GEFANO & KARIN - 2

28.3K 369 0
                                    

Karin tetap bekerja dengan profesional, meski tidak dapat dipungkiri bahwa jantungnya berdetak gila-gilaan terlebih setelah dia harus bertemu dengan mantan suaminya

Mantan suaminya yang sudah menceraikannya 7 bulan yang lalu, mantan suaminya yang menceraikannya tanpa tahu bahwa seonggok janin telah tumbuh di rahim Karin, dan kini mereka harus bertemu dalam keadaan yang tidak diduga dan tentu saja dalam keadaan perut Karin yang sudah membesar

Karin seribu persen yakin, Gefano menyadari itu karena sejak pertama kali pria itu masuk menunjukkan raut terkejutnya, pria itu tampak beberapa kali tertangkap basah tengah menatap perutnya terang-terangan

Kalau diceritakan secara singkat, mereka pada dasarnya sudah menikah selama 3 tahun, mereka saling mencintai tapi kenyataannya baik Karin maupun Gefano menyerah ketika ibu Gefano terus-terusan mendesak Karin untuk segera hamil

Karin yang entah kenapa saat itu sulit sekali hamil hanya bisa pasrah ketika sang ibu mertua memaksa Gefano untuk menceraikan Karin dan menikahi perempuan bawahan Gefano yang mana merupakan pilihan ibunya

Keduanya sempat menolak, Karin bersikeras bertahan, sama halnya dengan Gefano, tapi nyatanya pria itu menyerah lebih dulu, pria itu meminta maaf dan mengaku bahwa ia lelah ditekan hingga hari itu penuh tangisan dan pengharapan mereka bercinta yang tanpa Gefano tahu, tepat di hari perceraian sebulan setelahnya buah cinta mereka telah tumbuh yang mana pun meski Karin ingin memberitahunya, sidang perceraian sudah diresmikan, dan bahkan tidak butuh waktu lama, hanya butuh sehari untuk besoknya ia mendapat kabar bahwa Gefano telah menikah dengan karyawan pilihan ibunya

Kembali ke masa sekarang jadi tidak heran jika Gefano menatap ke arahnya beberapa kali penuh dengan tanda tanya

Setelah melakukan eksplor dengan beberapa pertanyaan, tentunya ada pemeriksaan dengan pengambilan darah dan urine untuk memastikan sebelum memberikan vonis penyakit yang diderita setelah sebelumnya melakukan USG dan mengetahui bahwa istri mantan suaminya itu mengandung bayi kembar

Tak lama mendapatkan hasil tes, Karin dengan segera membuat surat rekomendasi rawat inap selema beberapa hari

"Seperti yang saya sebutkan tadi kondisi janin cukup lemah ditandai dengan nyaris tidak terdengarnya suara denyut jantung janin, selain itu tekanan darah ibu juga tergolong sangat rendah, ibu juga mengalami dehidrasi akut dan mual yang cukup parah sehingga kami tidak punya pilihan selain menyarankan ibu untuk bed rest selama beberapa hari karena memang butuh pantauan medis..."

Karin mulai menulis beberapa catatan dan juga resep obat sebelum memberikannya kepada Bela untuk diserahkan ke bagian resepsionis rawat inap untuk segera dimasukkan ke sistem

"... saya sendiri yang akan memantau perkembangannya, jadi ibu tidak perlu khawatir. memang hal ini cukup biasa mengingat ibu sendiri bilang bahwa ibu anda juga memiliki riwayat yang sama, ditambah kehamilan ibu juga kembar, jadi memang berisiko tinggi untuk mengalami hal yang sama, tapi dengan perawatan medis yang tepat semua akan baik-baik saja..."

Karin menyerahkan surat rekomendasi rawat inap ke arah Gefano agar pria itu mengurusnya, kedua manik itu sempat bertatapan selama beberapa detik, tapi Karin memutus tatapan itu lebih dulu menatap Winata dengan lembut

"Jangan dibawa stress ya, bu. Semua bakal baik-baik aja, asal ibu juga semangat dan menanamkan sugesti positif, jadi ibu dan bayi juga bisa cepat pulih"

"Terima kasih, dokter, kami permisi"

Karin mengangguk tersenyum menoleh ke arah Bela mengisyaratkan untuk mengantar keduanya keluar menyisakan Karin di ruangannya dalam keheningan

Karin memijat kepalanya pelan, tertawa tidak percaya dengan apa yang terjadi. 7 bulan dia bersusah payah merelakan segalanya, tapi Tuhan seperti lebih senang menyiksa batinnya, bagaimana bisa ia bertemu dengan mantan suaminya yang bahkan sedang mengantar istrinya yang tengah mengandung

Tiba-tiba saja Karin tertawa pahit, perniakahan Gefano dengan Winata berjalan sehari setelah perceraiannya yang mana itu berarti usia pernikahan mereka sudah 7 bulan, tapi usia kandungan Winata sudah berusaia 6 bulan?

