EVAN & LAURA - END

8.5K 127 26
                                    

Sudah dua hari sejak kelahiran Ajio, putra pertama Laura dengan Evan. Laura kini sedang menyusui putranya dengan gembira sementara Evan hanya duduk diam di sofa di ruang rawat inap kekasihnya memandangi pemandangan di hadapannya dengan pikiran yang berkecamuk

Dua hari Evan tidak pulang menemani Laura rupanya membuat Reya merasa tertekan dan stres. Baru tadi pagi-pagi sekali Reya akhirnya menghubunginya membuat Evan terhenyak ketika hal pertama yang ia dengar adalah suara tangisan lirih Reya yang mengungkapkan perasaannya

Kekasihnya yang masih mengandung itu bilang bahwa dua hari ini dia merasa stress dan takut, perutnya kram setiap malam memikirkan Evan yang mungkin akan meninggalkannya dan anak mereka

Suara Reya sangat lirih membuat Evan berpikir bahwa dia harus menyelesaikan segalanya dengan segera, ia tidak ingin membuat Reya semakin tertekan memikirkan hubungan mereka. Jadi, Evan menarik nafas panjang, bangkit dari posisi duduknya kemudian berjalan mendekat ke arah ranjang di mana Laura sedang duduk bersandar menyusui anak mereka

"Laura--" si pemilik nama menoleh tersenyum dengan lembut "-- ada yang mau aku omongin" mendengar keseriusan dalam nada bicara kekasihnya, Laura terhenyak seolah tahu ke arah mana Evan akan membawa percakapan mereka

"Evan, kalau yang mau kamu bahas adalah tentang hubungan kita, masih ada waktu, aku gak mau debat soal apapun karena ada Jio di sini, aku--"

"Ayo kita berhenti sampai di sini"

Laura mematung di tempatnya merasakan seolau sesuatu menghantam dadanya dengan keras membuat dadanya terasa sesak. Wanita itu menatap kekasihnya penuh arti, mencoba menyampaikan rasa sakit dari tatapannya

"Kamu mau mengakhiri hubungan kita bahkan saat kamu udah liat dengan mata kepala kamu sendiri bahwa aku baru aja beberapa hari yang lalu berjuang antara hidup dan mati melahirkan anak kita, Evan, setelah melihat semuanya kamu masih tega campakin aku?"

Evan tidak bergeming tetap diam bahkan ketika Laura sudah tidak bisa lagi menahan tangisnya, suaranya mulai bergetar

"Apa alasan kamu mengakhiri hubungan kita, Evan? Apa karena Reya? Kamu merasa kamu punya tanggung jawab sama dia karena dia sudah mengandung anak kamu, iya? Kalau itu alasannya, terus gimana sama aku, apa kamu gak punya rasa tanggung jawab sedikitpun buat aku atau setidaknya untuk Jio?"

"Aku gak akan lepas tanggung jawab, aku akan ikut andil dalam menbesarkan Jio secara materi, aku--"

"Dan kamu pikir itu cukup?--" sekali lagi Evan terhenyak di tempatnya "-- menurut kamu tanggung jawab dengan materi cukup? Evan, apa kamu lupa kalau kamu udah berjanji sama aku bahwa setelah kelahiran anak kita kamu akan menganalkan aku ke orang tua kamu, kamu akan bertanggung jawab dengan ikatan pernikahan, kamu berjanji untuk membangun keluarga kecil kita bersama, kamu--"

"Aku inget, Lau, aku inget--" kata Evan frustasi "--tapi aku gak bisa ninggalin Reya gitu aja, dia juga mengandung anak aku, aku yang udah merusak masa muda dia sampai dia harus ambil cuti kuliah karena harus melahirkan dan mengurus anak aku, aku yang udah menempatkan Reya di situasi yang gak enak, dia harus nerima fakta bahwa bentuk tubuhnya berubah, bahwa dia di usia muda harus menjadi seorang ibu..."

"Oh jadi karena persoalan usia, kamu merasa Reya lebih pantas mendapat pertanggung jawaban kamu karena kamu pikir dia yang lebih butuh kamu? Hanya karena aku lebih dewasa, kamu pikir aku bisa melewati semuanya sendiri? Evan, ini bahkan kehamilan dan kelahiran pertamaku, aku sana tertekannya kayak Reya, sama bingungnya, sama..."

"Karena alasan lainnya adalah aku lebih mencintai Reya dibanding kamu, Laura--" perkataan Laura terhenti ketika Evan dengan jahat mengatakan alasan selanjutnya "-- aku mencintai Reya lebih dari aku mencintai kamu, itu yang jadi alasan utama kenapa aku pada akhirnya memilih Reya"

PREGNANCY STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang