GEFANO & KARIN - 1

40.5K 309 1
                                    

Karin memarkirkan mobilnya di tempat parkir rumah sakit khusus dokter dan para staff di sana, merias sedikit wajah cantiknya agar terlihat semakin cerah sebelum kemudian wanita itu membuka seatbelt, mengambil tas di kursi penumpang sebelahnya dan keluar sambil mengalungkan tanda pengenal di lehernya

Tidak butuh waktu lama bagi Karin untuk segera sampai di lantai 3 menuju ruangan praktik kandungan, di mana Karin bekerja sebagai dokter kandungan

Wanita itu masuk dan langsung disambut cerita oleh Bela - perawat sekaligus asisten yang akan membantu Karin dalam melakukan praktik -

"Pagi, dok, aura bumil makin cerah aja nih"

Karin hanya menggeleng tertawa kecil menggantungkan tasnya sebelum kemudian mulai memakai jas dokter miliknya dan duduk di kursi membuka beberap rekap dan rekam medis pasiennya

Bicara soal bumil, benar, Karin sendiri juga tengah mengandung sekarang di mana usia kandungannya sudah cukup besar di mana minggu ini dokter muda berusia 26 tahun itu masuk ke dalam 28 minggu usia kandungan, atau mulai memasuki bulan ke-7

"Nih, dok, saya mah pengertian, dokter pasti lagi dan lagi gak sempet bikin susu kan?"

Karin terkekeh meraih segelas susu yang sebelumnya diletakkan Bela di mejanya "Kok kamu tau sih?"

"Iya lah, orang setiap hari gak sempet minum susunya, sibuk banget emang dokter ini. Sebagai dokter kandungan, dokter juga harusnya bisa mengatur dan merawat kehamilan dokter sendiri, apa kata pasien nanti dokter yang nyuruh-nyuruh para bumil buat rutin minum susu sendirinya gak sempet terus kalau gak saya yang buatin"

"Iya iya duh bawel deh, pengen minta sama direktur ganti perawat asisten boleh gak sih?"

"Dokter!"

Karin tertawa terbahak-bahak "Ya makanya kamu jangan cerewet!" membuat Bela hanya mengerucutkan bibirnya sebal

"Udah, ada berapa pasien yang punya janji temu sama kita hari ini?" Karin mulai memeriksa rekam medis pasien langganannya

"Kayak biasa dok, pasien rutin 5 sama ada tambahan 2 orang mau USG, sama satu lagi pasiem rujukan dari dokter Emily"

"Rujukan?"

"Hm, itu berkasnya di paling belakang"

Karin mulai membalik-balikkan kertas di hadapannya dan melihat kertas yang di hadapannya sambil bergumam membaca tulisan yang tertewa "Ibu Winata, riwayat hipotensi, heart rate tinggi, dugaan sementata hipemeresis gravidarum--"

Setelah membaca rekapannya, Karin hanya mengangguk mengerti sebelum kemudian mulai menyusun berkas pasien sesuai dengan nomor urut, "Tolong ya bel, dipanggil pasiennya sesuai urutan dari ibu Marlin"

----------------------------------------------------------------------

"Terima kasih, dokter"

"Iya, sama sama ibu yang rajin minum tablet tambah darahnya ya"

Setelah berbincang ringan dan pasien rutinnya pulang, Karin merentangkan tangannya sambil sesekali memperbaiki posisi duduk

"Masih tiga pasien lagi ya?"

"Iya, yang mau USG sama yang rujukan dokter Emily, mau dipanggil sekarang dok?"

"Sebentar Bel, saya istirahat dulu lima menit, perut saya kram"

Bela hanya mengangguk sambil sesekali juga bantu mempersiapkan kebutuhan untuk pemeriksaan selanjutnya hingga lima menit berlalu, Bela mulai kembali memanggil pasien yang akan diperiksa, namun baru beberapa detik keluar, Bela kembali masuk membuat Karin mengernyitkan dahinya bingung

"Kenapa?"

"Pasien rujukan dokter Emily, apa boleh didahulukan dok? Tadi suaminya nanya, karena kondisi istrinya juga udah lemes banget masih nunggu di depan di kursi roda"

"Pasien yang USG itu udah nunggu juga?"

"Udah tapi tadi mereka bilang mereka gak masalah didahuluin karena emang yang rujukan dokter Emily itu keliatan lebih genting, kayaknya mual muntahnya parah, soalnya secara visualisasi untuk ukuran ibu hamil 24 minggu, tubuh pasien terlihat lebih kurus dari semestinya"

Karin mengangguk mengerti "Fine, panggil masuk"

Karin mulai mengambil berkas milik pasien rujukannya yang bernama Winata Purnama, untuk melihat sekaligus mempelajari rekam medis sebelumnya

Hingga ia mendengar pintu ruangannya terbuka, Karin menoleh memasang wajah tersenyumnya seiring melihat Bela masuk bersama seorang pasien yang duduk di kursi roda masuk ke dalam ruangannya

Namun senyumannya perlahan memudar ketika suami pasiennya menunjukkan wajahnya, terlebih karena Karin mengenal pria itu, sangat sangat mengenal pria itu. Gefano Adip Marendra, mantan suaminya

to be continued...

PREGNANCY STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang