Jam menunjukkan pukul satu malam ketika Indira harus terbangun merasakan kandung kemihnya penuh. Usia kandungannya sudah mencapai 38 minggu dan Indira semakin sering buang air kecil
Dengan agak susah payah wanita itu bangun dari posisi berbaringnya, menyangga perut bagian bawahnya yang sudah agak turun dan berjalan tertatih ke kamar mandi untuk membuang air kecil. Setelah selesai wanita itu berjalan kembali menuju ranjangnya dan mendesis kembali merasakan kontraksi yang memang mulai rutin ia rasakan selama beberapa jam sejak kemarin siang
Sudah dua minggu sejak Indira dan ide gilanya memiliki ruang sex hanya untuk menyenangkan Ezra dengan tubuhnya dan sejak saat itu Ezra kembali rutin mengunjungi apartemennya untuk menghujamnya di ruang yang sama
Namun, tiga hari belakangan Ezra tidak datang ke apartemennya dengan alasan bahwa ada hal penting yang harus dia urus yang Indira rasa mungkin soal pekerjaan dan Indira tentu tidak ingin mengganggu pria itu meski kalau boleh jujur sejak ia sudah menahan mati-matian untuk tidak menghubungi Ezra sejak kontraksinya kemarin siang, apalagi ini persoalan anak mereka yang sedihnya masih belum mendapat pengakuan Ezra
Indira ingin sekali Ezra menemaninya, memberinya dukungan secara emosional dan menenangkannya, tapi ia tahu kecil kemungkinan Ezra akan mau melakukan itu. Jadi, wanita itu tidak berharap banyak
Indira menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, mengusap pelan perut bagian bawahnya sambil sesekali mendesis hingga rasa sakitnya berangsur-angsur hilang. Merasa bahwa dirinya sanggup, Indira turun dari ranjang, berjalan pelan menuju lemari untuk mengambil tas travelnya di sana, meletakkannya di atas kasur, sebelum kemudian mengambil beberapa pakaian, pakaian dalamnya dan beberapa pakaian bayi untuk ia bawa ke rumah sakit
Dengan gerakan pelan, Indira melipat bajunya memasukkannya ke dalam tas sebelum tiba-tiba saja ponselnya berdering. Indira mengambil ponselnya mendapati nama Ezra tertera di sana
"Halo, Ezra?"
"Lo di rumah?"
"Iya, kenapa, Zra?"
"Gue hari ini mau ke rumah lo, ada yang mau gue omongin"
Indira mengernyit mendengar nada serius yang tak biasa Ezra perdengarkan untuknya "Omongin aja sekarang, Zra"
"Bisa aja sih, tapi ada yang mau gue kasih juga ke lo"
Indira tersenyum, memikirkan bahwa Ezra perlahan sudah mulai kembali padanya "Iya, boleh, tapi, Zra, gue sebenarnya dari kemarin siang udah mulai kontraksi, kalau perkiraan gue kayaknya udah masuk pembukaan lima, mungkin nanti malam atau besok gue lahiran kalau lo gak keberatan--"
"Gue temenin kalo gitu"
Indira terkejut mendengarnya, padahal niat awalnya hanya ingin meminta tolong Ezra untuk mengantarnya ke rumah sakit, tapi siapa sangka Ezra justru bersedia menemaninya
"Ezra, lo serius?"
"Tapi gue gak gak mau ke rumah sakit, gue capek, Ra, gue temenin kalo lo lahirannya di rumah, terserah kalo lo mau bawa dokter, tapi actually gue lebih suka berdua"
Indira terdiam beberapa saat. Ini adalah kelahiran anak pertamanya dan Indira ingin memberikan yang terbaik untuk menikmari proses kelahiran buah hatinya, hanya saja tawaran Ezra yang akan menemaninya sungguh membuatnya bimbang, dia merasa lebih aman kalau melahirkan di rumah sakit, tapi di sisi lain dia juga ingin Ezra berada di dekatnya, Ezra adalah orang pertama yang melihat kelahiran anak mereka, menggendongnya
Indira mungkin bisa saja memanggil dokter bersalin ke apartemen, tapi mendengar bahwa pria itu lebih suka berdua, jadi wanita itu tersenyum menyanggupi
"Gue lahiran di rumah, Zra, selama ada lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
PREGNANCY STORIES
RomanceJust a collection of stories about pregnancy and various relationship.. ⚠️Cerita aneh, gak masuk akal. Liat tags sebelum baca❗