"Bagaimana kabarmu?"
"Seperti yang Anda lihat, Tuan muda. Aku baik-baik saja," balas Pavel tak alihkan pandangan dari Louie, seolah jawaban tersebut di tujukan kepada Louie yang kembali menggonggong gembira.
Hening, hingga beberapa detik.
"Sudah sangat lama. Aku pikir Anda sudah melupakan semuanya," sambung Pavel masih berdiri di tempatnya.
Menatap Tin yang kini tengah berjalan menuju ke arahnya, hingga membuat Pavel merasa jika tiba-tiba ia tak bisa menggerakkan kaki, meskipun hanya berjalan mundur saja untuk menjauh dari jangkauan Tin yang semakin mendekat padanya.
"Kita tidak harus berbicara sedekat ini, 'kan? Apa yang akan kau lakukan?" tanya Pavel mengepalkan kedua tangannya dengan kuat.
"Tidak perlu segugup itu, aku hanya ingin melihatmu lebih dekat," balas Tin menghentikan langkah kakinya saat ujung sepatunya nyaris menyentuh ujung sepatu Pavel yang masih menatap ke depan, tepatnya di dada lebar Tin yang tertutupi sweater.
"Tidak perlu sedekat ini ...."
Pavel hendak berjalan mundur. Namun, Tin dengan cepat melingkarkan satu lengan kokohnya ke pinggang ramping Pavel yang cukup terkejut, hingga langsung mencengkram kuat lengan Tin dan mendorong tubuh itu meski tak berhasil, bahkan tubuhnya semakin rapat melekat di tubuh Tin yang masih menatap pucuk kepalanya dengan satu sudut bibir terangkat ke atas.
"Apa yang Anda lakukan? Lepaskan!" pinta Pavel mendongak ke atas, menatap kesal wajah Tin yang masih menyeringai.
"Kau berniat lari dariku?" tanya Tin dengan suara berat, mengamati tiap sudut wajah Pavel yang terlihat sempurna di matanya.
Dan untuk yang pertama kalinya ia merasakan debaran jantung yang berdetak jauh lebih cepat dari biasanya. Hingga ia tahu jika ia menyukai Pavel dan tak berniat melepaskan pria itu.
"Lepaskan aku. Aku mohon, kau membuatku sesak napas," pinta Pavel kembali mencoba untuk mendorong tubuh Tin meski hasilnya selalu sama. Pria itu semakin mengeratkan lingkaran lengan di pinggangnya.
"Kenapa kau tidak menyambutku, Pavel?" tanya Tin, menatap iris kecoklatan itu lekat.
"Apa aku perlu melakukan itu?"
"Yah."
"Mengapa?"
"Karena kau adalah milikku, Pavel Monn."
"Apa?"
Alis Pavel mengernyit, menatap wajah Tin tak percaya. Tiba-tiba sesak napas saat telapak tangan Tin menyentuh lehernya perlahan sebelum mencengramnya meski tak memakai tenaga tapi cukup membuat Pavel ketakutan.
"Kamu hanya bergantung pada keputusan yang aku ambil, Pavel Monn. Setiap bagian dari dirimu adalah milikku. Kamu bisa hidup dan mati hanya atas keinginanku. Kamu seharusnya tidak pernah melupakan itu," ucap Tin dengan satu sudut bibir terangkat ke atas, di ikuti dengan tatapan mata tajam seperti biasa, dengan satu alis yang ikut terangkat ke atas.
Sedang Pavel hanya terdiam dengan napas yang memburu. Tidak menyangka jika akan mendegar kalimat yang menurutnya sangatlah menakutkan dari Tin. Bahkan saat Tin mengecup pipinya dan mengendus aroma manis di lehernya pun, ia masih terdiam dengan napas yang semaki sesak. Sebenarnya ia akan menjalani kehidupan seperti apa sekarang? Mengapa ia sampai jatuh ketangan seorang pria abnormal seperti Krittin Selsmire. Pria yang posesif dan obsesi, itu sungguh menakutkan.
Kau tidak akan melakukan itu padaku, pergilah ... aku mohon ... pergi dariku.
"Lepaskan," balas Pavel mendorong tubuh Tin sekuat tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK&WHITE
ActionKrittin Selsmire "Kamu hanya akan bergantung pada keputusan yang aku ambil, setiap bagian dari dirimu adalah milikku. Kamu bisa hidup dan mati hanya atas kehendakku." Pavel Moon "Aku tak ingin menyakiti hatiku dengan terus memikirkanmu. Aku akan ber...