GEFANO & KARIN - 3

24.5K 288 3
                                    

Karin memasuki ruangannya, mendudukkan dirinya, menyandarkan tubuhnya sambil memejamkan mata, berusaha meminimalisir rasa lelahnya yang sudah 2 jam lebih berdiri untuk melakukan operasi sesar darurat pada salah seorang pasien

Punggungnya sakit bukan main, tapi kakinya yang sudah sedikit membengkak itu jauh lebih sakit, berdiri 2 jam lebih menopang bobot tubuhnya sekaligus bayi dalam perutnya

"Dokter"

Dengan nafas yang masih agak tersenggal karena rasa kelahnya, Karin tetap membuka mata, dan memutuskan untuk tersenyum melihat bagaimana asistennya itu membawakan segelas smoothies pisang dan buah naga dan menyodorkan gelas tersebut ke hadapannya

"Memang terbaik kamu, bel" setelah menegak habis smoothies di tangannya, Karin seolah mendapat kekuatan baru, wanita itu segera duduk tegak dan mulai membuka berkas di atas mejanya "Hari ini yang konsultasi rutin cuma 2 orang ya"

Bela mengangguk "Iya, sama pemeriksaan rutin secara langsung ibu Winata"

"Oh" Karin mengalihkan perhatiannya "Tekanan darah sana HR gimana?"

"Tekanan darah masih rendah, herat rate juga sekarang rendah" ucap Bela menyodorkan catatan medis sementara

"Udah mau makan dan minum obat?"

"Tadi habis setengah gelas susu, dan obat sudah diminun sekitar jam 10.20"

Karin menengok jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah dua, "Kamu shift malem hari ini kan, bel?"

"Iya"

"Pastiin nanti kasih obat lagi 5 jam ke depan ya, jaraknya harus 8 jam, gak lebih ga kurang"

"Siap"

"Yaudah panggil 2 pasien yang mau periksa, biar saya juga bisa segera memeriksa bu Wina secara langsung"

----------------------------------------------------------------------
"Untuk sekarang hanya tadi yang bisa saya sampaikan, yang paling penting adalah ibu berusaha sebaik mungkin untuk makan dan minum agar tidak terjadi dehidrasi akut, kalau tidak ada yang ditanya saya permisi ya, pastikan selalu minum obat dalam jangka waktu 8 jam, nanti setengah tujuh dan nanti setengah 3 pagi"

Karin tersenyum menundukkan kepala pamit undur diri dari sana tanpa menoleh ke arah Gefano yang sejak awal terus memperhatikannya

Karin sudah keluar dari ruang rawat sementara Gefano mengepalkan tangannya kuat hingga dia akhirnya berdiri "Win, aku mau ngobrol sebentar sama dokter Karin, mau nanya beberapa hal, ya?"

"Jangan lama-lama"

"Sebentar" Gefano mengusap perut buncit itu sekilas sebelum memberikan ciuman lembut di permukaan perut istrinya dan berlari untuk sekedar mengejar Karin

Meninggalkan Wina yang masih dalam kondisi lemah mengusap perut buncitnya lembut "Bertahan ya nak, sama ibu, kamu harus kuat, cuma kamu satu-satunya hal yang bisa buat bapak bertahan di sisi ibu"

----------------------------------------------------------------------
"Karin"

Karin menoleh terkejut melihat Gefano berlari dan berhenti tepat di hadapannya

"Kamu ngapain?"

"Kita perlu ngobrol"

Karin diam untuk beberapa saat sebelum kemudian kembali bersuara "Mau ngobrol apa, kalau masih ada yang mau ditanya ayo balik ke ruangan istri kamu, dia lagi lemah banget gitu jangan ditinggal..."

"Aku mau ngobrol tentang kita"

Karin terdiam di tempatnya, jantungnya berdebar dengan keras tanpa alasan "Gefano"

"Please, Rin"

Sesungguhnya wanita itu berusaha untuk menolak, tapi jauh di lubuk hatinya wanita itu mengiyakan bahwa memang ada banyak hal yang harus mereka bicarakan, hingga akhirnya Karin mengangguk "Di ruangan aku" dan keduanya berjalan beriringan menuju ruang pribadi Karin

-------------------------------------------------------------------------
Kini keduanya sudah duduk berhadapan, namum 10 menit terlewati tapi tidak ada satupun dari keduanya yang membuka suara seolah memang terlalu banyak hal yang mereka simpan seorang diri

"Karin..." yang punya nama mendongak, menatap Gefano yang menatapnya serius "...to the point aja, anak yang kamu kandung, itu anak aku kan?"

Dengan berlinang air mata, Karin mengangguk membuat Gefano menghembuskan nafas lega "I know.. aku bisa rasain itu, ikatan batin anak kita.." gumammya sebelum kemudian pria itu kembali menatap mantan istrinya lirih ".. tapi kenapa? kenapa kamu gak kasih tau aku?"

"Semuanya terlanjur terlambat, Gef. Hakim udah ketok palu dan saat aku pikir aku masih bisa mempertahankan kita, kamu menikah sehari setelah perceraian kita..."

Karin mulai menangis

"... aku mau ngasih tau kamu, tapi wajah bahagia kamu hari itu, wajah bahagia semua orang hari itu buat aku gak sampai hati buat hancurin segalanya"

Wanita itu terisak lirih di tempatnya membuat Gefano juga tak bisa menahan air matanya

"Rin.."

"Kamu bahkan sudah mau punya anak sama istri kamu, kamu bahagia kan, cuma butuh sebulan untuk Wina mengandung anak kamu, tapi aku.."

"Karin stop"

Gefano berdiri berlutut di samping kursi Karin memaksa wanita itu untuk melihatnya

"Ini yang perlu aku jelasin, pernikahan aku dengan Wina terjadi lebih dari sekedar dadakan, mama yang nyiapin semuanya, aku sama sekali gak tau apapun, dan soal anak, aku melakukannya tanpa sadar, aku bahkan nyebut nama kamu di persetubuhan kami, Rin, mama yang naro obat perangsang di minumanku, aku sama sekali gak ada niatan untuk bercinta dan memiliki anak dengan Wina..."

Karin masih terisak pelan sementara Gefano berusaha menenangkan berlutut sembari mengusap kedua telapak tangan mantan istrinya dengan lembut

"... meski aku akui, setelah Wina ngasih tau kalau dia hamil aku bahagia, aku mencintai anak-anak itu tapi tidak dengan Wina, sekarang kita dipertemukan kembali, aku gak pernah sebahagia ini Rin, bisa bertemu kamu dalam keadaan mengandung anakku"

"Gef..."

"Rin, kita mulai dari awal ya?"

Karin menggeleng "Gak bisa, gef, kamu punya Wina.."

"Raga iya, tapi seluruh hati, jiwa raga aku milik kamu sepenuhnya. Kita saling mencintai, gak ada yang salah dengan hubungan dua orang yang saling mencintai..."

Karin menatap Gefano yang menatapnya dengan penuh berharap "Ayo kita jadi egois sekali aja, aku mohon, Rin, kamu.. masih cinta sama aku kan?"

Karin diam beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk membuat Gefano tersenyum sambil jemarinya menelusuri wajah mantan istri yang kini telah jadi kekasihnya

"Aku janji, gak akan ada yang bisa nyakitin kita setelah ini, i love you" dan setelahnya Gefano menempelkan bibirnya di bibir ranum Karin dan mulai melumatnya pelan

to be continued...

PREGNANCY STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang