Setelah menghubungi dokter pribadinya, Rafael berlalu dari sana berniat pergi ke manapun untuk menenangkan pikirannya, namun persis ketika Rafael akan meninggalkan penthousenya, seorang wanita berdiri persis di pintu utama
Rafael tersentak mengetahui bahwa itu adalah Marisa
"Lo--"
"We need to talk"
Rafael hampir saja mengiyakan ketika pada akhirnya kewarasannya kembali, berdecih menatap wanita yang pernah mengisi hatinya -- atau mungkin masih?
"Talk about what?"
"About us"
Rafael mendengus menatap wanita di hadapannya dengan tatapan tidak percaya "Us? There's no us again, Sa. Gak ada yang perlu diomongin apalagi setelah lo hamil sama cowok lain dan ninggalin gue gitu aja, setelah lo pamer kehidupan bahagia lo sama cowok itu dan bahkan mau nikah dalam waktu dekat, tapi lo bilang lo mau bahas tentang kita? Basi! Jadi sekarang mending lo minggir, gue muak liat wajah lo"
Rafael menepis pelan tubuh Marisa, melewatinya begitu saja sebelum suara Marisa menghentikannya
"Anak ini ada bukan atas dasar mau sama mau--" Rafael menoleh dan terkejut mendapati Marisa sudah menitikkan air matanya "-- gue di perkosa sama Mateo dan itu atas suruhan bokap dan nyokap gue sendiri"
Rafael kini sepenuhnya memusatkan perhatiannya pada Marisa yang terisak pelan mulai menceritakan segalanya
"Mereka emang sejak awal udah berecana buat jodohin gue sama Mateo, salah satu anak dari rekan bisnis yang menjanjikan keuntungan besar atau kerjasama dua perusahaan, keuntungan itu cuma bisa diterima ketika dua keluarga akhirnya bersatu, beberapa kali mereka ngomong sama gue buat mutusin lo demi bisa tunangan dan nikah sama Mateo, tapi gue nolak sampe akhirnya mereka berbuat sejauh ini--"
Marisa menatap Rafael lirih
"-- hari itu gue dijebak, mereka ngehubungin gue dengan nomor lo dan nyuruh gue ke hotel milik Mateo, gue sama sekali gak ada pikiran apapun karena gue nerima pesan itu dari nomor lo, El. Jadi, gue ke sana tanpa tau kalau hari itu bakal jadi mimpi terburuk gue, lo pasti sadar dulu ketika gue sangat menghindari lo--"
Marisa menjeda ucapanya, mencoba bernafas dengan benar sebelum melanjutkan ucapannya
"-- gue menghindar karena gue gatau mau ngapain, El, gue gatau apa gue harus cerita ke lo, atau gue harus gimana, i'm lost. Sampai suatu hari gue hamil--"
Lagi wanita itu menitikkan air matanya menatap lirih pada mantan kekasihnya itu
"-- kalau lo pikir gue senang dengan kehadiran anak ini, the answer is no, gue gak pernah, gue bahkan berniat gugurin anak ini di hari pertama gue tau keberadaannya, sampe bokap nyokap tau dan mereka ngancem gue buat nyakitin lo dan gue gak akan pernah ketemu sama lo--"
"Kenapa lo gak pernah cerita sama gue, Sa?"
Rafael kini berjalan mendekat menatap mantan kekasihnya iba "Semuanya gak akan jadi sejauh ini kalo lo at the first place cerita semuanya sama gue, gue bisa bantu"
"Gak bisa, El, gak bisa.. Mateo dan keluarganya bukan orang sembarangan, lo bakal cuma hancur dan apa yang udah lo bangun bisa hilang dalam sekejap, itu kenapa gue ngikutin kemauan mereka, mutusin lo meski lo waktu itu bilang gak keberatan sama keadaan gue yang lagi hamil, tapi gue harus lepasin lo biar lo gak kena imbasnya--"
Marisa kini menatap Rafael lirih
"-- jadi gue ikutin kemauan mereka dengan lepasin lo, gue coba bangun tembok yang tinggi, gue coba buat lo benci gue, guepun mencoba hal yang sama buat benci sama lo dan belajar mencintai Mateo, tapi waktu gue denger lo bawa cewek ke penthouse lo, gue rasanya marah karena itu gue cari tau tentang Raya--"
KAMU SEDANG MEMBACA
PREGNANCY STORIES
RomanceJust a collection of stories about pregnancy and various relationship.. ⚠️Cerita aneh, gak masuk akal. Liat tags sebelum baca❗