terjadi sebelumnya. Ku pikir itu adalah gertakan dari penipu sampah Lee Kiyoung, tapi aku tidak membuang kemungkinan bahwa mungkin masih ada sisa-sisa pahlawan bertopeng di kepala ku.
Di akhir perang dengan mahluk asing, bayangan seorang pria yang menunjuk ke langit dengan tangannya di bahu Kim Hyunsung terlintas di benak ku untuk beberapa alasan.
Pria yang berbicara padaku… pasti punya tujuan sendiri.
Hanya saja aku mengabaikannya dan menepikannya dari kepalaku. Bisa jadi Park Deokgu telah memicu ingatan tertentu saat aku dalam kondisi mental yang tidak stabil.