Arya baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya mendapati kekosongan di kamarnya bersama istrinya, Dwina.
Pria berumur 30 tahun menghela nafas pelan melangkahkan kakinya mengganti pakaian santainya dengan baju kantor sebelum kemudian keluar kamar hanya demi mendapati Starla -anak perempuannya yang berusia 5 tahun - duduk terdiam di atas kursi meja makan yang kosong
Tatapannya beralih kini menatap istrinya yang tengah sibuk di ruang tamu memainkan iPadnya sembari berbicara dengan seseorang di ponselnya membuat Arya sekali lagi menghela nafas pelan mendekat ke arah putrinya yang sudah mengenakan seragam tk-nya
"Hey, anak papa belum makan?"
Gadis kecil itu menggeleng membuat Arya hanya tersenyum tipis "Sebentar ya, papa buatin roti panggang. Ala hari ini mau roti rasa apa?"
Arya menunggu dengan sabar sementara Starla hanya diam menatap ayahnya terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu, butuh beberapa detik hingga gadis kecil itu akhirnya bersuara "Ala mau makan yang lain, boleh pap? Ala bosen makannya roti terus setiap pagi"
Perlahan senyum yang terpancar di wajah Arya memudar, Arya sedikitnya memahami bagaimana perasaan putri tunggalnya itu, tapi sayangnya Arya sendiri tidak punya pilihan selain hanya membuatkan roti panggang sebagai menu sarapan untuk putrinya setiap pagi
Dwina sendiri tidak bisa diharapkan, istrinya itu bukan wanita yang suka memasak, bahkan selama 6 tahun pernikahan Arya bisa menghitung dengan jari berapa kali wanita itu memasak untuk dirinya ataupun Starla, anak mereka. Arya pernah sekali menegur wanita itu berharap setidaknya sekali saja Dwina mau menjalankan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu, tapi tak sekalipun wanita itu perduli
Jujur, saat masih pacaran, Arya memandang Dwina sebagai sosok yang sangat keibuan karena beberapa kali Dwina bisa dengan mudah dekat dengan keluarga Arya dan beberapa keponakannya, tapi entah kenapa setelah menikah wanita itu berubah drastis, kenyataannya, setelah melahirkan Dwina tidak benar-benar memerankan peran sebagai ibu dengan baik, pun sebagai istri
Wanita itu sibuk dengan pekerjaannya, terlalu sibuk hingga nyaris tidak pernah meluangkan waktu untuk anak mereka, datang ke pada Arya juga hanya ketika wanita itu membutuhkan uang untuk berbelanja dan hanya sekedar memenuhi kebutuhan biologis, sisanya pernikahan mereka berjalan hampa, entahlah tapi semakin lama usia pernikahan mereka, Arya semakin merasa istrinya jauh
Tapi Arya sendiri selalu berusaha untuk menepis pikirannya, entah apa yang Dwina rasakan, apakah wanita itu masih mencintainya atau tidak, Arya hanya berharap rasa hampa ini hanyalah sebuah fase umum yang sering terjadi dalam setiap pernikahan, karena Arya sendiri masih mencintai wanita itu, setidaknya itu yang ia yakini
Arya menatap putrinya lembut, mengusap kepalanya penuh kasih sayang "Maaf ya, mulai besok ayah coba bikin sarapan yang lain biar kamu gak bosen, untuk sekarang roti panggang dulu, okay? Soalnya waktunya mepet sayang, nanti Ala telat masuk sekolah gimana?"
Gadis berusia 5 tahun itu hanya mengerucutkan bibirnya lucu namun tetap mengangguk membuat Arya hanya terkekeh pelan, berlalu hendak membuatkan sarapan untuk anaknya sebelum langkahnya terhenti ketika ia mendengar Dwina memanggil namanya
"Sayang"
Arya menoleh mendapati Dwina yang kini berjalan ke arahnya dan berdiri di hadapannya "Aku belum bilang sama kamu, tapi untuk beberapa hari ke depan aku kayaknya gak pulang dulu, ada project di surabaya yang harus aku urus"
"Berapa hari? Kayaknya aku gak liat kamu beres-beres, koper juga masih di kamar tadi"
"Emang dadakan, kalo baju paling tinggal beli aja nanti di sana sekalian koper baru, gak sempet kalo mau beres-beres sekarang soalnya, aku nanti minta kamu transfer ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PREGNANCY STORIES
RomanceJust a collection of stories about pregnancy and various relationship.. ⚠️Cerita aneh, gak masuk akal. Liat tags sebelum baca❗