Bukankah itu tidak adil? Ketika Karin harus tertekan selama tiga tahun sedangkan wanita itu bahkan hanya butuh satu bulan untuk mengandung

Karin menggelengkan kepalanya, tidak ada untungnya mengadu nasib, yang terpenting adalah kini dirinya sudah mengandung, meski naasnya sang anak mungkin akan lahir tanpa ayah, tapi Karin berjanji tak akan sedikitpun calon bayinya kekurangan kasih sayang darinya

----------------------------------------------------------------------

"Makan sedikit, win, biar bisa diminum obatnya"

"Gak bisa, gef, mual"

Gefano menghela nafas pelan, di satu sisi ia paham bahwa istrinya merasakan mual yang begitu hebat, tapi di sisi lain ia juga sangat mengkhawatirkan dua jabang bayinya yang tidak mendapat asupan apapun sejak kemarin sore selain dari infus, ditambah dengan fakta bahwa detak kedua janinnya nyaris tidak terdengar

"Selamat pagi"
Bela masuk membawa beberapa butir obat, juga segelas susu di tangannya

"Sudah makan, ibu Wina?"

"Belum sus, saya gak bisa, mual banget"

Bela hanya mengangguk meletakkan nampan yang ia bawa sebelum kemudian mencoba untuk memeriksa kembali tekanan darah Wina yang masih belum menunjukkan perubahan berarti, setelah membuat catatan medis perempuan itu menatap pasiennya dengan ramah

"Coba nanti ibu paksa pelan-pelan ya, tadi dokter Karin sudah menyarankan kalau sampai nanti per jam-10 belum ada asupan yang masuk, mungkin akan dilakukan pemasukan nutrisi enteral"

"Yang pakai selang itu sus?" tanya Wina lemah

"Iya"

"Saya coba makan aja dok, saya usahain"

"Baik, saya tinggal dulu ya, bu, nanti 10 menit kemudian saya kembali buat memantau minum obat, kalau ibu masih terlu mual gapapa makan buah dulu yang penting ada asupan, susu juga sudah saya antar, ibu bisa minum kalau merasa lebih baik ya"

Bela baru saja pamit undur diri sebelum suara Gefano menahannya membuat Bela bertanya dengan remah

"Ada apa, pak?"

"Dokter yang bertanggung jawab atas istri saya.. dokter Karin kan?"

"Iya, betul"

"Apa gak ada pemeriksaan secara langsung? atau memang gak ada pemeriksaan rutin?"

Bela tersenyum sangat mengerti dengan kekhawatiran Gefano terlebih dengan keadaan istrinya yang bisa dibilang cukup mengkhawatirkan, meski bukan itu alasan Gefano yang sebenarnya

"Akan ada pemeriksaan rutin selama ibu Winata di sana oleh dokter Karin, harusnya memang setiap jam 10 pagi, tapi untuk hari ini pemeriksaan langsung diundur di siang hari karena dokter Karin ada operasi darurat"

"Operasi? Bukannya dokter Karin lagi hamil?"

"Betul, memang sebenarnya tidak disarankan dokter yang tengah mengandung untuk melakukan praktik yang berisiko seperti melakan bedah, hanya saya hari ini keadaannya cukup darurat dan dokter Karin satu-satunya dokter yang cukup mumpuni dan bisa dipercaya, lagipula dokter Karin sudah biasa seperti ini, beliau memang sangat sibuk tapi beliau dan kandungannya sangat kuat--"

Gefano tanpa alasan menghela nafas lega

"-- bapak tahu beliau dokter kandungan, beliau pasti sangat sangat memperhatikan kondisi tubuh dan janinnya"

Gefano hanya ikut tertawa kecil pun Bela yang kini pamit undur diri "Saya duluan pak. nanti saya balik 10 menit lagi"

Setelah perawat itu pergi, Gefano berbalik membantu istrinya untuk meminum susu yang diberikan perawat tadi, wajahnya tersenyum menatap Winata teduh sambil tangannya yang terus mengusap perut buncit istrinya agar merasa lebih baik

Jujur, Gefano tidak sabar untuk bertemu kembali dengan Karin, selain karena pria itu begitu merindukan sosok yang sampai sekarang masih ia cintai, ada banyak hal yang ingin Gefano tanyakan, termasuk janin dalam kandungannya

to be continued...

PREGNANCY STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang