Nathan menunggu dengan gusar ketika dokter tengah memeriksakan keadaan Zara di dalam ruang pemeriksaan
Jujur saja pria itu gelisah bukan main, apalagi mengingat pendarahan yang entah dari mana asalnya itu, apakah Zara mengalami luka luas atau dalam, Nathan tidak tahu yang jelas dia benar-benar khawatir hingga beberapa saat kemudian pintu terbuka membuat Nathan menatap dokter Gerald yang segera memberi kabar
"Puji Tuhan tidak ada cedera serius yang mengkhawatirkan, memang pada dasarnya Ny. Zara sedang dalam kondisi fisik yang kurang baik namun keadaannya tetap stabil, pendarahan juga karena trauma fisik ringan akibat benturan yang mungkin Ny. Zara alami saat turbulensi, tapi overall baik Ny. Zara maupun janinnya baik-baik saja, cuma saya menyarankan Ny. Zara untuk istirahat optimal dan mulai mengambil cuti panjang atau berhenti dari pekerjaannya saat ini, karena bagaimanapun kita tidak tahu risiko apa yang bisa membahayakannya juga janinnya di penerbangan-penerbangan selanjutnya"
Nathan terdiam beku di tempatnya, mencoba mencerna informasi yang baru dia dapatkan hari ini yang cukup mengejutkannya
"Sir?"
"Maksud dokter, pramugari saya-- hamil?"
Dokter Gerald menganggukkan kepalanya tersenyum "Ya, dan sebenarnya hitungan usia kandungannya juga sudah hampir memasuki state awal trisemester kedua, yaitu 14 minggu. Itu juga alasan kenapa janinnya cukup stabil dan kuat"
Pria itu mengangguk sebelum menunjukkan senyuman tipisnya "Terima kasih, Dok, apa saya boleh masuk ke dalam?"
"Silahkan"
Setelahnya dokter itu pergi meninggalkan Nathan dengan jantung yang berdebar keras di depan pintu ruang pemeriksaan
Perasaannya campur aduk, senang, tidak percaya, dan takut di saat yang bersamaan. Nathan tahu meski ia hanya melakukannya sekali dan itu sudah berbulan-bulan lamanya, ia yakin bahwa anak yang Zara kandung adalah anaknya, karena ia yakin, Zara buka tipe wanita yang akan tidur dengan sembarang pria mengingat kepolosan dan bagaimana Nathan sendiri bahkan adalah yang membuat wanita itu melepas keperawanannya, Nathan masih ingat dengan jelas dengan bercak darah di kasurnya setelah menghabiskan waktu panas dengan wanita itu
Kemudian, tak dapat dipungkiri bahwa dirinya senang mengetahui fakta bahwa ia akan menjadi seorang ayah, namun di saat yang bersamaan juga dia takut, takut dengan bagaimana respon Zara dalam menerima informasi ini dah Nathan juga takut tentang langkah yang akan dia ambil mengingat ia memiliki kekasih dan akan membawa hubungannya ke jenjang pernikahan tahun depan
Namun pria itu mencoba fokus pada apa yang akan ia hadapi. Biarlah persoalannya dengan Emma dipikirkan nanti, yang jelas ia harus tahu bagaimana respon Zara terlebih dahulu. Bagaimanapun, anak itu hadir tanpa kesengajaan di mana malam itu hanya Nathan yang menikmati sementara Zara tidak, jadi ketika nanti Zara menolak kehadiran anak mereka, Nathan tidak akan memaksa, karena Nathan sadar hadirnya anak di antara mereka adalah kesalahannya, jadi Zara adalah orang yang berhak memutuskan
Setelah menarik nafas dalam, pria itu akhirnya masuk mendapati Zara yang sudah duduk di atas ranjang sembari menghapus air matanya membuat Nathan lagi-lagi merasa perih, berjalan pelan mendekat dan duduk di kursi di sebalah ranjang pemeriksaan
Wanita itu sama sekali tidak menoleh, memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan menatap kosong pada tembok berwarna putih itu
Suasananya menjadi terlalu hening dan Nathan memutuskan untuk membuka suaranya
"Zara..."
"Kalau kakak ke sini buat ngomongin kehamilan aku dan nyuruh aku buat gugurin anak ini, aku gak mau--"
Nathan belum selesai bicara tapi Zara sudah lebih dulu memotong pembicaraannya tanpa menatapnya sedikitpun, hingga wanita itu kembali bersuara
"--anak ini memang hadir karena kesalahan, tapi kehadiran dia bukan salahan, meski aku benci dengan cara anak ini hadir, aku gak akan pernah menjadi penjahat buat bunuh darah daging aku sendiri--"
KAMU SEDANG MEMBACA
PREGNANCY STORIES
RomanceJust a collection of stories about pregnancy and various relationship.. ⚠️Cerita aneh, gak masuk akal. Liat tags sebelum baca❗